Notes

Usai membawa laptopnya keluar atas kacaunya jaringan dalam kantor, Theseus segera berpindah ke Helper’s office yang tidak terpakai. Dalam kondisi seperti ini, rekan-rekan sekelompoknya tidak boleh sampai mengetahui. Theseus mengetahui akan alat pengacau gelombang yang kemungkinan ditanamkan oleh Raihan, pun juga telah mengantisipasinya. 𝗦𝗲𝗺𝘂𝗮 𝗶𝘁𝘂 𝗺𝗮𝘀𝘂𝗸 𝗱𝗮𝗹𝗮𝗺 𝘁𝗲𝗯𝗮𝗸𝗮𝗻𝗻𝘆𝗮. Walaupun begitu, virus itu dibiarkan secara leluasa memasuki komputernya akibat menggunakan server komunikasi Jepang yang terlalu terbuka.

Dalam hitungan menit, layar 𝘔𝘢𝘤𝘉𝘰𝘰𝘬nya dipenuhi dengan sebuah pop-up notification berupa: 𝐀𝐂𝐂𝐄𝐒𝐒 𝐓𝐎 𝐓𝐇𝐄 𝐅𝐈𝐋𝐄 𝐇𝐀𝐒 𝐁𝐄𝐄𝐍 𝐃𝐄𝐍𝐈𝐄𝐃. 𝐂𝐎𝐍𝐓𝐀𝐂𝐓 𝐓𝐇𝐄 𝐇𝐎𝐌𝐄 𝐒𝐄𝐑𝐕𝐄𝐑 𝐈𝐌𝐌𝐄𝐃𝐈𝐀𝐓𝐄𝐋𝐘. Jejari malas pun mulai merogoh saku celananya, mengeluarkan kacamatanya yang sejak awal terhubung dengan 𝘩𝘰𝘮𝘦 𝘴𝘦𝘳𝘷𝘦𝘳 khusus Kingsman—di mana pancaran sinyal berada di atas sinyal normal, lain dengan yang digunakan warga Jepang. Dalam hitungan detik, panggilannya segera tersambung pada Gareth yang sejak awal memang sedang mengawasi pergerakannya.

“Gareth,” sapanya datar, mengontak koleganya seolah-olah pancaran gelombang tersebut hanya sebatas angin berlalu yang 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐛𝐞𝐫𝐚𝐫𝐭𝐢 𝐚𝐩𝐚-𝐚𝐩𝐚 𝐛𝐚𝐠𝐢𝐧𝐲𝐚. “Code number 10.”

“Anticipated, Gawain. Don’t worry, I kept on track when he breached your device.” Tawa sang sidekick, seolah-olah mendapatkan virus dari musuh adalah remeh temen kecil. Yang memang, bukan masalah besar. “Your device has been disconnected from the home server and all data have been wiped out. I’ll help you restore them on your new device.”

Kekehan subtil mengudara diantara atmosfir tegang yang seharusnya dirasakan. Memang bukan sebuah masalah besar, sebab semua data miliknya sudah otomatis ditampung dalam 𝘴𝘺𝘴𝘵𝘦𝘮 𝘴𝘵𝘰𝘳𝘢𝘨𝘦 pribadi milik Kingsman dengan keamanan tingkat tinggi. Mencoba meretasnya sama saja seperti mencoba meretas keamanan Google, bahkan lebih sulit. “𝘊𝘰𝘱𝘺 𝘵𝘩𝘢𝘵.” Balasnya ringan, membawa kemilau putih dari 𝘔𝘢𝘤𝘉𝘰𝘰𝘬 yang sudah digenggam dengan satu tangan menuju tong sampah terdekat dan 𝗺𝗲𝗺𝗯𝘂𝗮𝗻𝗴𝗻𝘆𝗮 tanpa berpikir panjang. Bagai seorang pria yang tidak berselera dengan 𝘩𝘢𝘮𝘣𝘶𝘳𝘨𝘦𝘳 yang terdapat rambut orang lain dan memutuskan untuk menceburkan seluruh roti lapis tersebut ke dalam tong sampah. Sebab membersihkan virus tersebut memakan waktu lama, dan Theseus sudah merasa jijik untuk melihat laptop tersebut. Sepasang tungkainya menjejak dengan santai menuju kamarnya, hendak mengambil 𝘴𝘱𝘢𝘳𝘦 laptop yang sekaligus dibawanya dalam kamar.

“Gawain,” kata Gareth ditengah keheningan panggilan yang masih terhubung, menyuarakan kekhawatiran. “With your knowledge and capability, you surely have 𝘣𝘢𝘵𝘵𝘦𝘯 𝘥𝘰𝘸𝘯 𝘵𝘩𝘦 𝘩𝘢𝘵𝘤𝘩𝘦𝘴 before, haven’t you?” tanya tersebut beriring dengan nada heran, “You know that such a child’s play is a no match for you if you connect your device with our 𝘩𝘰𝘮𝘦 𝘴𝘦𝘳𝘷𝘦𝘳 from the start. Then 𝙬𝙝𝙮?”

Ada penghentian singkat ketika bunyi ‘KLIK dari pintu menjadi jawaban, dan juga gemersik langkah kaki, ruangan sunyi dengan guncangan kecil. Nampak dalam layar Merlin pemandangan dari seisi ruangan menurut sudut pandang Theseus yang baru saja usai mengambil laptopnya, kemudian mulai berjalan balik; mengunci pintu kamarnya.

“Where is the fun if I 𝗽𝗿𝗲𝘃𝗲𝗻𝘁 him from spreading the virus?” sebuah tanya ditujukan kembali kepada 𝘴𝘪𝘥𝘦𝘬𝘪𝘤𝘬nya sebagai jawaban. “It’s been a while since anyone breached my device, Gareth. I got bored of my old 𝘔𝘢𝘤𝘉𝘰𝘰𝘬 and thus he helped me add up the reason to dump that shit, hahaha!”

Merlin terdiam sejenak, mendengarkan celotehan rekannya tersebut. “Besides, the stray cat needs to be 𝐟𝐞𝐝 and tamed. He won’t be pleased if I don’t let him do as he wished~. Aw, what a cat instinct to notice that security cameras. 𝗛𝗼𝘄 𝗹𝗼𝘃𝗲𝗹𝘆~.” Keheningan tersebut berangsur menjadi derai tawa dari pria yang lain, “Well, well, fine, then. Make sure to give a good pet and be genuine. Unsure you will succeed by such 𝐫𝐢𝐝𝐢𝐜𝐮𝐥𝐨𝐮𝐬 𝐡𝐢𝐧𝐭𝐬, but good luck.”

“Hahaha! I’ll take that as compliment. I will, of course. Thank you, Gareth.”