Notes

Sekilas Berita Mengenai Pengayam Ayaman
Telah tersua sejak lelet bahwa bangsa Bali kadang terkenal dengan tradisi yang telah mengakar superior sejak zaman dahulu kala. Kebiasaan tersebut tetap tertanam & dilestarikan hingga kini di semua wilayah Daratan Bali. Kebiasaan merupakan patokan yang tertulis dalam lontar untuk jadi acuan di hidup. Lontar pengayam ayaman menjadi salah satu aturan yang tertulis yang jadi pegangan khusus kira para pelaku tradisi sabung ayam yang ada pada Bali.

Tatkala Bali seorang diri, sabung ayam masih menjadi tradisi turun temurun dari generasi terdahulu yang dilaksanakan dan juga dilestarikan oleh tingkatan sekarang. Lontar yang sebagai manuskrip tahir tersebut mencantumkan beberapa wejangan untuk menjalani kehidupan dengan baik ke depannya. Pada lontar seorang diri tertuang beberapa hasil pemikiran, ajaran, wawasan, nasihat hingga pedoman yang sanggup dijadikan ragam untuk muncul oleh warga.

Lontar pengayam menjadi lontar yang penuh diikuti petunjuknya oleh para pelaku adu ayam atau juga dikenal dengan istilah tajen. Istilah tajen sendiri berasal dari omongan taji yang berarti kerambit kecil yang tersemat pada bagian belakang suku ayam yang diadu. Badik tersebut berlakuberlangsung, beroperasi, berproses, hidup, main, menyala untuk makan lawan ketika pertarungan mandung dimulai. Tajen sendiri telah menjadi kegiatan hiburan yang menarik untuk masyarakat lokal Bali.

Tak heran, gelanggang dari tajen menjadi tempat hiburan orang kebanyakan yang dipenuhi dengan pengunjung baik dari lokal sekalipun internasional. Hisab para penjudi atau pelaku sabung mandung, adanya tajen dimaksudkan dalam menunjukkan mandung jago milik siapa yang lebih memimpin. Oleh karena itu, dalam menunjukkan ayam yang memimpin, para pencedok akan mengerjakan perawatan yang khusus pada ayam yang nantinya diadu.

Tata cara penyelenggaraan ayam tersebut diatur di lontar pengayam ayaman beserta bahasa yang tepat serta narasumber dan tata pranata yang sanggup diikuti secara baik. Tak sedikit yang mengikuti patokan tersebut dan memperoleh kelebihan. Dalam lontar tersebut pun diatur menyenggol ayam yang baik & bisa menang ketika diadakan tajen.

Di lontar species ayam yang baik untuk bertempur yakni diperhatikan atas jambulnya, warna bulunya, keturunan hingga yang terpenting wujud kakinya untuk melukai sampar. Adapun mandung yang tidak diperkenankan untuk ditandingkan yakni ayam yang masuk dalam keturunan camah serta raja wilah, dimana kalau mempertandingkannya siap berakibat jorok. Pada lontar juga diatur tentang penamaan ayam yang sesuai secara ciri daripada fisiknya.

Beberapa ayam bisa dinamai dengan brumbun yang disesuaikan secara paduan hitam, merah & putih. Terdapat pula ayam yang dinamai dengan biying yang mengartikan warnanya ahmar. Serta kelawu yang mengartikan ayam tersebut berwarna abu-abu. Dipercaya karet bebotoh atau pelaku adu yang mengikuti aturan di dalam lontar pengayam ayaman bisa memenangkan pertandingan dan memperoleh ayam jago yang longgar tanding.
Here's my website: https://www.kintamani.id/pengayam-ayaman/