Notes

Psycho

Bagi segelintir orang menjadi asing dikalangan orang lain adalah hal yang sangat tidak menyenangkan, ya mungkin sesuatu yang aneh. Tapi aku tidak, aku adalah satu satunya remaja teraneh dan asing dikalangan masyarakat. Bukan hanya satu daerah, namun seantero Cambridge. Ya, aku memang orang yang tidak terlalu mementingkan orang lain, dan cenderung memiliki dunia sendiri yang menjadi duniaku. Tak jarang aku dipanggil dengan sebutan “Psycho”. Tapi panggilan itu tak pernah menjadi masalah bagiku, aku senang orang memanggilku demikian.
Sampai pada suatu sore, aku menyadari. Bahwa sebenarnya tidak penting orang lain memanggilku apa, sebut saja semua perkataan orang lain adalah doa. Mungkin saja aku bisa menjadi seorang Psycho, ya sebutan bagi orang orang yang antisocial, bahkan terkadang menjadi manusia tak berhati yang tanpa berpikir panjang dalam melakukan sesuatu. Asal mereka senang, itulah yang dilakukan para psycho.
Hari demi hari aku melewati tanpa satupun perubahan dalam diriku. Sampai suatu hari aku mendapat satu penampakan yang tak lazim. Aku melihat, seekor tikus membunuh seekor kucing. Aku terus memperhatikan setiap gerak gerik si tikus. Saat si kucing mengejar tikus itu, tikus itu tak lantas menghindari si kucing seperti biasanya. Tikus itu malah langsung menerjang si kucing hingga si kucing tergeletak tak berdaya di tanah. Aku terus memperhatikan si tikus, bukannya langsung pergi, si tikus justru menggerogoti badan si kucing sampai ke tulang tulangnya, lalu pergi dengan santai kedalam lubangnya kembali.
Dimulai dari situ, aku berfikir. Bagaimana jika aku melakukan suatu hal yang sama seperti si tikus lakukan? Bukannya menyenangkan aku berubah menjadi seorang psychopath keji yang tak kenal ampun menghabisi nyawa orang orang demi mendapat kesenangan? Bukankah itu yang orang orang harapkan tentang aku? Akhirnya, dimulai dari saat itu aku adalah seorang psychopath keji yang tak tau belas kasihan.
Petualanganku baru saja dimulai, aku mulai mencoba mengumpulkan semua alat yang kubutuhkan untuk menjadi seorang psychopath. Setiap harinya aku keluar masuk rumah diam diam di jam 12 malam untuk mencari orang orang yang menjadi target pembunuhanku. Sebenarnya aku tak suka membunuh orang, aku lebih suka membunuh hewan hewan dan memutilasinya sampai ke bagian bagian terkecil.
Saat suatu hari, aku dicaci oleh orang orang disekitarku karena mereka menganggap perlakuanku sangat aneh dan tak biasa. Aku sangat kesal, ingin kusayat mereka satu persatu dan akhirnya membiarkan mereka membusuk di pondokku. Akhirnya aku pergi ke hutan untuk meredakan rasa kesalku terhadap mereka. Di perjalanan, aku menemukan berang berang di sungai. Aku mencoba melampiaskan kesalku kepada berang berang itu. Lalu aku mulai melangkah perlahan-lahan mendekatinya, ketika sudah dekat langsung kutangkap berang berang itu dan mencekiknya sampai tak sadar kan diri.
Langsung kubawa berang berang itu ke pondok tempat aku berdiam diri untuk mengeksekusi korban korban. Pertama sekali aku memotong kepalanya sampai ke leher, lalu ku ikat kepalanya di dekat lampu untuk menjadi hiasan lampu. Setelah itu aku mulai membelah perutnya dengan pisan dan mengeluarkan isi perutnya, dari mulai organ pernafasan hingga organ pencernaan. Lalu kupotong potong kecil dagingnya dan kutumbuk hingga halus lalu kumakan mentah mentah. Ternyata daging berang berang seperti ini rasanya, enak namun agak asam.
Kehidupanku berubah 180 derajat dari biasanya. Aku yang dahulu bahkan takut untuk melihat orang orang diluar, kini aku sudah tak punya rasa takut kepada apapun. Aku hanya ingin kesenangan, aku hanya ingin kepuasan saat melihat korban korbanku terluka bahkan terbunuh di tanganku. Aku suka saat tanganku berlumuran darah dan aku sangat senang menikmati darah darah itu.

Aku terus melakukan hal itu setiap harinya dari mulai membunuh ular, hingga membunuh seekor singa pun aku pernah. Aku ingin mencoba hal baru, aku ingin membunuh sesuatu yang lebih besar dari seekor singa. Aku ingin membunuh manusia, dan itu sepertinya harus dimulai dari orang terdekat. Adikku? Tidak aku sangat sayang adikku. Ibuku? Tentu saja tak mungkin aku membunuh orang yang melahirkan dan membesarkanku. Mungkin aku akan mencoba sosok yang kubenci, misalnya temanku sewaktu SMA.
Sewaktu SMA aku adalah orang yang paling tidak disenangi di kelas, bukan karena aku aneh. Tapi karena aku orang yang terhitung cerdas di kelas. Sebab itulah teman-temanku tidak ada seorang pun yang menyukaiku, hanya ada satu teman yang mau berteman denganku. Yaitu Zill. Zill adalah satu satunya orang yang mau dekat bahkan bermain dan berinteraksi denganku. Dan kupikir dia lah yang cocok jadi korbanku selanjutnya.