Notes

Dikotomi kendali, opini orang lain ada di luar kontrol kita. Kita tak bisa mengendalikan perilaku orang lain, akan tetapi kita sepenuhnya bisa menentukan apakah kita terganggu atau tidak oleh hal itu. Perilaku orang lain tak punya kendali atas kebahagiaan kita. Mereka tak punya peran atas kebahagiaan kita. Jadi, cukup abaikan aja. Tidak memberikan kuasa terhadap orang lain yang mengganggumu.


Jika seseirang sukses membuat kamu terprovokasi, sadarilah bahwa pikiranmu pun turut berperan dalam provokasi itu sebab kamu mengizinkan masuk. Itulah pentingnya tidak memberi respons secara impulsif. Berikan waktu sebelum bereaksi, maka akan lebih mudah bagi kamu memegang kendali (atas dirimu sendiri).

Menghina ada di bawah kendali orang lain, merasa terhina ada di bawah kendali kita. Balas dendam terbaik adalah dengan tidak berubah menjadi pelaku. Sebagai obat melawan ketidakramahan, maka kita dianugerai oleh keramahan. Ada perspektif yang menarik. Epictetus bilang, "Kasihani mereka yang jahat kepada kita" AlasannyaEp, orang yang berbuat jahat itu akibat ketidaktahuannya dan dia tidak tahu bahwa dia tidak tahu, atau kehilangan akal sehatnya atau nalarnya. Justru mereka merendahkan diri mereka sendiri.

TERKADANG, KEMARAHAN KITA LEBIH MERUSAK DARIPADA PERLAKUAN YANG KITA TERIMA.

"People exist for one another. You can instruct or endure them." -Marcus Aurelius
Kita hidup untuk satu sama lain. Keberadaan kita harus bisa membantu sama lain, saling mengajar dan membangun atau hidup menolerir 'perilaku' mereka. Kalau ada yang melakukan tindakan ujaran kebencian, beritahu baik-baik. Ajarkan untuk tidak demikian dan kita tetap menahan diri.

Jangan ikut-ikutan kemarahan sesaat. Kita harus sadar opini orang lain didorongoleh apa yang mereka percayai dan mereka bangga terhadap yang mereka lakukan.