Notes

Hi, aku adalah orang yang sudah lama tidak berbincang denganmu dan juga seorang pengamat. Perhaps you have thought people stole your dearest one, but have you TRIED to see that it's not exactly the case?

Dia milih untuk berhubungan dengan kawan baru, pun sama halnya kamu berhubungan dengan kawan baru. Bahkan kamu menyalah-nyalahkan orang pun balasanmu tendensinya lari ke dirimu sendiri baik, ego-centric, tapi pernah ga sih kamu lihat dari sisi mereka yang lain? Atau kamu berusaha gelap mata?

Ketika orang lain memutuskan untuk take a break, maka hormati dia, sama halnya orang itu menghormatimu untuk take a break. Jangan egois, Ris. Yang namanya hubungan itu pasti ada titik jenuhnya, mau lama ataupun yang baru. Jangan mentang-mentang kamu mengganggap dia memberikan "silent treatment", maka kamu balas balik dengan hal yang sama. Ga baik, itu ga baik banget. Ketika pihak lain sudah mau memahamimu, tapi kamu justru tidak mau memahami dan maunya egois, tidak heran kamu kehilangan teman satu per satu.

Aku paham background keluarga menjadi dasar who you are right now bahkan mengirimkanmu hingga ke titik denial bahkan hard acceptance. Tapi kalau keluarga menjadi sebuah penghambatmu melihat dari sisi lain, then why? Aku ga akan menyalahkanmu untuk mempunyai trust issues, but I still don't understand why did you /almost/ or even easily throw away a certain single friend who knows you for like many years when that person was still there, at least still living and talking to you? Does that person don't have any worth to your life even after spending so much time even meeting you in real life?

Kalau pesan ini masih belum mampu menampikmu, maka ini adalah penyampaian terakhirku. Aku bersyukur terkena masalah denganmu, namun dengan masalah itu aku juga belajar banyak. Aku hanya merasa kasihan melihatmu yang belum berkembang. Now it's your turn.

Mau belajar dari masalah-masalah yang sudah berlalu atau tidak?