NotesWhat is notes.io?

Notes brand slogan

Notes - notes.io

Yucan – Candor – G5

1. Paragraf deduktif adalah paragraf yang kalimat utamanya terletak di awal paragraf.
Contoh:
Kemajuan teknologi sangat berpengaruh terhadap sumber daya manusia. Dengan adanya teknologi yang semakin canggih memudahkan manusia melakukan akivitas sehari-hari dengan lebih mudah. Namun, hal ini juga membawa dampak negatif. Salah satunya adalah kurangnya waktu bersosialisasi secara langsung.

Paragraf induktif adalah paragraf yang kalimat utamanya terletak di akhir paragraf.
Contoh:
Anggota faksi Candor sedang dilanda kekhawatiran tentang nasib mereka ke depan di Divergent Fort Academy. Belum lama mereka kehilangan ketua faksi yang memutuskan untuk keluar, kini Master Six, salah satu Master Condor, juga mengundurkan diri. Satu-satunya harapan mereka adalah Miss Eve. Namun, Miss Eve yang sepertinya juga tak kalah khawatir sampai saat ini belum angkat bicara mengenai hal itu.

2. Singkatan adalah bentuk yang dipendekkan yang terdiri dari satu huruf atau lebih.
Akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, suku kata, ataupun huruf dari suku kata dari deret kata yang siperlakukan sebagai kata.

3. Macam-macam singkatan:
a. Singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik.
Contoh:
Yuvela Caron, S.Psi.
Kim Jong In, M.Agr.
Im Yoon Ah, S.E.
b. Singkatan nama resmi lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, badan/organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik.
Contoh:
MPR – Majelis Permusyawaratan Rakyat
TNI – Tentara Nasional Indonesia
SLI – Sambungan Langsung Internasional
c. Singkatan umum yang terdiri dari tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik. Tetapi, singkatan umum terdiri hanya dari dua huruf diberi tanda titik setelah masing-masing huruf.
Contoh:
d.a. – dengan alamat
u.p. – untuk perhatian
a.l. – antara lain
d. Lambang kimia, singkatan satuan ukur, takaran, timbangan, dan mata uang asing tidak diikuti tanda titik.
Contoh:
Rp – rupiah
Ka – Kalium
cm – centimeter

4. Macam-macam akronim:
a. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya denga huruf kapital.
Contoh:
PAM – Perusahaan Air Minum
SIM – Surat Izin Mengemudi
ISTI – Institut Seni Tari Indonesi
b. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal kapital
Contoh:
Bappenas – Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Kapolri – Kepala Kepolisian Republik Indonesia
Wapres – Wakil Presiden
c. Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun huruf dan suku kata dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kecil.
Contoh:
rudal – peluru kendali
medsos – media sosial
toserba – toko serba ada

5. Bulan
Matahari baru saja menampakkan dirinya dengan malu-malu saat seorang gadis berambut hitam panjang melewati pagar sekolahnya. Ia berjalan dengan langkah beberapa cm lebih lebar dari biasanya, tidak ada alasan khusus, ia hanya merasa sangat bahagia sejak bangun pagi hari ini, sepertinya sesuatu yang baik akan menghampirinya.
“Selamat pagi, Pak” sapanya sambil tersenyum ketika berpapasan dengan salah seorang guru di koridor sekolah.
“Selamat pagi, Yuzi” balas sang guru dengan senyum kecil dan langkah yang tak kalah lebar.
“Sepertinya Pak Dani sedang terburu-buru” batinnya.
Gadis bernama Yuzi itu hendak melanjutkan langkahnya, ketika ia melihat sebuah papan nama bertuliskan Dani Yosh, S.Pd, M.Pd tergeletak di lantai. Tanpa pikir panjang, Yuzi langsung mengambil benda kecil itu lalu berlari menyusul sang empunya.
Namun, di tengah pengejaran itu, tangan Yuzi ditarik secara-sedikit-paksa oleh sosok makhluk ke balik dinding cukup besar yang mampu menyembunyikan mereka berdua. Sedetik kemudian ia hanya bisa terbelalak dengan sedikit menganga layaknya orang pea.
Sosok jangkung berwajah tampan bak tokoh anime itu mengerling, “Aku merindukanmu, tuan putri.”
“Berhenti memanggilku seperti itu, Ken!”
Pria itu tertawa kecil, “okay, okay.” Ia lalu melirik ke arah jemari Yuzi yang tengah menggenggam sesuatu. “Pak Dani?”
“Tadi dia tidak sengaja menjatuhkannya. Aku ingin membawa ini padanya, tapi kau malah menyanderaku.”
“Pagi ini Pak Dani mengajar di kelasku, biar aku saja.”
“Tidak, aku sendiri yang akan melakukannya. Kapan lagi aku bisa menjadi pahlawan untuk pak guru paling tampan itu. Hahaha..” Yuzi berlalu meninggalkan Ken yang sudah berniat untuk operasi plastik agar terlihat lebih tampan di mata kekasihnya itu.
Ken berlari kecil menyusul Yuzi. Mereka bertukar cerita selama seminggu terakhir. Yuzi dengan kisah konyolnya bersama Risa, sahabatnya dan tugas yang menumpuk, sedangkan Ken dengan kisah super membosankannya saat business tour di Amerika bersama ayahnya.
Seusai jam pelajaran, Ken dengan semangat berlari ke ruang kelas Yuzi, ingin mengajak gadisnya itu makan siang bersama. Namun yang ia dapati hanya beberapa teman kelas Yuzi serta bangku-bangku tak berpenghuni. Ia beropini Yuzi telah lebih dulu ke kantin bersama Risa dll. Ia memutuskan untuk menyusul. Lalu langkahnya tiba-tiba terhenti di pojok kantin.

Yuzi
Yuzi menyibukkan diri dengan petikan gitar agar tak merasa bosan menunggu di ruang sanggar sendirian, sekaligus meredakan kekesalannya kepada Tara yang tiba-tiba menyerbunya dengan pesan singkat di hari pertama Ken kembali dari Amerika.
Pintu berdecit terbuka, Tara masuk dengan ekspresi dingin khas miliknya. Ekspresi yang menurut banyak gadis keren dan memabukkan, namun bagi Yuzi itu malah menyeramkan. Meski pada kenyataannya Tara adalah orang yang baik, penuh tanggung jawab, dan sangat berkharisma. Dan Yuzi mengakuinya.
“Temani aku makan siang. Akan kutraktir.”
“Tapi..”
Yuzi sangat ingin menolak, namun ia sadar kondisi Tara yang kelelahan mengurus persiapan pensi dan sekarang sedang kelaparan. Akhirnya Yuzi menghela napas berat dan mengekor Tara ke kantin.
Yuzi meraih saku seragamnya lalu menepuk jidatnya sendiri ketika menyadari bahwa ponselnya ketinggalan di kelas, “akan kuceritakan nanti, pasti Ken bisa mengerti.” Batinnya.
Selama beberapa menit mereka hanya sibuk dengan makanan masing-masing. Namun, tanpa diduga Tara memulai percakapan. Ia menceritakan kejadian lucu semalam di rumahnya saat begadang bersama anggota sanggar yang lain. Ia bercerita dengan ekspresi datar, namun hal itu malah membuat ceritanya semakin lucu dan mengundang gelak tawa dari Yuzi. Terbawa suasana, Yuzi balas menceritakan berbagai kisah lucu yang pernah ia alami dan sukses membuat Tara ikut tertawa. Yuzi lega melihat “zombie” di hadapannya itu terhibur. Tanpa mereka sadari, semua mata tertuju pada mereka.

***
“Apa mereka sudah sedekat itu? Bagaimana bisa Tara si monster melakukan hal normal seperti itu?” Mata Ken lurus ke buku di hadapannya, namun pikirannya jauh melayang.
“Sebenarnya apa yang mereka bicarakan?”
Seharusnya ia sudah siap dengan hal-hal seperti ini. Sejak dirinya dan Yuzi memulai hubungan dua minggu yang lalu, mereka sepakat untuk merahasiakan hubungan mereka sementara waku, karena Yuzi belum siap diinterogasi oleh teman-temannya -yang pasti akan sangat heboh- ketika mengetahui bahwa ia sudah kembali membuka hati setelah tiga tahun putus dengan cinta pertamanya.
Sehari-hari di sekolah mereka bersikap biasa-biasa saja, selayaknya teman dekat sejak SMP pada umumnya. Di satu sisi Ken nyaman dengan ketidakberubahan atmosfir antara dirinya dan Yuzi, namun di sisi lain ia harus menahan diri melihat pria di sekitar Yuzi masih bersikeras memperebutkan hati yang jelas-jelas sudah ia menangkan.
“Sepertinya aku salah pulang lebih awal.” Sesalnya pada diri sendiri.
Tiba-tiba ponselnya bergetar, One Message Received.
From: Yuzi
Ken, kamu pulang duluan saja. Hari ini aku ada meeting untuk persiapan pensi.
Ken tidak membalasnya, “Jangan bilang kau pulang diantar Tara, Zi” batinnya. Ia khawatir, jika Tara telah menjadi pengganti kebahagiaan Yuzi selama ia tidak ada di sisi kekasihnya itu.
Hari demi hari berlalu. Yuzi terlalu sibuk untuk meluangkan waktu untuk Ken. Mereka jarang bertemu di sekolah, hanya pesan dan telepon singkat yang menjadi penghubung mereka. Hal itu, ditambah kekhawatiran Ken yang belum juga usai membuatnya merasa semakin jauh dari Yuzi. Lebih jauh daripada saat dirinya berada di Amerika.
Kabar kedekatan Yuzi dan Tara memang sudah tersebar luas, sejak hari itu di kantin. Awalnya Yuzi merasa risih, namun Tara menenangkannya dengan mengklarifikasi bahwa mereka tidak ada hubungan apa-apa selain rekan seorganisasi. Namun api yang begitu besar malah akan semakin mengamuk ketika disiram sedikit air yang seharusnya meredakan api itu.
“Ken, kau tahu berita itu tidak benar. Kau juga tahu seperti apa Kak Tara, dia orang yang sangat profesional. Aku dan dia bisa sedekat ini karena pensi ini, setelah itu pasti dia akan menjaga jarak, menjaga image.”
“Aku percaya padamu, Zi.”
“Terima kasih, Ken. Lega sekali rasanya.”
Seperti itulah percakapan terakhir mereka di telepon sebelum akhirnya puncak dan akhir dari kesibukan Yuzi dimuai.
Tibalah saatnya pensi dilaksanakan. Auditorium sekolah serasa butuh lebih banyak pasokan okigen. Kegaduhan menghiasi gedung besar itu, para siswa saling bertukar pendapat dan harapan tentang event yang mereka tunggu-tunggu ini.
“Yuzi, 10 menit lagi!” teriak Anna dari balik pintu yang terbuka.
Yuzi mondar-mandir di ruang ganti untuk mengatur nafas. Sesekali ia berhenti di depan cermin besar, memandangi dirinya dengan mini dress merah dan high heels kesukaannya, dengan rambut tergerai bebas. It’s perfect!
“Cantik.” Suara Tara tiba-tiba terdengar
Yuzi menoleh, “Eh?” ia ingin menanyakan kepada siapa pujian itu diarahkan, namun ia mengurungkannya, melihat para pengagum Tara yang juga berada di ruangan yang sama terlihat siap siaga menerkamnya jika ia salah bertindak.
“Kau sudah siap?” kali ini Yuzi yakin pertanyaan itu untuknya.
Ia mengangguk lalu berjalan keluar ruangan mengikuti Tara. Di sudut panggung Tara berusaha menghibur Yuzi yang masih sangat gugup.
“Yuzi, relax. Enjoy it!”
“I’m trying, but it’s my first time. I’m too nervous. Aku takut nanti aku membuat kesalahan, aku takut kakiku terkilir, aku takut na..”
“Calm down!” Tara memegang kedua pundak Yuzi, yang malah membuat gadis itu malah kesulitan bernafas. “Mereka menantikan acara kita, mereka mengharapkan kau naik ke panggung dan segera memulainya. It’s your time, Yuzi.” Tara memandang kedua bola mata Yuzi lekat-lekat.
“I’m ready!”
Di sudut panggung yang lain, Ken menyaksikan apa yang seharusnya tidak ia saksikan. Ia menjatuhkan bunga dari tangannya lalu pergi begitu saja meninggalkan gedung, bahkan sebelum acara dimulai.
Pensi berlangsung dengan sangat meriah di bawah kendali Yuzi. Meski ini adalah pengalaman pertamanya menjadi MC di sekolah yang belum cukup setengah tahun ia huni, gadis itu berhasil membakar semangat para penonton –yang kebanyakan senior- dengan sosoknya yang jelita serta bakat alamiahnya membawakan acara dengan sangat menyenangkan.
Yuzi turun dari panggung setelah mempersilahkan pengisi acara terakhir untuk beraksi. Ia segera merebahkan tubuhnya di sofa ruang ganti, ia memejamkan matanya sebentar, merasa sangat lelah sekaligus lega. Lalu matanya berfokus pada rangkaian bunga di meja rias. Karena penasaran, ia meraih bunga itu dan membaca secarik kertas kecil di salah satu sisinya, “Tuan Putri Yuzi”. Ia tahu persis siapa pengirim bunga itu.
“Aku telat?” Tanya tara yang tiba-tiba sudah berdiri di belakangnya.
“Eh?” Yuzi tidak mengerti maksud pertanyaan itu.
Tara tertawa kecil lalu menyerahkan sebuah boneka beruang berukuran sedang kepada Yuzi, “Selamat. Malam ini kau luar biasa.”
“Terima kasih. Bonekanya lucu.” Yuzi meraih boneka itu lalu memeluknya erat. Namun sesuatu yang keras menyakiti lengannya. Ia mencari tahu asal benda itu yang ternyata ada di dalam saku sang beruang. “Apa ini?” Yuzi meletakkan bunga dan bonekanya di meja dan fokus pada benda itu.
“Buka saja.”
Kotak merah kecil itu berisi sebuah kalung yang sangat indah. Yuzi terpaku. Tiba-tiba Tara menggenggam kedua tangan Yuzi, tatapannya berubah sedikit lebih lembut, dan..segaris senyum tulus, sangat tipis, namun Yuzi bisa melihatnya dengan jelas.
Tara yang menyadari keganjalan ini, segera melepaskan genggamannya “Maaf. Aku tahu ini terlalu tiba-tiba. Yuzi..aku menyukaimu, aku menyayangimu. Since the first time we met. Empat bulan yang lalu, sejak hari pertama kau menginjakkan kaki di sekolah ini. Saat itu…”
Yuzi terlalu terkejut untuk mencerna kalimat-kalimat itu. Bahkan ia hampir lupa bagaimana cara bernafas. Bukan karena pengakuan itu, tapi karena sosok yang sedari tadi menghantui pikirannya.
“Yuzi..” Tara membuyarkan lamunan Yuzi, membuat gadis itu mengerjap beberapa kali. “Be mine?”
Seakan ada arus pendek mengalir di kepalanya, “maaf, Kak Tara. Aku sudah jadi milik orang lain.” Kata-kata itu meluncur begitu saja, membuat Tara tak sanggup menyembunyikan keterkejutannya.
Yuzi melepaskan genggaman Tara, lalu meletakkan kotak itu di atas telapak tangan Tara-yang dengan terpaksa ia buka. Ia kembali meraih rangkaian bunga itu lalu berpaling meninggalkan Tara.
“Yuzi, tidak bisakah kau memberiku kesempatan?” Tara menahan pergelangan tangan Yuzi.
Yuzi diam sejenak, lalu berbalik menghadap Tara dan menggeleng. “Ini bukan soal siapa yang lebih dulu, tapi siapa yang dipilih hatiku.” Diam lagi. “Kak Tara, jujur, aku memang mengagumimu. Tapi hanya itu. Maaf jika ini menyakitimu. Tapi saat ini pun, satu-satunya laki-laki yang ada di pikiranku hanya Ken. Maafkan aku.”
Tara tidak bisa berkata apa-apa lagi. Ia hanya melonggarkan genggamannya, membiarkan pujaan hatinya pergi.
Yuzi terus berlari menyusuri lorong-lorong kelas tanpa peduli dengan kegelapan di sekitarnya. Ia hanya mengikuti firasatnya yang mengarahkannya ke kelas Ken, orang yang sangat ingin ia temui. Dan benar saja, pria itu tengah berdiri menghadap keluar jendela. Dengan kedua tangan diselipkan di saku celana dan rambut yang sedikit acak-acakan di bawah pantulan sinar bulan membuat sosoknya tampak sangat misterius, auranya berbeda.
“Ken?” Tak ada jawaban. Yuzi memberanikan diri mendekat, namun langkahnya terhenti ketika melihat layar ponsel Ken di atas meja dengan gambar dirinya terpampang di sana. Bukan itu yang membuatnya terhenti, melainkan sosok pria dalam gambar itu yang sedang menggenggam tangannya. Rangkaian bunga yang dipegang Yuzi pun jatuh ke lantai untuk yang kedua kalinya.
“Ada yang tidak aku ketahui?” akhirnya Ken bersuara. Suaranya serak dan terkesan sangat berat.
“Dari mana kau mendapatkan foto ini?” Yuzi panik, takut Ken akan salah paham.
“Apa itu penting sekarang?” Ken berbalik dan menatap Yuzi dengan tajam.
“Ken..”
“Aku percaya padamu, Zi.” Diam sejenak, “sampai beberapa menit yang lalu.”
“Tidak, dengarkan aku dulu, Ken.”
Sang lawan bicara hanya menatapnya dengan hampa.
“Kak Tara menyatakan perasaannya padaku. Tapi kau tahu apa jawabanku.”
“Apa yang aku tahu?”
“Ken, aku kekasihmu. Aku hanya menginginkanmu. Kau salah paham. Percaya padaku, Ken.” Air mata Yuzi sudah menggumpal, siap untuk pecah.
“Jangan menangis. Aku tidak akan memelukmu.”
Yuzi merasa dihantam batu besar tepat di kepalanya. Ia bersusah payah menahan air matanya, namun gagal. Akhirnya ia hanya bisa berbalik dan berjalan gontai menjauh dari sosok Ken “lain”. Baru beberapa langkah, ia berbalik lagi lalu berlari ke pelukan Ken.
“Maafkan aku, Ken. Seharusnya aku lebih peka dengan situasi ini, seharusnya aku lebih memahami perasaanmu. Maafkan aku.” Yuzi menumpahkan air matanya.
Ken mati-matian menahan diri untuk tidak membalas pelukan itu, “aku bilang jangan menangis!” Namun malah membuat tangisan itu semakin menjadi-jadi.
“Seharusnya aku yang meminta maaf.” Tiba-tiba sebuah suara terdengar dari balik kegelapan, kemudian langkah kaki mendekati mereka, hingga seberkas pantulan cahaya meneranginya. Tara. Ia yang sedari tadi menguping akhirnya angkat bicara.
“Maaf, Ken. Aku terlalu lancang mendekati kekasihmu.”
Yuzi melepaskan pelukannya.”Kak Tara..”
Belum selesai Tara mengucapkan kalimatnya, Ken langsung melayangkan pukulan tepat di sudut bibirnya. Ia tersungkur ke lantai dengan darah segar yang mulai mengalir.
“Ken! Apa yang kau lakukan?!” Yuzi histeris sambil manarik lengan Ken dengan kasar. “Kak Tara, kau baik-baik saja?” tanyanya cemas, membantu Tara berdiri.
“Aku pantas mendapatkannya.”
Tara berdiri sambil mengerang kesakitan.
“Kau tahu apa yang Yuzi katakan sebelum ia menemukanmu di sini?”
Ken hanya terdiam dengan tatapan membunuh. Ia masih belum membalas pelukan Yuzi.
“Dia bilang satu-satunya pria yang ada di pikirannya adalah kau, bahkan saat dia sedang bersamaku.”
Kali ini Ken tersentak. Ia masih merasakan pelukan Yuzi, namun tidak ada tangisan lagi.
“Kau pria paling beruntung, Ken. Aku iri padamu. Tai aku tidak menyesal menyerahkan hatiku padanya.”
Yuzi melepaskan pelukannya, “Aku tidak sekeren itu, Kak Tara. Kau melebih-lebihkan.” Suaranya terdengar sedu.
Ia menatap Ken dalam-dalam, “Ken, aku mencintaimu.” Lalu ia berlalu.
“Mengapa kau diam saja?! Apa kau bodoh?!” teriak Tara.
“What kind of shit are you doing?”
Setelah cukup lama berdiam diri, Tara hendak menyusul Yuzi ketika Ken tiba-tiba berlari secepat kilat mendahuluinya.
Dengan sekali hentakan, Ken menarik lengan lalu memeluk Yuzi dengan erat.
“Maafkan aku, Zi. Aku menyayangimu.”
“Aku juga, Ken.”
Dari kejauhan, seseorang menghembuskan nafas lega, mencoba ikhlas dan merasakan kebahagiaan melihat gadis impiannya meraih kembali bulannya.





     
 
what is notes.io
 

Notes.io is a web-based application for taking notes. You can take your notes and share with others people. If you like taking long notes, notes.io is designed for you. To date, over 8,000,000,000 notes created and continuing...

With notes.io;

  • * You can take a note from anywhere and any device with internet connection.
  • * You can share the notes in social platforms (YouTube, Facebook, Twitter, instagram etc.).
  • * You can quickly share your contents without website, blog and e-mail.
  • * You don't need to create any Account to share a note. As you wish you can use quick, easy and best shortened notes with sms, websites, e-mail, or messaging services (WhatsApp, iMessage, Telegram, Signal).
  • * Notes.io has fabulous infrastructure design for a short link and allows you to share the note as an easy and understandable link.

Fast: Notes.io is built for speed and performance. You can take a notes quickly and browse your archive.

Easy: Notes.io doesn’t require installation. Just write and share note!

Short: Notes.io’s url just 8 character. You’ll get shorten link of your note when you want to share. (Ex: notes.io/q )

Free: Notes.io works for 12 years and has been free since the day it was started.


You immediately create your first note and start sharing with the ones you wish. If you want to contact us, you can use the following communication channels;


Email: [email protected]

Twitter: http://twitter.com/notesio

Instagram: http://instagram.com/notes.io

Facebook: http://facebook.com/notesio



Regards;
Notes.io Team

     
 
Shortened Note Link
 
 
Looding Image
 
     
 
Long File
 
 

For written notes was greater than 18KB Unable to shorten.

To be smaller than 18KB, please organize your notes, or sign in.