Notes

PUSPA

“Ta, jadi jomblo emang nggak enak ya ?” ”Kamu sih, banyak petimbangan, cari cowok saja kriterianya rumit, kayak pangeran mencari permaisuri.” jawab Tata sinis. Tata sudah hafal karakter Puspa. ” Aku harus punya cowok yang tampan, gaul, tajir dan bertitel, pantas digandeng, layak dipamerkan tetangga dan yang paling utama dapat untuk sandaran saat dompet menipis,” sanggah Puspa. Puspa dilahirkan di sebuah desa, dari keluarga yang sederhana, namun gaya hidupnya bak selebritis. Bicaranya selalu tinggi-tinggi, sedikit arogan, membuatnya sepi dari teman cewek. Hanya Tata yang awet sobatnya. Semua teman ceweknya lari, tak tahan ocehan-ocehan yang selangit yang membuat telinga alergi, karena tak sesuai dengan keadaan. Tata yang dengan sabar menemani, menasehati agar jangan silau akan ketampanan, jangan terbuai oleh kekayaan, jangan terbius oleh titel. Nasihat itu selalu masuk telinga kanan dan langsung lepas di telinga kiri. Sepatu hak tinggi, rok mini, dan kalung monte jadi khas penampilan Puspa.

”Pus, kamu itu mau kuliah atau mau ke pesta ?” sindir Tata. ”Biarlah Ta, begini saja nggak dapat-dapat cowok, apalagi kalau penampilan udik .”

“Ta, besok aku mau mudik, uangku dah menipis. Ya beginilah kalau jomblo, kalau dah tanggal tua pusing tujuh keliling.” ( Orientasi)

Dikampus, khususnya dijurusan mereka, ada mahasiswa baru yang rupanya menarik perhatian Puspa. Tinggi, tampan, dan tentu saja tajir. Fabian namanya.

"Ta, kayanya gue udah nemuin calon gue deh" ucap Puspa. "Jangan bilang, yang lu maksud itu si mahasiswa baru dikelas kita? Siapa namanya? Fabian ya?" Puspa pun hanya mengangguk mengiyakan tebakan dari Tata.

"Gue harus dapetin dia pokoknya" ujar Puspa dengan mantap.

Hampir setiap hari Puspa selalu berusaha menarik perhatian Fabian namun usahanya nihil. Yap, Fabian sama sekali tak tertarik padanya, bahkan bisa dibilang cuek terhadapnya.

Tak jarang, Puspa selalu melabrak setiap cewe yang dekat dengan Fabian. Tentunya hal itu semakin membuat Fabian tidak tertarik padanya.

"Lu mau sampai kapan sih kaya gini? Dengan lu yang kaya gini terus, itu malah semakin ngebuat gue gaakan pernah bisa ngebales perasaan lu" omel Fabian yang langsung meninggalkan Puspa. (komplikasi)

Puspa pun dibuat sedih karenanya, ia bingung, kenapa Fabian sama sekali tidak tertarik olehnya. Dia cantik, dandannya pun sudah mewah, tapi apa yang kurang? Hal itu terus menjadi buah pikiran oleh Puspa.

"Masih belom bisa dapetin Fabian ya?" tanya Tata. "Iya. Gue bingung deh, menurut lu gue kurang apa sih Ta? Dandanan gue udah secantik ini tapi kenapa dia masih gak tertarik coba?" jawab Puspa. "Well kalo menurut gue sih mending lu tanya langsung aja ke orangnya" (resolusi)

Usai mendapat saran dari Tata, Puspa pun lekas bertemu dengan Fabian.

"Gue pengen tau alasan yang sebenernya kenapa lu sama sekali gak tertarik sama gue?" tanya Puspa to the point pada Fabian.

"Sebelum gue jawab, gue mau tanya balik sama lu, alasan lu segitu sukanya sama gua karena apa?"

"Ya... Karena lu ganteng, tajir, pinter, sesuailah sama kriteria cowo ideal gue"

"Itu. Itu yang bikin gue ga tertarik sama lu. Lu cuma nilai gue dari visual gue aja. Lu ga tulus suka sama gue, lu itu cuma terobsesi untuk milikin cowo yang sesuai dengan tipe ideal lu"

"Pus dengerin ya, gak ada salahnya kalo lu netapin standar buat pendamping lu kelak, tapi lu juga harus sadar kalo di dunia ini gak ada manusia yang sempurna. Dan apapun yang ada didunia ini sifatnya temporary gak permanen"

"Sekarang gini, kalo semisal lusa atau bahkan besok keluarga gue bangkrut, gue jatoh miskin. Apa lu masih mau sama gue? Mau hidup susah sama gue?"

"Kalo misal, nanti gue kena musibah yang bikin wajah gue rusak. Apa lu masih mau sama gue?"

"Belum tentu kan? Makanya itu Pus, gue gabisa balas perasaan lu karena lu gak tulus sama gue. Lu tuh harus realistis dalam urusan cinta, yang penting itu ketulusan Pus. Gue yakin, diluar sana pasti banyak cowo yang naksir sama lu tapi mereka pada insecure karena standar lu yang terlalu tinggi. Dan satu lagi, sikap lu itu juga harus diperbaiki, jangan sembarangan ngerendahin orang apalagi ngelabrak orang didepan umum. Gue ga suka"

Fabian pun berdiri, bersiap untuk meninggalkan Puspa, "Gue harap omongan gue bisa lu terima dengan baik"

Sepanjang penjelasan dari Fabian, Puspa hanya bisa diam. Seolah ia baru saja sadar bahwa selama ini ia melakukan kesalahan.

"Wait, Pus lu gak lagi sakit kan?" ujar Tata heran. "Apaan sih, kalo gue sakit ngapain juga gue ke kampus", "Ya abis gue heran, penampilan lu kali ini gak kaya biasanya", "Gue mau coba berubah Ta" jawab Puspa.

"Widihhh, gue rasa ini semua gara-gara omongan Fabian yang kemaren ya?" tebak Tata.

Puspa mengangguk, "Iya, dia yang nyadarin gue, dia bilang ga masalah kalo gue punya standar yang tinggi buat pendamping gue, tapi gue juga harus realistis karena didunia ini gada yang sempurna. Lu tau sendiri kan, kriteria cowo gue itu terlalu perfect hahaha. Well gue sekarang akan belajar menerima kekurangan orang lain dan lebih mentingin ketulusan ketimbang visual"

Tata pun menepuk tangannya, "Akhirnya... Udah dari lama gue nasehatin lu soal ini tapi ga mempan, giliran Fabian langsung masuk yaa. Keren dah tuh cowo"

"Maaf ya Ta, gue dulu ga pernah mau dengerin nasehat dari lu", "Its oke, santai aja kali. Yaudah yuk buruan, udah telat nih"

Menetapkan suatu standar untuk pendamping hidup memang tidak ada salahnya, tetapi kita juga harus realistis. Karena tidak ada yang sempurna didunia ini, kita harus bisa menerima kekurangan orang lain. Visual itu memang penting, tapi jauh lebih penting ketulusan dalam hal mencintai seseorang. (amanat)