Notes

Rangkuman Rune Kuno


'Dasar Dasar Rune'

Rune Kuno adalah sebuah studi terhadap rune, yaitu alfabet Jerman Kuno. Kata 'Rune' sendiri juga berasal dari bahasa Nordik kuno 'runa' yang bisa diterjemahkan sebagai rahasia atau misteri. Namun jika ditilik dari bentuk tulisan serta bagaimana Bangsa Jerman* biasa berdagang dengan Bangsa Romawi di sepanjang Semenanjung Italia, rune bisa diciptakan berdasarkan aksara Italik kuno.

Maka itu terdapat perbedaan abjad, yang berasal dari abjad Latin, abjad Raetik Bulzano (ketiganya disebut Bozen-Solzano, dari nama tempat di semenanjung Italia) atau abjad Etruscan. Ketiga abjad ini diasumsikan sebagai dasar pembentukan rune karena memiliki karakteristik yang sama berupa adanya sudut-sudut pada huruf dan tidak adanya garis-garis horizontal pada huruf-huruf ini. Hal ini disebabkan masih terbatasnya alat bantu tulis. Pena bulu, perkamen, kertas, serta tinta masih dianggap benda-benda yang cukup eksklusif pada zaman itu.

Namun pencatatan dalam perdagangan mutlak dibutuhkan. Oleh karena itu, terciptalah huruf yang bisa dengan mudah diukir dengan pisau atau benda tajam lainnya pada permukaan kayu, batu maupun logam. Rune sendiri baru masuk ke Inggris setelah pendudukan Bangsa Romawi. Ketika itu para imigran dari berbagai suku bangsa dari beberapa daerah berdatangan ke Inggris. Diantaranya adalah bangsa Frisian dari Belanda, Anglo-Saxon dari Jerman, dan Bangsa Jute dan Viking dari Skandinavia. Masing-masing bangsa tersebut membawa versi rune yang berbeda.

Itulah sebabnya ada beberapa versi abjad rune yang dikenal hingga saat ini yang tak hanya digunakan sebagai sarana berkomunikasi dan pencatatan tetapi juga untuk meramal maupun diukirkan pada benda untuk dijadikan jimat.

Abjad rune yang masih banyak digunakan saat ini adalah Elder Futhark, yaitu abjad rune yang terdiri atas 24 huruf yang dibagi ke dalam 3 aettir. Aettir adalah bentuk jamak dari aett, yaitu pengelompokkan abjad rune ke dalam 3 bagian yang masing-masing terdiri atas 8 huruf. Berikut daftar alfabet dalam Elder Futhark** (pic.twitter.com/VcXyWRl8x0). Alfabet ini juga biasa digunakan dalam ramalan, karena erat kaitannya dengan nama setiap aett yang di ambil dari nama dewi-dewi Bangsa Viking yang mewakili masing-masing kelompok pekerja: Kesatria, raja (bangsawan), dan pendeta.

Ketiga aett yang dimaksud terdiri dari:
1. Aett Freya, berisikan rune yang bermakna tentang pekerjaan dan pembelajaran. :
• F, dalam rune dibaca Fehu yang berarti kekayaan, kepemilikan, dan keberuntungan.
• U, dalam rune Uruz yang berarti Kekuatan dan kecepatan fisik, potensi yang tak terbatas.
• TH, dalam rune Thurisaz yaitu Konflik, kekuatan untuk menghancurkan maupun bertahan.
• A, dalam rune Ansuz yaitu Pencerahan, komunikasi, pesan, sinyal, inspirasi.
• R, dalam rune Raidho yaitu Perjalanan, liburan, perubahan, perspektif.
• K, dalam rune Enaz yaitu kreativitas, pengetahuan.
• V dan W, dalam rune Wunjo yaitu Kegembiraan, kenyamanan, harmoni.

2. Aett Hagalaz, tentang perjuangan.

3. Aett Tyr, bermakna spiritual.

4 Kelompok huruf Aett Halagaz
- huruf H ---> Hagalaz, berarti cobaan, amarah, kehancuran.
- huruf N ---> Nauthiz yang berarti penundaan, batasan, kebingungan.
- huruf I ---> Isa yang berarti tantangan, frustasi, duka.
- huruf J dan Y ---> jera yang berarti hasil dari usaha yang lalu.
- huruf EI ---> Eihwaz yang berarti kekuatan, kepercayaan, ketergantungan.
- huruf P ---> Pertho yang berarti misteri, sesuatu yang rahasia, ketidakpastian.
- huruf Z ---> Algiz yang berarti perlindungan, tameng.
- huruf S ---> Sowilo yang berarti Kesuksesan, kehormatan.

5 Kelompok huruf Aett Tyr
- huruf T ---> Tiwaz berarti keadilan, kepemimpinan.
- huruf B ---> Berkano berarti kelahiran, pertumbuhan, kesuburan, kebebasan.
- huruf E ---> Ehwaz . berarti kendaraan, perubahan, pergerakan.
- huruf M ---> Mannaz. berarti manusia, diri sendiri, individual.
- huruf L ---> Laguz. berarti air, laut, sumber kesuburan, penyembuhan.
- huruf NG ---> Ingwaz. berarti kepedulian, keluarga, kehangatan.
- huruf D ---> Dagaz, yang berarti terobosan, kesadaran.
- huruf O ---> Othala, yang berarti Warisan, rumah, sesuatu yang penting.

TRANSKRIPSI RUNE
Rune bersifat fonetik, yang artinya sesuatu ditulis dalam rune berdasarkan bunyinya dan bukan berdasarkan ejaan yang biasanya.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat menulis / mentranskripi rune:
1. Pikirkan bagaimana suatu kata dilafalkan, hal ini dilakukan untuk mengidentifikasi mana huruf yang dibunyikan dan mana yang tidak. Hingga akan menentukan mana huruf yang ditulis dan mana yang tidak karena huruf yang tidak disuarakan tidak perlu dituliskan.
Sebetulnya keseluruhan prinsip transkripsi rune berdasarkan pada prinsip utama ini. Jika hal ini sudah dimengerti, maka yang selanjutnya dilakukan hanyalah berupa penyesuaian.
Contoh : kata LOVE dibaca /ləv/ jelas terlihat bahwa huruf E pada akhir kata tidak dibunyikan, maka huruf E tidak perlu untuk ditulis.
2. Tidak ada huruf ganda (kembar).
Jika dalam sebuah kata terdapat dua huruf konsonan yang sama beriringan, maka hanya salah satu yang dituliskan. Sedangkan jika ada huruf vokal yang sama beriringan, maka tuliskan dengan huruf rune yang bunyinya mendekati.
Contoh :
- kata HAPPY, maka cukup satu huruf P yang ditulis.
- kata FREE maka huruf EE digantikan dengan huruf I, menjadi FRI.
- kata BOOK, huruf OO digantikan dengan huruf U, menjadi BUK.
NOTE : Ingat kembali prinsip pertama, bagaimana sebuah kata dibunyikan, mana yang dibunyikan dan mana yang tidak. Maka prinsip kedua ini menjadi masuk akal.
3. Hati-hati pada Diftong.
Diftong adalah bunyi dua huruf berbeda yang dihitung sebagai satu suku kata. Misalnya TH dan NG yang masing-masing diwakili dengan satu huruf rune. Sedangkan untuk diftong lain yang tidak ada perwakilan rune-nya dituliskan dengann menuliskan dua huruf rune yang mewakili huruf2 itu. Misalnya penulisan kata AID, bisa dengan menuliskan Ansuz, Isa, dan Dagaz. Atau bisa juga mengganti Isa dengan Eihwaz. Atau bahkan dengan tidak menuliskan huruf I-nya.
4. Tanda spasi dan tanda baca.
Pada umumnya, rune tidak mengenal spasi dan tanda baca, karena pengucapan kalimat seringnya terdengar tanpa jeda. Namun, pada inskripsi tertentu, terdapat tanda silang kecil maupun tanda mirip titik dua yang digunakan untuk memisahkan tiap kata. Begitupun dengan arah menuliskannya tidak harus melulu dari kiri ke kanan, bisa juga dituliskan dari kanan ke kiri maupun dari atas ke bawah, diagonal, melingkar, tergantung bagaimana rune dibutuhkan.