Notes

Jawab Persoalan Pembudidaya Ikan di Daerah KKP Gelar Pelatihan_

SariAgri - Produksi perikanan tangkap di Kabupaten Minahasa mencapai 10.165,68 ton dengan beragam jenis ikan pelagis dan demersal. Namun seringkali pembudidaya kesulitan mempertahankan kualitas ikan hasil tangkapan.

“Salah satu persoalan mendasar nelayan kecil adalah ketidakmampuan mempertahankan kualitas atau mutu ikan hasil tangkapan pada budidaya ikan di kolam tanah yang lumrah digeluti pembudidaya setempat,” ujar Kepala Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan (BP3) Bitung, Ahmad Ridloudin, Rabu (5/5/2021).

Ahmad mengungkapkan dalam budidaya di kolam tanah harus kebutuhan air dan pakan yang digunakan harus diperhatikan. Selain itu, SDM juga perlu disiapkan agar kualitas produksi perikanan setempat memiliki harga bersaing.

“Oleh karena itu perlu disiapkan SDM di bidang kelautan dan perikanan yang mumpuni agar kualitas produksi perikanan setempat memiliki harga yang bersaing, baik di pasar lokal maupun pasar ekspor,” katanya.

Baca Juga: Lima Jenis Ikan yang Bisa Dibudidayakan di Air Payau Mengenal 8 Alat Penangkap Ikan yang Ramah Lingkungan

Untuk mengatasi persoalan itu, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Badan Riset dan SDM Kelautan dan Perikanan (BRSDM) menyelenggarakan Pelatihan Penanganan Ikan Hasil Tangkapan di Kabupaten Minahasa dan Pelatihan Pembesaran Ikan Lele dengan Sistem Bioflok di Kabupaten Minahasa Utara pada 29-30 April 2021.

Kepala BRSDM, Sjarief Widjaja menjelaskan pelatihan penanganan hasil tangkapan ikan sejalan dengan program terobosan KKP. Penyiapan SDM, lanjut dia, menjadi salah satu fokus pemerintah dalam menggenjot ekspor ikan ke berbagai negara.

“Penyiapan SDM yang terampil untuk bersaing di pasar lokal maupun ekspor merupakan konsen dari pemerintah daerah Provinsi Sulawesi Utara, yang tengah menggenjot ekspor ikan segar secara langsung ke berbagai negara kawasan bahkan ke Eropa. Program ini tentunya sejalan dengan program Menteri Trenggono dalam meningkatkan PNBP nasional,” terangnya.

Sjarief mengungkapkan melalui pelatihan budidaya sistem bioflok, terjadi transfer ilmu dan teknologi sesuai dengan aktivitas kolam tanah di daerahnya. Dengan sistem bioflok, kebutuhan air dan pakan dapat ditekan serta buangan limbah menjadi berkurang. Dengan begitu, hasil ikan tidak menimbulkan bau tidak sedap yang seringkali menurunkan harga jual.

Media Perikanan Indonesia “Menyikapi program terobosan untuk perikanan budidaya perlu sentuhan teknologi yang harus ditransfer kepada masyarakat. Salah satunya yaitu sistem bioflok untuk budidaya lele yang berguna dalam efisiensi air dan pakan, sehingga mengurangi biaya produksi pembudidaya. Limbah yang dihasilkan pun secara signifikan berkurang,” tandasnya.

Video terkait:


Read More: https://perikanan.sariagri.id/74590/penyelundupan-bbl-kian-marak-pemprov-lampung-bentuk-tim-pencegahan