NotesWhat is notes.io?

Notes brand slogan

Notes - notes.io

Perlahan aku terdiam. Menunduk; meratapi rasa sakit dihati kecilku. Entah sudah kali keberapa aku rasakan sakit dengan alasan yang sama seperti ini. Jujur, aku sayang dia. Tak ingin sedikitpun ada sesuatu yang secara tiba-tiba menimbulkan jarak diantara kami. Tidak karenanya, juga tidak karenaku.


“Diam lagi. Aku becanda salah, serius juga salah. Kapan aku bisa bener dimata kamu, hah? Aku capek. Ngalah terus.”


Aku menangis. Benar-benar tak ingin melukai hatinya dengan ucapanku. Sementara dia? Hanya diam, seolah merasa bersalah dengan sikapnya sendiri padaku.


“Aku gak tau mesti gimana lagi. Kalau kamu becanda, mau gak mau aku harus ngerti kalau itu cuma candaan meski itu bikin aku sakit. Tapi kenapa saat giliranku yang cuma becanda, kamunya marah terus? Aku sayang sama kamu, tapi kalau kayak gini terus, apa gak sakit?”


Kembali, aku melanjutkan kata-kataku. Dan dia masih tetap diam. Diam sembari sedikit menunduk dihadapanku.


“Aku pergi.”


Akhirnya. Kata yang tak pernah kuinginkan; kini terucap. Dengan langkah yang terasa begitu berat, aku berjalan menjauhi pemuda yang secara tanpa sadar telah menancap luka tak terperi dihatiku saat ini. Airmata yang sebelumnya sudah terlihat mengering, kini mulai jatuh lagi membasahi kedua pipiku.


“Maaf…”


Samar-samar telingaku menangkap suara itu. Ya, sebuah kata maaf berhasil terlontar dari bibir pemuda yang kucintai itu. Hatiku berkecamuk. Mengetahui bahwa ada juga rasa sakit yang terbesit dari kata yang ia ucapkan. Aku hanya menghentikan langkahku sesaat. Hanya menghentikan langkah. Tak berbalik atau setidaknya menoleh kearah sumber suara itu. Sengaja. Karena aku tak ingin menunjukkan airmataku dihadapannya.

Tanpa berkata apapun, aku segera melanjutkan langkahku meninggalkan ia sendiri ditempat itu. Tempat yang mungkin akan menjadi tempat terakhir untuk kebersamaan kami. Dan ya, aku sendiri sekarang, hanya airmata dan langkah kaki yang turut ada bersama tubuhku. Hati terasa hancur, tak menemukan kebahagiannya sendiri.


“Aku sayang kamu. Kenapa kita harus kayak gini…”


Aku kini berada ditempat yang jauh darinya. Tempat yang dihadapanku terbentang sebuah jurang yang cukup dalam. Tempat yang kurasa akan mengantarku pada kedamaian dan ketenangan hati yang ku mau.

Hm. Entah bagaimana keadaan dia saat ini, aku sendiri tak tahu. Mungkin merasa hancur seperti yang aku rasakan atau mungkin tidak, aku tak benar-benar tahu. Sekali lagi ingin aku tegaskan, aku-sayang-dia. Tapi entah, kaki memaksa ku untuk pergi dari tempat itu.


“Tuhan… Izinkan aku berada disisiMu sekarang. Aku hanya tak bisa jika harus merasakan sakit ini terus menerus. Jika pun itu adalah konsekuensi yang harus aku terima untuk tetap bersamanya. Tapi… terlalu sakit, Tuhan. Damaikan hatiku bersamaMu. Ambil jiwa dan ragaku untuk turut disisiMu. Aku ingin tenang.”


Aku kehilangan akal. Kata-kata itu terlontar begitu saja dari bibirku. Entah apa yang aku lakukan setelah ini benar atau tidak, aku tak lagi memikirkannya. Yang aku inginkan hanya ketenangan. Perlahan, kedua mataku tertutup. Kedua tangan ku rentangkan begitu saja. Kini, kurasakan tubuhku seperti melayang. Perlahan turun. Turun. Hingga kurasakan diriku jatuh terkapar begitu saja diatas tanah yang dipenuhi batu-batuan dan tumbuhn hijau disana.

Remuk. Kurasakan seluruh tulangku remuk. Sakit. Sakit tiada tara kurasakan menjalar ke seluruh tubuhku. Perlahan, aku membuka mata. Melihat bagaimana kondisiku sekarang. Darah segar membanjiri keningku. Seluruh tubuhku pun tak luput dari warna merah darah. Aku tak menjerit. Tak sedikitpun menjerit, meski rasa sakit tak henti kurasakan. Aku tahu, ini adalah pilihanku. Aku tak akan menyesali atau menunjukkan rasa sakitku pada-Nya.


“Terimakasih, Tuhan. Segera jemput jiwaku. Aku benar-benar ingin tenang bersamamu.”


Dan ya, aku tersenyum. Tersenyum dengan mulut yang bersimbah darah. Tersenyum membayangkan wajah dia yang kucinta.


“Aku sayang kamu. Selamat tinggal.”


Aku menutup mata perlahan. Jiwaku pergi bersamaan dengan tertutupnya kedua mataku. Kini yang ada hanya ragaku. Tanpa nafas yang tersisa. Aku telah pergi menuju sang khalik, meninggalkan luka yang menganga pada ragaku yang terbaring lemah diatnah itu juga meninggalkan dia. Selamanya. Ya, untuk selamanya.



THE END.
     
 
what is notes.io
 

Notes.io is a web-based application for taking notes. You can take your notes and share with others people. If you like taking long notes, notes.io is designed for you. To date, over 8,000,000,000 notes created and continuing...

With notes.io;

  • * You can take a note from anywhere and any device with internet connection.
  • * You can share the notes in social platforms (YouTube, Facebook, Twitter, instagram etc.).
  • * You can quickly share your contents without website, blog and e-mail.
  • * You don't need to create any Account to share a note. As you wish you can use quick, easy and best shortened notes with sms, websites, e-mail, or messaging services (WhatsApp, iMessage, Telegram, Signal).
  • * Notes.io has fabulous infrastructure design for a short link and allows you to share the note as an easy and understandable link.

Fast: Notes.io is built for speed and performance. You can take a notes quickly and browse your archive.

Easy: Notes.io doesn’t require installation. Just write and share note!

Short: Notes.io’s url just 8 character. You’ll get shorten link of your note when you want to share. (Ex: notes.io/q )

Free: Notes.io works for 12 years and has been free since the day it was started.


You immediately create your first note and start sharing with the ones you wish. If you want to contact us, you can use the following communication channels;


Email: [email protected]

Twitter: http://twitter.com/notesio

Instagram: http://instagram.com/notes.io

Facebook: http://facebook.com/notesio



Regards;
Notes.io Team

     
 
Shortened Note Link
 
 
Looding Image
 
     
 
Long File
 
 

For written notes was greater than 18KB Unable to shorten.

To be smaller than 18KB, please organize your notes, or sign in.