Notes

Yang indah memang bisa menghibur; membubuhkan luka selama-lamanya. Sama dengannya momen yang dilewatkan ia bersamaan dengan Biru Laut, seakan-akan masih sulit untuk dipercaya. Apa benar, pemuda yang tengah memberinya tritmen pemuas nafsu ini adalah orang yang ia kenal? Pemuda yang telah membiarkan ia duduk pada salah satu kursi kedai kopi, bersebelahan? “Hhahh.” Lagi, desah 'tak lagi dapat disembunyikan. Hangat, berada didalam sana hangat rasanya. Jadi, bagian mana lagi yang belum kau jajah? Hatinya bertanya, sebab diri seakan diambil alih. Sedangkan itu bulir keringat mulai menyeberangi pelipis, aneh bukan? Saat pendingin setia menyala mulai dari sejak mereka masuk kendaraan. “Belum, lagi. Dimasukkan lagi, Nak Laut. Saya mau rasakan—” Gigi menggertak. Merah, rona membara. Kesiap hati gairah, bergelayut cinta pada pesona Laut satu-satunya. Campur aduk, sebenarnya apa yang tengah dirasanya saat ini? Kenikmatan— atau jatuh cinta kesekian kali? “Sensasi waktu menyentuh tenggorokan kamu.” Sadar ia akan rasa ragu adam satu ini saat memasukkan kejantanannya, oh ya, kali pertama ya? “Saya bantu, biar gak berlama-lama lagi.” Tidak memerlukan respon dikedepannya, Frederik tanpa berbabibu menyalurkan tekanan pada telapak tangan yang sejak tadi telah ditempatkan pada puncak kepala si pemuda. Dalam satu— hentakan mungkin? untuk menerobos masuk. Pinggul ikut terangkat samar, setidaknya bangkit dari posisi duduk seakan sengaja maju dengan arah berlawanan; bersamaan sewaktu kuasa menekan kepala itu. “Kk— hha!” Tidak bohong, gesekan antar miliknya dan deretan gigi itu jelas menimbulkan rasa nyeri; barangkali terlalu terburu-buru. Percayalah, tidak seburuk itu juga— mungkin akibat bersatunya dengan himpitan, belum lagi rongga mulut bagian dalam sang lawan main yang seakan terus menariknya masuk? sempit, agak diremas-remas atau dirinya yang terlalu berlebihan? pastinya lagi, biarkan ia meminta maaf setelah ini, sayang.