NotesWhat is notes.io?

Notes brand slogan

Notes - notes.io

[@WM_Agnes97]

Selesai berlatih sejak pagi hari tadi, Agnes Kalyn Jung kini tengah asik merapikan kembali ruang latihan yang menjadi basecampnya selama seharian ini. Tidak terhitung sudah berapa lama gadis itu menyeka keringat yang terus membasahi keningnya sendiri.

"Sedikit lagi dan semua rasa lengket ini akan hilang saat sampai di dorm," ujarnya seraya menaruh microphone yang ia gunakan. Maniknya berpendar ke seluruh sisi ruangan yang dipenuhi dengan cermin-cermin besar tersebut. Begitu dirinya yakin semua barang telah kembali ke tempatnya, Agnes segera melangkah meninggalkan ruang dan mematikan lampu-lampu terang yang menerangi tempat tersebut.

Rencananya gadis dengan kulit seputih salju itu langsung meninggalkan gedung utama agensi yang menaunginya. Namun dikarenakan dahaga yang cukup kuat membakar tenggorokannya mau tidak mau sang gadis mampir sejenak ke cafe yang masih berada di dalam gedung tersebut.

"Bibi~ Mango Smoothie nya satu ya, susunya yang banyaak~" ujar Agnes saat sampai di dalam cafe. Selagi menunggu pesanannya, tak sengaja indra pendengaran sang puan menangkap pembicaraan beberapa gadis lain yang tak berada jauh dari tempatnya berdiri.

"Kamu juga lihatkan? Serem banget tahu, aku tidak mau keluar lagi ah."

"Iya, serba putih gitu! Kulitnya juga bukan pucat lagi, nyaris seputih cat."

"Udah deh ini masih sore kenapa bahas hantu lantai 3 sih?" Tanya gadis lain kesal. Jelas sekali ia kurang nyaman dengan pembicaraan teman-temannya.

"Untung saja kita bukan trainee atau idol, cuma staff biasa. Tidak bisa aku bayangkan tinggal di tempat yang sama dengan makhluk itu," timpal gadis yang tadi sempat menyela pembicaraan dua sahabatnya.

Dara bermarga Jung terlihat menyeritkan dahinya. Seumur hidupnya ia tidak pernah berpapasan dengan yang namanya makhluk tak kasat mata. Bagi Agnes sendiri untuk apa takut dengan makhluk yang tak terlihat, kalau manusia saja bisa bertindak lebih seram dari makhluk dunia antara ada dan tuada seperti ini. Bilah bibir trainee tersebut terbuka mengeluarkan nafas panjang seraya menopang kepalanya dengan salah satu lengan kurus milik sang gadis

"Agnes sayang ini smoothienya, datang lagi ya," kata Bibi penjaga cafe sambil menyerahkan segelas plastik penuh minuman favoritnya.

"Terimakasih Bibi! 수고하세요~" senandung cerita Agnes seraya meletkan selembar uang 5,000₩ di atas mesin kasir sebelum dirinya melanjutkan perjalanan ke gedung asramanya.

ㅡㅡㅡㅡ

[ WMent Dormitory ; 09:17PM ]

Seusai membereskan kamarnya, sosok gadis bersurai kemerahan itu asik berbaring di kasur empuk dengan memainkan ponsel pintar yang menjadi sahabat setianya untuk membaca salah satu webtoon andalannya. Tiba-tiba saja dirinya teringat percakapan 3 wanita yang tak sengaja ia dengar di cafe WM ent.

Kalau memang benar cerita dari mereka, Agnes mungkin akan percaya kalau saja beberapa hari yang lalu salah satu karyawan cleaning service yang sedang bertugas malam tidak sengaja bertemu dengan 'dia' yang menjadi buah bibir selama beberapa bulan terakhir ini. Bukan hanya sekali dua kali sosok misterius itu hadir di lokasi yang sama; jembatan penghubung di lantai 3.

`Neon neomu yeppeo seulpeudorok areumdaㅡ`

Nada dering yang terdengar sukses membuyarkan lamunan Agnes. Jujur saja gadis itu nyaris melemparkan benda persegi tersebut dari genggamannya.

'Gohn'

Nama yang tak asing muncul di dalam kotak notifikasi pesan.

'Aku di depan gedung dorm, bisa bertemu sebentar?' itulah isi pesan yang benar-benar singkat dari sahabatnya. Tidak biasanya seorang Lee Gonmyung datang semalam ini, apa lagi ia tahu benar Agnes sangat enggan untuk keluar di malam hari. Sama seperti biasanya, gadis itu meraih tas merah berukuran sedang yang berisi 'senjata' andalannya untuk menghadapi musuh bebuyutannya. Lebih baik ia bersiap siaga sebelum hal-hal buruk yang berhubungan dengan gelap terjadi di dekatnya.

Seusai menemui Gohn di lantai dasar gedung asrama bertingkat milik WM entertainment, Agnes hendak kembali menuju kamarnya. Tidak begitu banyak yang keduanya bicarakan, hanya sekedar berbincang singkat bertukar kabar. Hal itu semakin membuat Agnes merasa bingung, "sepertinya Gohn salah makan."

Melirik layar ponselnya yang terkunci, saat ini sudah nyaris jam sepuluh malam. "Astaga, aku bisa gila!" Seru Agnes secara internal di kepalanya. Untung saja lampu-lampu di gedung ini cukup terang. Bayangkan saja kalau remang-remang atau malah secara otomatis akan mati dalam rangka penghematan sumber daya listrik yang saat ini marak dilakukan beberapa perusahaan maupun pemilik apartemen.

Mungkin kesialan sedang menimpa dirinya, lift yang tadi membawanya turun berhenti beroperasi. Tidak ada tanda-tanda benda besi tersebut menjalankan tugasnya. Lampu di atas pintu geser lift pun tidak memancarkan sinar merah yang menunjukkan lantai tempatnya berhenti.

"Naik tangga? Baiklah," tutur Agnes sambil berjalan ke arah anak tangga yang tersusun rapi menjulang ke atas menghubungkan setiap lantai dari bagunan besar ini. Awalnya memang tampak baik-baik saja, tapi begitu tarsalnya menapak di lantai dua, entah semilir angin bertiup tepat melewati figur ramping sang gadis. Seketika bulu roma di bagian tengkuknya berdiri. Bagaimana bisa di dalam ruangan tertutup seperti ini ada angin yang bertiup? Tidak masuk akal.

Satu anak tangga.

Dua anak tangga.

Agnes terus melangkahkan tungkai kembarnya melewati pertengahan antara lantai 2 menuju ke langai 3. Ia benci melihat pemandangan yang ada di depannya. Gelap. Kakinya membatu dan tak mau bergeser setengah inci pun dari tempatnya berdiri.

"Padahal jelas-jelas di lantai 2 tadi masih terang benderang," keluh Agnes yang saat ini kepalanya terasa berputar bak mengendarai rollercoaster tercepat yang ada di dunia. Perutnya bergejolak bukan karena lapar, malah sebaliknya ia ingin memuntahkan isi perut karena terlalu mual dan pusing; gejala phobia nya kembali muncul. Membuka tas yang sedari tadi ia bawa, lengannya terulur untuk merogoh isi dan mengambil sebuah senter yang menjadi penyelamatnya.

"Setidaknya ada cahaya," sambung gadis itu sambil menyalakan senter dan juga membuka aplikasi dai dalam telepon genggamnya. Sedetik kemudian, dua sumber cahaya darurat milik Agnes menerangi jalan yang ada dihadapannya. Mengumpulkan sisa keberaniannya untuk melangkah, Agnes perlahan meninggalkan tempatnya berdiri dan kembali menaiki anak tangga.

Langkahnya kembali ringan selama beberapa detik sebelum akhirnya kembali mematung saat manik kembarnya melihat sebuah boneka yang tergeletak di lantai. Boneka itu terlihat begitu lusuh dan tidak terawat. Mengarahkan sumber pencahayaannya ke arah boneka tersebut, tiba-tiba saja sekelebat bayangan terlihat berlari melewati Agnes. Kedua maniknya membulat sempurna mengikuti ke arah pergianya bayangan tersebut.

Entah mana yang lebih menakutkan saat ini keadaan gelap atau saat Agnes berbalik badan, pintu penghubung jembatan ke bagian gedung lain terbuka lebar. Jika memang pintu itu terbuka maka dapat menjelaskan datangnya angin yang bertiup beberapa menit lalu. Melupakan boneka yang nyaris ia ambil, Agnes berjalan menuju pintu jembatan yang terbuka. Perlahan-lahan ia mendekati tempat yang dikatakan cukup seram karena 'penghuni' yang siang tadi ia dengar sering muncul disana.

Semakin mendekati bagian luar, dingin yang terasa semakin menusuk kulit. Bukan dingin seperti saat musim dingin, melaikan dingin kering yang membuat dirinya kesulitan untuk bernapas.

"Oh..." belah bibir Agnes membentuk lingkaran dengan vokalnya yang terdengar samar-samar. Beberapa meter di hadapannya berdiri sosok serba putih yang terlihat benar-benar kusam. Kepalanya sedang mencoba mencerna apa yang sedang terjadi. Dua puluh tahun hidup, ini baru pertama kalinya dara yang lahir di Seoul itu mengalami hal mistis seperti ini.

Perempuan serba putih itu terlihat menunduk lesu, wajahnya sama sekali tak terlihat karena tertutup rambut panjan tak terawatnya. "Astaga makhluk apa ini? Ini yang dinamakan hantu?" Tanya Agnes dalam hati.

"Pe-per..permisi? Anda siapa ya?" Rasa penasaran yang tak terbendung akhirnya mengalahkan rasa takut yang membuat dirinya sulit berkata-kata. Walau sebenarnya ia tahu sosok tersebut tidak akan menjawab pertanyaan, Agnes berharap ini semua hanyalah lelucon yang entah dijalankan oleh siapa.

Ia kembali bertanya satu kali lagi, dan dijawab dengan keheningan malam yang benar-benar tanpa suara. Nafasnya tercekat, tiba-tiba saja makhluk tersebut mengangkat kepalanya. Secara reflek Agnes menyeret kakinya mundur sebagai pertahanan diri. Kedua sumber cahaya yang ia genggam erat diarahkan tempat menuju wajah pengunggu jembatan serba putih tersebut.

"WHAAA!" Teriakan yang menekakan gendang telinga siapapun yang mendegarkan membuat sang puan terkejut bukan kepalang. Nyanris saja ia menjatuhkan senter yang ia pegang erat. Begitu bola matanya memandang milik makhluk tersebut, detik selanjutnya hantu itu segera mendekati Agnes yang kini jantungnya telah jatuh hingga ke kaki.

ㅡㅡㅡㅡㅡ

[ Dorm 027 ; 11:27PM ]

Kelopak mata Agnes Kalyn Jung terbuka tiba-tiba, masih membulat sempurna dengan pupil yang bergetar hebat. Demi Tuhan ia baru saja bertemu dengan hantu di tanah kelahirannya. Mengatur ulang nafasnya yang masih tak beraturan, gadis itu menyentuh keningnya untuk menghapus butir keringat yang bersarang disana.

"Apa aku bermimpi?" Ujarnya seorang diri seraya meraih ponselnya yang tak jauh berada di dekatnya. Nafas panjang ia hembuskan, baru kali ini ia merasakan kelegaan yang luar biasa. Mimpi. Mimpi buruk jika orang-orang bilang, mungkin ini peringatan untuk Agnes jangan pernah mencoba untuk melewati lantai tiga ataupun berada di dekat akses ke jembatan saat malam. Bisa saja suatu saat apa yang baru ia alami menjadi kenyataan bak film-film layar lebar yang sukses mengusung tema horor.

"Anggap saja hantu itu benar-benar ada, contohnya yang tadi," titahnya kembali dan hanya termenung menatap langit-langit kamarnya selama beberapa puluh menit. Benar-benar menyeramkan.
     
 
what is notes.io
 

Notes.io is a web-based application for taking notes. You can take your notes and share with others people. If you like taking long notes, notes.io is designed for you. To date, over 8,000,000,000 notes created and continuing...

With notes.io;

  • * You can take a note from anywhere and any device with internet connection.
  • * You can share the notes in social platforms (YouTube, Facebook, Twitter, instagram etc.).
  • * You can quickly share your contents without website, blog and e-mail.
  • * You don't need to create any Account to share a note. As you wish you can use quick, easy and best shortened notes with sms, websites, e-mail, or messaging services (WhatsApp, iMessage, Telegram, Signal).
  • * Notes.io has fabulous infrastructure design for a short link and allows you to share the note as an easy and understandable link.

Fast: Notes.io is built for speed and performance. You can take a notes quickly and browse your archive.

Easy: Notes.io doesn’t require installation. Just write and share note!

Short: Notes.io’s url just 8 character. You’ll get shorten link of your note when you want to share. (Ex: notes.io/q )

Free: Notes.io works for 12 years and has been free since the day it was started.


You immediately create your first note and start sharing with the ones you wish. If you want to contact us, you can use the following communication channels;


Email: [email protected]

Twitter: http://twitter.com/notesio

Instagram: http://instagram.com/notes.io

Facebook: http://facebook.com/notesio



Regards;
Notes.io Team

     
 
Shortened Note Link
 
 
Looding Image
 
     
 
Long File
 
 

For written notes was greater than 18KB Unable to shorten.

To be smaller than 18KB, please organize your notes, or sign in.