Notes

Kisah Parisi Petani yang Pertahankan Lahan Garapan di Kaki Gunung Rinjani_
SariAgri - Seorang petani kebun di Desa Sembalun Bumbung, Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), Parisi (54 tahun) menyimpan sekelumit cerita menarik melewati asam garam kehidupan dengan mengandalkan hasil panen setiap tahun.
Parisi menjadi seorang petani sejak masih muda. Dia menjadi petani berkat didikan orang tuanya yang juga sebagai petani sejak era orde lama.
Kini Parisi melanjutkan tekad orang tuanya itu untuk menghidupi keluarganya.
"Saya sudah menjadi petani sejak dulu, dan lahan ini adalah peninggalan almarhum kedua orang tua saya untuk saya garap bersama," kata bapak dua anak ini saat didatangi Sariagri.
Di lahan seluas 15 are itu Parisi menggantungkan hidupnya dengan menanam sayur mayur seperti bawang, tomat, kol, sawi, kentang dan wortel, sekaligus buah buahan. Tak hanya itu, Parisi juga memanfaatkan lahannya menjadi agrowisata buah stroberi.
Menariknya dari semua jenis tanaman yang ia budidaya, bibit yang digunakan merupakan hasil produksi sendiri. Selain itu perawatan untuk tanaman sayur di lokasi tersebut diakui Parisi tidak sulit, pupuk yang digunakan pun menggunakan pupuk buatan.
"Awalnya dulu saya dikasih bibit sama teman, akhirnya kita tanam disini dan hasilnya bagus, dengan begitu kita ciptakan bibit sendiri. Inipun perawatannya tidak terlalu rumit," kata dia.
Sejauh ini, pria paruh baya itu sudah memasarkan hasil pertaniannya ke sejumlah daerah, baik itu Bali hingga Pulau Jawa. Adapun dalam sekali produksi, dia bisa menghasilkan ratusan kuintal sayur mayur.
Seperti bawang misalnya, dalam sekali produksi ia bisa memperoleh 1 ton bawang dengan kwalitas super. Tak hanya itu, untuk kentang sendiri ia bisa menghasilkan 50 kuintal, padahal lahan yang dimanfaatkan hanya seluas satu bidang.
"Kita beruntung tinggal disini, karena lahannya subur dan masyarakat disini juga kebanyakan menggantungkan hidupnya dari hasil bertani," kata dia.
Biasanya jelang masa tanam tiba, Parisi dan keluarga rutin melakukan pengecekan kebutuhan pokok mereka. Jika stok bawang berkurang maka mereka menanam bawang, jika stok sayur yang lain juga kurang maka dia menanam sayur mayur selain bawang. Itu juga berlaku untuk padi dan buah buahan.
Intinya, Parisi menyesuaikan jadwal masa tanam tergantung kebutuhan dapur, hal itu dilakukan karena warga disana hanya menggantungkan hidup dari hasil bertani untuk mencukupi tarap ekonomi hingga kebutuhan pokok keluarga.
"Alhamdulillah di sini kita cukup berkembang sekalipun beberapa jenis tanaman macet karena pasarnya kurang, namun kita beryukur karna masih bisa hidup dari hasil bumi," ujarnya.
Selain mendapat keuntungan dari hasil bertani, dia juga mendapat omzet dari agrowisata, yang mana sejumlah lahannya ia manfaatkan untuk menanam buah stroberi yang bisa dipetik langsung dari kebunnya.
https://telegra.ph/Berikut-5-Cara-Mengatasi-Hama-Burung-pada-Tanaman-Padi-09-24 Keuntungannya lebih banyak dari hasil penjualan, kalau wisata ini sekarang lagi sepi dan penghasilannya juga sedikit," ungkapnya.
Saat ini, Parisi dan keluarga tengah berupaya agar lahan yang ia pertahankan itu bisa dikelola secara turun temurun oleh anaknya. Sebab baginya, lahan adalah surga dunia yang tidak ternilai harganya ketimbang harus menjualnya ke para pemodal yang saat ini tengah marak menyasar tanah milik petani di kawasan Gunung Rinjani.
"Lahan ini akan kita pertahankan hingga kelak, sebab kita hidup dari ini dan saya juga tidak tertarik untuk menjualnya," tutup Parisi.
Video terkait:

Read More: https://telegra.ph/Berikut-5-Cara-Mengatasi-Hama-Burung-pada-Tanaman-Padi-09-24