Notes

Keluarga Takahashi bukanlah sebuah keluarga yang terpandang ; namun mereka bahagia dengan caranya sendiri.

Nana selalu mendapatkan apa yang ia mau, baik materi maupun kasih sayang. Meskipun ia anak tunggal, ia tidak pernah merasa kesepian karena sang ayah dan ibu selalu memperhatikannya.

Namun sayang, keluarga bahagia itu tidak bertahan lama.

Saat usianya menginjak tujuh tahun, orangtuanya selalu bertengkar setiap malam. Bahkan seakan tidak peduli jika anak semata wayangnya itu mendengar, mereka selalu bertengkar sepanjang malam. Jika satu malam dilewati dengan damai; tidak ada suara bentakan yang sahut menyahut atau semacamnya-- tandanya sang ayah tidak pulang.


Ayahnya berselingkuh dengan seorang wanita- entah lebih muda ataupun lebih tua, Nana tidak peduli. Ia juga heran mengapa orangtuanya itu tidak memutuskan untuk berpisah saja- padahal sudah tujuh tahun mereka lewati dengan berdebat--nyaris setiap malam.

Dan semenjak itu juga ; sikap Nana terhadap orangtuanya berubah seratus delapan puluh derajat.

Pagi itu, Nana sama sekali tidak heran ketika sang Ayah mengucapkan dua kata yang Nana benci--namun menumbuhkan kelegaan dari dalam dirinya.

"Kami cerai,"

Ia yang sedang menyantap sarapannya hanya menoleh sekilas pada pria paruh baya itu, kemudian beralih pada ibunya yang tak bersuara, dan bergumam. "Oh."

"Ibumu akan pindah ke Jepang, ke tempat asal kami. Kau mau ikut dengannya, kan? Ayah rasa ayah tidak bisa mengurusmu dengan baik." ujar sang ayah, di balas oleh decihan Nana.

"Aku sih, terserah saja. Kalian berdua sama-sama tidak menyenangkan bagiku."

Seminggu setelahnya, disinilah Nana berada. Tokyo, Jepang, tempat kelahiran kedua orangtuanya. Ia tinggal dengan Ibu dan Nenek-nya yang sakit-sakitan dan bolak balik rumah sakit. Meskipun tinggal bersama sang Ibu, Nana masih belum memiliki niat untuk memperbaiki hubungannya dengan wanita itu.

Kejadian tak disangka terjadi saat umurnya menginjak lima belas. Seorang pria mendatanginya yang sedang berjalan-jalan dengan temannya, dan menawarinya untuk menjadi trainee di salah satu agency. Oh, terima kasih pada wajahnya yang menarik perhatian.


Mengetahui ada system dorm untuk trainee di agency tersebut ; Nana mengiya-kan tanpa pikir panjang. Hitung-hitung, salah satu cara agar terpisah dari Ibunya, kan?

Kerja keras dan malam-malam suntuk yang ia jadikan waktu latihan terbayar sudah saat pihak agency mendebutkannya tiga tahun kemudian ; saat ia berumur delapan belas.

Senior-seniornya semasa trainee; yang tinggal satu dorm dengannya, tidak rela. Mereka yang menjalani trainee lebih lama dari Nana saja belum debut, masa Nana sudah? Semenjak itulah, mantan senior-senior Nana membully-nya habis-habisan baik di dorm maupun di gedung agency.

Nana yang lama kelamaan jengah, memutuskan untuk mengirim rujukan ke pihak agency. Agar ia bisa pindah dari dorm ; ke sebuah apartement di Tokyo yang sudah ia incar.

Mendapat izin dari agency, Nana langsung membeli sebuah flat dengan uang hasil kerja kerasnya--dan sekian persen di danai agency.

Dan sekarang, disinilah ia berada. Ukiyo Apartement.