Notes

“Mom dan dad pasti sangat senang melihat karyaku.” Seorang gadis bermonolog sambil melukiskan sesuatu diatas kanvas berukuran sedang itu. Tak lama setelahnya ia menaruh kuas dan menatap puas hasil karyanya. Gadis itu melukis dirinya dan kedua orang tuanya saat di taman hiburan 10 tahun yang lalu. Ia mendapat foto lama di gudang belakang rumahnya dan berusaha melukis sebaik mungkin.
Suara derap kaki mengalihkan pandangan Kat, nama si gadis kearah luar pintu. Ah! Sepertinya orang tuanya sudah kembali. Ia hampir memutar kenop pintu kamarnya sampai suara memekakkan menyapa gendang telinganya.

PRANG

“SUDAH KUBILANG AKU TIDAK SELINGKUH DENGANNYA!!”
“BOHONG!!! AKU MELIHATNYA, ERIC! AKU MELIHATMU BERPELUKAN DAN NYARIS MENCIUMNYA”
“Dengar Queena, aku lelah dan tak ingin bertengkar denganmu” Pria bernama Eric itu menghela nafas sambil melonggarkan ikatan dasinya.
“ck! Jadi kau mengaku selingkuh dengan sekretarismu itu, hah?” Eric mendelik mendengar nada sinis Queena
“Hey, dengar nyonya sok tahu. Aku bukan kau yang suka pergi dengan lelaki sesukamu”
“AKU BEGITU KARENA KAU SIBUK TAK TAHU KEMANA PAK TUA!” Queena terlihat marah dan langsung menaikkan nada bicaranya.

Kat terlihat menangis sambil memeluk kedua kakinya. Suara ini sudah sering didengarnya tapi ia masih tak terbiasa. Ia tidak akan pernah mau terbiasa dengan pertengkaran kedua orangtuanya. Ia menangis mengenang masa kecilnya dulu. Dulu sebelum ia pindah ke New York, sebelum orang tuanya memutuskan untung berkerja, mereka adalah keluarga kecil yang harmonis. Mereka tidak berkecukupan tapi mereka bahagia. Kat dulu sering bermain di peternakan dekat rumahnya, lalu jika hari menjelang malam ia akan pulang dan makan malam bersama dengan orang tuanya sambil menceritakan pengalaman apa yang…
BRAK
…..dialaminya tadi. Kat mengigit bibirnya menahan isak tangis. Ibunya pasti pergi sambil membanting pintu. Diraihnya plastik kecil di saku celananya lalu meminum beberapa pil.

“sepertinya pil ini sudah mulai habis” gumamnya. Ia pun berdiri dan berjalan menuju nakas disamping Kasurnya. Sambil tiduran Kat menekan beberapa digit angka lalu mendekatkan ponsel itu ke telinganya. Suara berat pun terdengar.
“Aku mau 15 gram morfin. Besok antarkan ke tempat biasa.”ujarnya tanpa basa basi
“………….”
“Iya, akan kubayar dengar harga tinggi”
“…….” Kat pun menutup teleponnya setelah memesan beberapa gram narkotika.

Dengan kepala yang terasa seperti melayang, Kat memaksakan kakinya ke dapur untuk mengambil segelas air. Ia membuka pintu kamarnya dan melihat daddynya telihat menelpon seseorang sambil duduk disofa memunggunginya.
“Iya, sayang. Aku akan segera bercerai dengan si cerewet itu”
“…..”
“tenang saja, kat akan kuserahkan pada ibunya. Dia bukan penghalang kita” bibir kat bergetar mendengar obrolan daddynya barusan. Dengan tergesa ia masuk ke kamarnya dan menutup pintunya rapat rapat. Ia memendam kepalanya dalam tumpukan bantal. Ia kecewa pada daddy dan mommynya.
“mereka tak butuh aku, aku hanya penghalang”ia terisak lalu meraba laci nakasnya. Ia mengambil 5 plastik kecil berisikan morfin lalu menghabiskan semuanya saat itu juga. Ia tertawa kecil, efeknya membuatnya melayang
“hahaha aku habiskan semuanya. Ckck hebat sekali padahal baru 3 hari yang lalu aku beli. Hahaha tak apa lah besok juga aku sudah dapat barangnya” ia tertawa lalu tiba tiba menangis tersedu sedu. Ia menangis memikirnya nasibnya. Ia bangkit dan meraih selembar kertas dan sebuah pulpen. Ia menuliskan semua unek uneknya disana lalu tanpa sadar ia tertidur lelap.

--keesokan harinya--
Eric terbangun karena sinar matahari mengganggu tidurnya. Ia bangkit dari tempat tidurnya dan melihat ponselnya, jam 12.15.
“Pantas saja tubuhku terasa kaku” ucapnya sambil merenggangkan tubuh. Ia melangkah kearah ruang tv dan sekilas melihat pintu kamar Kat. Ia agak heran, biasanya Kat sudah berada di depan tv sambil menonton acara kesukannya. Tapi eric cuek dan langsung duduk di sofa sambil membaca majalah.

Saat Eric sedang asyik membaca, terdengar suara ponsel dari kamar Kat. Awalnya ia tak perduli namun lama kelamaan, suara itu terdengar seperti meraung raung dan itu cukup membuat Eric jengkel.
“Kat, matikan handphonemu! Itu membuat daddy pusing” ia berkata sambil berteriak. Namun taka da respon dari kat sama sekali. Eric pun dengan wajah kesal menghampiri kamar Kat dan membuka pintunya.
“Ck! Bangun Kat! Daddy sudah berteriak kau masih belum bangun??” Eric dengan tak sabar mengguncang tubuh putri semata wayangnya. Namun ada yang aneh. Tubuh kat terasa dingin dan kaku. Dengan panik, ia mengecek nafas Kat tapi sayang, Kat sudah lebih dulu pergi. Sambil menangis Eric membaca kertas di samping Kat yang berisi.....

‘wah tubuhku melayang!! Hahaha morfin memang hebat! Ia bisa membantuku melepas stress dan membuatku merasa lebih baik. Hahaha biarlah aku lupa sejenak tentang mommy dan daddy. Tentang kesalahan aku ada diantara mereka. Aku harusnya minta maaf karena sudah lahir dan menghambat semua rencana daddy dan mommy, tapi sungguh aku sangat mencintai mereka. Aku bahkan rela menukar apapun milikku untuk mengembalikan kami seperti dulu. Jujur aku rindu kita yang dulu mom, dad. Bahkan aku rela tidur dikandang sapi asal itu bersama kalian. Melihat kalian bertengkar membuatku sedih. Aku harap kalian akur seperti dulu bisakah? Aku ingin kita melihat matahari terbenam bersama sama’