Notes

RINGKASAN ISI BAB 1 "Learning to Teach" (Richard I. Arends, edisi ke-10)
Oleh Elva Susanti Meylani

Sebagai sebuah seni, proses mengajar memiliki aspek-aspek tertentu yang tidak dapat didikte semata-mata oleh pengetahuan saintifik. Mengajar memerlukan intuisi dan keterampilan dalam mengambil keputusan yang hanya dapat diperoleh melalui pengalaman personal. Akan tetapi, seperti status profesional lain dalam masyarakat (dokter, pengacara, arsitektur, dll) guru juga dimintai pertanggungjawaban oleh masyarakat atas praktiknya. Dengan itu dibutuhkan suatu standar dan etika yang ilmiah bagaimana proses mengajar menjadi suatu praktik yang efektif.

Konten pendidikan formal berganti dengan signifikan dari abad ke abad. Pendidikan formal di Amerika Serikat pada abad ke-19 mengajarkan semata-mata literasi dasar atau calistung (baca, tulis, dan hitung). Profesi guru dapat dikatakan tidak ada dan diduduki secara sukarela sebelum mencapai "profesi sesungguhnya". Seratus tahun kemudian, di tahun 1918, garis besar fungsi pendidikan di Amerika Serikat telah mencakup tema seperti kesehatan anak dan kemampuan vokasi untuk bekerja, di samping pula nilai-nilai moral dan kewarganegaraan. Pendidikan khusus mulai diberikan kepada para calon guru dengan durasi studi yang semakin meningkat. Di abad globalisasi, banjir informasi dan perkembangan global yang cepat telah menjadikan dunia pendidikan semakin kompleks dan luas; demikian pula dengan peran yang diharapkan dari profesi guru. Tapscott (2001:1) menyatakan bahwa urusan guru di abad ke-21 bukan lagi tentang transmisi data, namun condong pada kustomisasi pengalaman belajar bagi siswa.

Tantangan-tantangan bagi guru di abad ke-21 dapat diidentifikasi ke dalam enam poin berikut ini.
☆ Dunia "datar", iGeneration, dan media sosial: siswa dapat memiliki akses informasi tak terhingga di tangannya sehingga peran guru digeser paksa dari sumber informasi tunggal menjadi fasilitator dalam belajar
☆ Keragaman siswa: teknologi transportasi merubah wajah demografi wilayah dan ruang kelas; siswa kini datang dari beragam latar belakang suku, agama, sosial, dan ekonomi yang mengharuskan guru untuk mengakomodasi keragaman yang ada di ruang kelas dalam proses KBM
☆ Standarisasi dan akuntabilitas: tuntutan atas standarisasi keluaran kemampuan peserta didik dan proses penilaian yang akuntabel
☆ Pilihan sekolah dan kurikulum: Berkontras dengan standarisasi, bermunculan berbagai sekolah dengan "rasa" berbeda yang mengusung prinsipnya masing-masing untuk memenuhi preferensi masyarakat: home-schooling, sekolah agama, sekolah seni, sekolah STEM, sekolah alam, dst.
☆ Konsepsi mutakhir tentang pengetahuan, pembelajaran, dan kemampuan: guru diharuskan memandang dan mendidik siswa tidak hanya dalam ranah kognitifnya, melainkan juga afektif dan psikomotor; di antara banyaknya variasi teori lain tentang kecerdasan dan kemampuan
☆ Tanggung jawab atas pembelajaran siswa: guru semakin dinilai performanya dari kemampuan siswa yang diajarnya

Guru memegang tiga peranan kunci dalam proses belajar-mengajar:
1. Kepemimpinan
2. Instruksional
3. Organisasional

Lima atribut tingkat tinggi yang harus dikuasai guru abad ke-21:
1. Mempunyai kualitas personal (KEPRIBADIAN) yang mampu mengembangkan kepedulian dan ketulusan dalam hubungan dengan siswa, orangtua siswa, dan koleganya
2. Menciptakan MODEL KEADILAN SOSIAL di ruang kelas
3. Menguasai PONDASI PENGETAHUAN dalam pedadogik, tumbuh kembang manusia, dan bidang yang diajarnya
4. Memiliki "REPERTOIRE" atau resep dalam mengajar (bagaimana memotivasi siswa, membangun pemikiran tingkat tinggi, menyemai karakter dan kedisiplinan, dll)
5. Memandang mengajar sebagai PROSES SEUMUR HIDUP dengan terus-menerus mengasah daya perenungan dan pemecahan masasalah

Tahapan perkembangan seorang guru dalam mengajar berdasarkan fokus perhatiannya dapat diuraikan menjadi tiga: 1) tahap bertahan, 2) tahap situasi mengajar, dan 3) tahap keluaran siswa dan pemantapan kemampuan. Rumusan tersebut terlalu kaku dan tidak selalu sejalan dengan kenyataan. Akan tetapi, adanya tahapan tersebut menunjukkan bahwa mengajar merupakan suatu proses perkembangan yang dilalui tiap individu. Seorang guru dapat menggunakan tahapan tersebut sebagai kompas sederhana untuk mengecek dan merefleksikan perkembangan dirinya. Pengetahuan akan tahapan perkembangan profesional membantu guru dan calon guru untuk mengatasi kecemasan dan kekhawatiran akan kelemahan mereka dan menjadi motivasi untuk meningkatkan kualitas diri.