Notes

Teknologi Iradiasi Jaga Kualitas Produk Kelautan dan Perikanan_

SariAgri - Teknologi iradiasi merupakan metode penyinaran terhadap sebuah produk pangan dengan menggunakan zat radioaktif. Dengan teknologi penyimpanan, kualitas produk kelautan dan perikanan lebih terjaga.

Teknologi ini dijadikan terobosan untuk mendukung program Lumbung Ikan Nasional (LIN) yang dicanangkan pemerintah di Provinsi Maluku, Maluku Utara dan Papua.

Dilansir laman Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves), menjelaskan tujuan penyinaran untuk mencegah terjadinya pembusukan dan kerusakan pangan serta membebaskan produk pangan dari jasad renik patogen yang merupakan organisme penyebab penyakit pada manusia.

Teknologi ini disinyalir cocok untuk produk kelautan dan perikanan yang memiliki potensi terkena paparan zat luar yang mampu merusak produk seperti perikanan tangkap dan budidaya ataupun produk hasil olahan lainnya.

Baca Juga: Lima Jenis Ikan yang Bisa Dibudidayakan di Air Payau Mengenal 8 Alat Penangkap Ikan yang Ramah Lingkungan

Merujuk dari laman Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), iradiasi pangan merupakan proses yang aman dan telah disetujui sekitar 50 negara di dunia dan telah diterapkan secara komersial selama puluhan tahun di Amerika Serikat, Jepang dan beberapa negara di Eropa.

Penggunaan teknologi iradiasi direncanakan untuk digunakan pada program LIN di beberapa Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPP NRI) di antaranya 714, 715, 717, dan 718.

Asisten Deputi Peningkatan Daya Saing, Kemenko Marves, Dedy Miharja mengatakan produk kelautan dan perikanan yang telah melewati tahap iradiasi akan lebih terjamin kualitasnya.

“Produk kelautan dan perikanan serta hasil olahannya yang telah diradiasi, dari segi kualitas atau mutu dan keamanan pangan akan terjaga serta bebas dari bakteri-bakteri yang menjadi persyaratan dari negara importir atau tujuan ekspor Negara Kesatuan Republik Indonesia,” katanya.

Dedy mengungkapkan dengan teknologi ini, penolakan produk Indonesia di sektor kelautan dan perikanan oleh importir akan berkurang. Potensi penyebab teknis kasus penolakan produk kelautan dan perikanan serta hasil olahannya oleh negara tujuan ekspor antara lain mengandung logam berat (merkuri, timbal, kadmium), bakteri salmonella, mikrobiologi, histamine, kontrol suhu yang buruk, terjadinya pembusukan pada produk, produk terkena kotoran dan bahan tambahan pangan.

“Kita sudah pernah memiliki rekam jejak yang buruk saat produk kita ditolak beberapa negara antara lain seperti Republik Rakyat Tiongkok (RRT) dan Amerika, karena ditemukan paparan virus COVID-19 saat ini sudah terjadi 16 kasus maupun bakteri salmonella, kita tidak mau lagi hal seperti ini terjadi lagi terutama untuk produk kelautan dan perikanan yang nantinya berasal dari LIN,” tandasnya. Media Perikanan Indonesia

Homepage: https://backforgood.faith/wiki/Pecinta_Ikan_Ini_Habiskan_Rp406_Juta_untuk_Ubah_Rumah_Jadi_Akuarium_Raksasa