Notes

Alifiah Nurul Izzah (24) - 205120101111050

Film The Man From Earth menceritakan bagaimana
sesosok John Oldman, yang di awal cerita dikisahkan sebagai seorang profesor
berusia 35 tahun di suatu universitas. Ia memutuskan untuk ‘resign’ dan pindah
menuju ke tempat lain bersama kekasihnya. Sebelum itu, ia mengundang beberapa
kerabat kerjanya sesama profesor, untuk menjamu mereka sekaligus berpamitan. Terdapat
professor-professor yang menjadi ahli di ilmu antropologi, biologi, arkeologi,
psikologi, sampai ahli literatur agama Kristen. Di penjamuan itu, John mengaku
kalau dia adalah seorang manusia Cro-Magnon yang telah hidup 14.000
tahun lamanya sejak era Paleolitikum. Ia berkelana ke seluruh penjuru dunia, pernah
dianggap sebagai orang yang suci, hingga akhirnya menurut pengakuannya sesosok
Yesus adalah dirinya yang sebenarnya (dia adalah orang yang dibicarakan dalam
Perjanjian Baru). Ia bercerita bagaimana dia bisa tidak pernah mati bahkan saat
disalib, berkenalan dengan Buddha di India, dan bagaimana kehidupannya yang
tidak pernah berhenti. Ditampilkan emosi yang naik-turun secara intens di antara
tokohnya, dari yang awalnya mereka meremehkan, hingga kemudian lama-kelamaan
secara tidak sadar film ini membawa tokoh dan penontonnya untuk mengikuti
bahkan sampai ketagihan dengan cerita si John Oldman ini. Alur di film bergenre
science-fiction ini di cap kontroversial, sebab dianggap menghina suatu
kepercayaan. Tapi dari sudut pandang penulisan naskah, film ini patut diacungi
jempol karena kompleksitas alur ceritanya yang minim ‘kecacatan’ yang
mengganjal.
---
Ternyata bila ditelusuri lebih dalam, amanat yang dapat
diambil dari film ini = penerapannya dalam ilmu filsafat. John adalah orang
yang menceritakan kisah hidupnya secara Empiris. Ini dibuktikan dengan
ceritanya yang menyukai perapian, karena di zaman Paleolitikum ada tanda
ditemukannya api oleh manusia. Ia juga berpikir secara Rasional, ia berkata
kalau dia tidak akan pernah tahu kalau dia adalah manusia gua (cave man),
jika saja dia tidak bersekolah, menuntut ilmu, melatih otak dan pikirannya
untuk dapat berpikir jika dia adalah si manusia gua tersebut. Meskipun
barang-barang peninggalannya semasa hidup hanya sedikit yang tersisa, dari
bukti ia sangat menyukai perapian itu saja menurut saya sudah cukup memberitahu
penonton, kalau memang benar ia adalah manusia prasejarah. Terlepas dari
kontroversinya, cukup dipahami bahwa film hanyalah film. Terlebih, ini bergenre
fiksional sehingga yang terpenting adalah bagaimana sudut pandang dari para
penontonnya itu sendiri.