Notes

PERANG PANDAN

Tradisi geret pandan / perang pandan merupakan sebuah tradisi di budaya Bali Timur. Masyarakat Bali biasa menyebutnya dengan sebutan "Mekare-Kare". Bagi masyarakat di daerah Tenganan Karangasem yang menganut Hindu Indra, tradisi ini menjadi sebuah ritual kuno yang dilakukan untuk menghormati Dewa Indra. Perang pandan dilakukan setahun sekali pada bulan kelima tanggalan adat Tenganan atau sekitar pertengahan bulan Juni, selama 2 hari berturut-turut, dari pukul 2 siang hingga selesai. Mereka meyakini bahwa ritual ini dapat menjauhnya hal buruk.

Asal usul perang pandan awalnya dari para leluhur yang meyakini Dewa Indra sebagai dewa utamanya, dan tanah yang ditinggali merupakan hadiah dari Dewa Indra yang memenangkan peperangan. Jaman dahulu daerah Tenganan di pimpin oleh seorang raja yang kejam bernama Maya Denawa. Maya Denawa menganggap dirinya sebagai seorang Dewa. Selain menganggap dirinya Dewa, Maya Denata juga melarang masyarakat Tenganan untuk melakukan ritual keagamaan. Pengakuan Maya Denata sebagai dewa membuat murka para Dewa, kemudian Dewa Indra diutus untuk melawan Maya Denata. Peperangan antara Maya Denata dan Dewa Indra dimenangkan oleh Dewa Indra. Peperangan antara Maya Denata dan Dewa Indra tersebut kini di peringati masyarakat Desa Tenganan dengan upacara perang pandan, karena Dewa Indra adalah dewa perang.

Perang pandan dilakukan oleh para pemuda yang menggunakan pakaian adat Tenganan, yaitu kain tenun Pegringsingan, dengan memegang pandan berduri yang diikat dan dibentuk seperti gada, serta tameng dari anyaman rotan. Ritual ini terbuka bagi siapapun yang ingin menonton, namun karena ini merupakan ritual penting, pengunjung diwajibkan menggunakan sarung atau kain seperti pada umumnya.

Ritual perang pandang sudah cukup terkenal, namun masih kalah pamor dengan penampilan kecak maupun leak, namun kita harus tetap melestarikan budaya yang ada. Ada beberapa tahap yang dapat dilakukan, yaitu:
1. Melakukan pemberitahuan atau pengumuman (offline maupun online) di tempat-tempat yang ramai oleh wisatawan agar menyaksikan perang pandan.
2. Bekerja sama dengan tour guide lokal untuk merekomendasikan desa Tenganan sebagai salah satu destinasi wisata, terutama saat ada perang pandan.
3. Memproduksi souvenir terkait dengan perang pandan, selain untuk komersil, bisa membuat perang pandan diketahui secara luas oleh wisatawan yang ada di Bali / akan ke Bali. Misalnya miniatur pandan gada atau tameng anyaman rotan, serta figure peserta yang sedang melakukan perang pandan.