NotesWhat is notes.io?

Notes brand slogan

Notes - notes.io

DAMNED
Cast:
Blaire Andrometh as PM
Jeremy Alford Kim as Minister of Home Affair
Kaneki Four as Minister of External Affair
Max William Malfoy as Minister of Defence

“Kalian tunggu saja disini. Aku tidak akan lama,” kata Blaire kepada para pengawalnya. Suasana hati Blaire tidak karuan. Dia berjalan dengan langkah kakinya yang berat menuju ruangan Sir Jeremy Alford Kim. Begitu tiba di ruangan Alford dia malah berhenti di depan pintu. Blaire ragu, haruskah dia menyuruh Alford untuk kembali menangani kasus ini? Atau lebih baik dia selesaikan sendiri semua masalah ini?

Akhirnya Blaire memutuskan untuk meminta bantuan pada Alford kembali walau dia harus melepaskan seluruh egonya. Karena baginya hanya Alford-lah yang dapat dipercaya sejauh ini. Tapi dia telah mengabaikan Alford beberapa kali ketika Alford menawarkan bantuan untuk menyelesaikan kasus ini.


“Alford!” seru Blaire sambil menggebrak pintu ruangan kerja Alford. Tapi sepertinya dia tidak tepat waktu. Dia melihat Alford sedang bercumbu dengan sekretarisnya. Alford seketika menengok ke arah Blaire dan menatap wanita itu dengan pandangan tajam. Terlihat dari raut muka Alford yang memerah bahwa dia marah dan malu.

“Ah sial! Maaf. Tapi segera selesaikan urusanmu, aku menunggu di luar.” Umpat Blaire merasa malu. Hal itu membuatnya semakin ingin marah. Apakah sebaiknya masalah ini kuselesaikan sendiri? Blaire bertanya-tanya dalam hati, tetapi Blaire masih diam menunggu di depan ruangan Alford. Beberapa saat kemudian si sekretaris keluar dari ruangan Alford dan mempersilahkannya masuk.



“Ada apa?” tanya Alford dengan nada yang sedikit tinggi, karena dia sedang kesal pada Blaire. Sebenarnya dia kesal pada dirinya sendiri karena tidak mengunci pintu ruangan kerjanya ketika dia ingin bercumbu dengan sekretarisnya. Alford tau suasana hati Blaire sedang kacau. Bagaimana tidak, seorang Perdana Menteri yang baru diangkat setelah 6 bulan, Blaire Andrometh telah mendapat mosi tidak percaya dari anggota parlemen lainnya karena dianggap tidak dapat melindungi hak asasi rakyatnya.

“Kau tau masalahnya,” kata Blaire sambil duduk di sofa yang ada di ruangan tersebut. Alford menatap Blaire dengan tatapan tajam. Dia memperhatikan wanita yang pernah dicintainya itu dari atas sampai bawah. Rambutnya yang dipotong pendek, membuatnya terlihat semakin seksi. Mata Blaire yang berwarna coklat jernih menambah kesempurnaan wajah cantiknya.

“Mengapa kau tolak bantuanku waktu itu?” kata Alford sambil duduk disamping Blaire. Tatapan tajam dari mata Alford yang mengintimidasi membuat Blaire lemah. Suaranya yang berat dan mematikan selalu membuat jantung Blaire berdetak kencang ketika berada di dekat Alford.

“Maaf, awalnya aku takut terbawa perasaan. Tapi sekarang aku meminta bantuan karena kau adalah Menteri Dalam Negeri. Kita selesaikan ini secara professional, oke? Ku mohon bantulah aku, kau tau bahwa rumor itu tidak benar. Mereka tidak bisa menuntutku dengan rumor palsu. Terlebih lagi ajuan mosi tidak percaya,” pinta Blaire kepada Alford dengan tatapan sedikit memohon. Blaire tahu pasti Alford akan membantunya.

“Kau tahu, aku tak bisa menolakmu dengan tatapanmu yang seperti itu,” kata Alford sambil memegang tangan Blaire. Sudah beberapan bulan dia tak memegang tangan mungil dan halus milik Blaire. Alford sadar ia merindukan Blaire.

“Tolong lepas, Alford,” pinta Blaire. Tapi terlambat, Alford menarik Blaire ke pelukannya. Hidung Blaire menabrak dada bidang milik Alford. Dadanya terasa lebih keras dari terakhir mereka berpelukan, ah.. rasanya sudah lama sekali Blaire tidak memeluknya. Blaire pun merindukan Alford, tapi egonya tidak mau mengakui. Wangi tubuh Alford masih sama dengan beberapa bulan yang lalu, sebelum ia diangkat menjadi wanita nomer satu di Negara ini.

“Alford, aku mohon kita harus lebih professional,” ucap blaire sambil berusaha melepaskan pelukan Alford. Tangan Alford menahanya beberapa saat, tetapi Blaire berjuang untuk melepaskan pelukan tersebut. Blaire berdiri dan berjalan meninggalkan ruangan tersebut.

“Tunggu,” ucap Alford dan menahan Blaire di depan pintu. Alford memeluk Blaire dari belakang. Alford memutar balik tubuh Blaire dan mengunci pintunya. Alford hanya ingin menikmati wanita yang dirindukannya beberapa saat terakhir ini lebih lama.

“Berilah aku kesempatan,” bisik Alford di telinga Blaire. Suara Alford yang berat dan tegas adalah suara yang paling dia rindukan beberapa saat terakhir ini. Suara Alford sangat memabukkan bagi Blaire. Blaire meronta ingin lepas dari pelukan Alford, tetapi Alford malah mendorongnya ke pintu.

“Ku mohon, Alford. Semua sudah berakhir,” erang Blaire. Blaire mendorong dada Alford sekuat tenaga agar dapat lepas dari pelukannya. Tapi semua sia-sia. Postur tubuh Alford yang jelas lebih besar membuat Blaire tampak mungil dan lemah. Alford mempererat pelukannya dan menarik Blaire agar lebih dekat.

“Apakah aku sudah tak pantas lagi untukmu, Blaire?” tanya Alford dengan tatapan yang pasti membuat semua wanita hilang kendali. Blaire tidak menyangka akan terjadi hal seperti ini. Beberapa bulan dia berusaha menghindari Alford karena ia ingin menjaga keprofesionalnya dalam berkarir, dan karena masalah ini, hancur semua pertahanan yang telah dia bangun.

“Apakah ini semua karena posisimu yang lebih tinggi dariku, Blaire?” tanya Alford lebih tegas. Blaire tetap tak bergeming. Blaire hanya dapat menunduk, dia sendiri kebingungan. Blaire tidak ingin ada skandal yang terkuak di antara mereka.

“Bu.. Bukan begitu, Alford,” ujar Blaire terbata. Blaire mulai meneteskan air mata. Dia bingung, ini semua karena posisi dan segala ambisinya. Semua ini membuatnya jauh dari pria yang dicintainya. Kini pria tersebut ada dihadapannya. Alford menarik kepala Blaire agar Blaire dapat menatapnya. Alford melihat air mata yang menetes di pipi Blaire dan segera mengusapnya. Diciumnya kedua pipi Blaire. Hal itu membuat Blaire semakin lemah.

“Alfo…” Blaire ingin Alford berhenti membuat hatinya bingung dengan situasi ini. Tetapi Alford menghentikan Blaire dengan melumat bibir Blaire. Bibir lembut yang dia rindukan. Alford mencium pelan, menghisap bibir bawah Blaire yang sangat ia inginkan. Blaire terpaku. Diam. Tak membalas ciuman Alford. Dia kebingungan.

“Alford, aku tak bisa…” ucap Blaire disela-sela ciumannya. Ciuman Alford semakin kasar, hal itu membuat Blaire lemah.

“Alford, hentikan!” Blaire pun menggigit bibir Alford agar dia berhenti.

“Aw…” Alford mengerang. Tapi Alford sudah mulai menggila, dia sangat menginginkan Blaire. Dia pun balas menggigit bibir Blaire, melumatnya dan memainkan lidahnya di dalam mulut Blaire. Alford mendorong Blaire sampai tubuhnya menempel di pintu. Nafas mereka membara terutama dengan ruang sempit yang mereka buat.

“Lepas, Alford,” kata Blaire, pelan namun tegas. Blaire tau itu tidak akan berguna. Tapi ia tetap meronta. Alford tidak mau melepaskan Blaire. Blaire pun kelelahan. Dia merasa semua usahanya tidak akan berhasil. Blaire pun akhirnya pasrah, dia juga merindukan Alford.

“Kau sungguh kejam,” bisik Blaire. Dia pun membalas pelukan Alford.

“Seharusnya kau tak perlu berusaha lepas dariku, sayang,” balas Alford. Dilepaskannya jas yang membalut tubuh Blaire, menampilkan atasan putih yang ketat membentuk lekuk tubuhnya yang seksi.

“Aku merindukanmu,” bisik Alford sambil mencium pelan bibir Blaire. Blaire pun membalas ciuman Alford. Tangan Alford meraba pantat Blaire, diangkatnya kedua kaki Blaire. Blaire mengerti, dia pun melingkarkan kakinya di pinggang Alford.

“Tetap saja kau kejam,” kata Blaire sambil membalas ciuman dari Alford. Tangan Alford mulai meraba dada Blaire dan meremasnya. Alford menciumi rahang dan leher Blaire. Dia menjilat dan menggigiti leher Blaire. Dia melepas kancing atasan Blaire dengan hati-hati dan melepaskan bajunya. Blaire masih memiliki kebiasaan tidak memakai bra. Dia memperhatikan dada Blaire dan meremasnya lagi. Dijilatnya leher dan tulang selangka Blaire.

“Ughhh… Alford…” desah Blaire. Blaire mulai merasakan betapa rindunya diperlakukan seperti ini oleh Alford. Hanya Alford yang mengerti kebutuhannya dan Alford-lah yang dapat memuaskannya. Dia juga sangat paham di mana letak tempat yang membuat Blaire lemah dan menginginkannya.

“Ya, sayang?” ucap Alford berhenti sejenak dari ciuman di pundak Blaire.

“Ughh.. teruskan!” kata Blaire sambil mendorong kepala Alford ke dadanya. Alford menciumi dan memainkan puting Blaire dengan giginya. Sedang tangan satunya memainkan dada Blaire yang lain. Blaire meronta kesakitan, tapi dia juga merasakan kenikmatan di waktu yang sama. Alford mulai menyibak rok ketat yang dipakai Blaire. Sambil terus menghisap puting Blaire ia memainkan bagian bawah tubuh Blaire. Dia mulai merasa ereksi. Diapun melepas celananya untuk membebaskan juniornya.

“Ughhh, Blaire. Bolehkah dia masuk?” tanya Alford sambil memohon agar Blaire memenuhi kebutuhannya. Blaire pun mengangguk untuk mengiyakan. Alford melumat kembali bibir Blaire sambil melepas celana dalam Blaire. Juniornya menggesek vagina Blaire yang basah dan mendorong-dorong klitorisnya.

“Emmmhhh…” Blaire meronta. Sudah lama dia tak merasakan hal seperti ini. Tubuhnya mulai memanas. Dia mencengkeram punggung Alford agar posisinya stabil. Kemudian Alford memasukkan juniornya kedalam tubuh Blaire.



Kemudian terdengan langkah kaki dari luar…

Blaire mengerang meminta Alford untuk melepaskannya. Tetapi kebutuhan Alford tidak bisa menunggu. Alford pun melumat kembali mulut Blaire agar diam.

“Haha. Sebentar lagi matilah kau Perdana Menteri perempuan sialan,” ucap seseorang di luar ruangan Alford. Alford dan Blaire mendengar ucapan tersebut langsung terkaget. Blaire ingin berteriak merasakan sakit dan sensasi yang menggelitik tubuhnya karena junior Alford yang sekarang berada di dalam tubuhnya. Dia juga ingin berteriak karena emosi atas pembicaraan orang yang ada di luar ruangan, tetapi dia tidak bisa berteriak karena mulut Alford sedang melumat mulutnya. Alford meremas pantat Blaire dan mendorongnya untuk mendekat agar juniornya bisa masuk lebih dalam.

“Ya kau benar Four, tidak ada perempuan yang bisa bertahan lama di parlemen ini,” ujar suara laki-laki kedua di luar ruangan. Blaire memutuskan berhenti meronta karena ingin mendengar pembicaraan mereka. Tangan Alford menahan mulut Blaire takut kalau Blaire akan berteriak.

“Lalu bagaimana tentang mosi tidak percaya itu? Apakah berjalan sukses, Max?” tanya Four si Menteri Luar Negeri kepada Max si Menteri Ketahanan. Alford masih membekap mulut Blaire agar tidak berteriak. Sambil membekap mulut Blaire, mulut Alford menciumi dan menggigiti puting Blaire. Blaire hanya dapat mengumpat dan berteriak dalam hati. Blaire sangat merasa sakit hati atas perlakuan kedua ini, selain itu juga sakit yang dirasakan karena mereka mempercepat kecepatan gerakan mereka.

“Kita bicarakan dulu saja dengan Alford, dia kan dalang dari semua ini,” ujar Max sambil membuka pintu ruangan Alford. Blaire ingin meronta. Dia tidak menyangka bahwa Alford-lah yang membuat semua masalah ini. Tapi ketika handle pintu ruangan tersebut bergerak, Blaire dan Alford hanya bisa mematung.

“Ah pintunya terkunci, mungkin Alford sedang tidak berada di ruangannya,” ucap Max pada four.

“Kita pergi saja,” ajak Four. Kemudian langkah kaki-kaki tersebut terdengar meninggalkan ruangan.



Blaire menggigit tangan Alford dan mendorongnya menjauh, melepaskan junior Alford di saat mereka akan mencapai klimaks.

“Shit! Permainan macam apa ini?” Blaire berteriak pada Alford. Kemudian sebuah tamparan keras mendarat di pipi Alford. Alford hanya terdiam.

“Kau!” teriak Blaire sambil memukul dada Alford sekeras mungkin.

“Kau lebih hina dari binatang jalang manapun!” teriak Blaire sambil merapikan bajunya. Blaire masih tidak mempercayai kejadian ini. Baginya hanya Alford yang dapat dipercaya, tetapi malah Alford-lah yang menikamnya dari belakang.

“Blaire,” Alford mencoba untuk meminta maaf. Tapi dia tau ini tidak akan berhasil. Alford sangat merindukan Blaire. Dia senang melihat Blaire bisa sukses menjadi Perdana Menteri saat ini. Tapi egonya sebagai laki-laki tidak dapat membiarkan wanitanya menjadi nomor satu. Dia-lah yang seharusnya menjadi Perdana Menteri, sehingga hubungan mereka berdua masih bisa berlanjut. Dia tidak bisa memikirkan cara lain agar Blaire melepaskan jabatannya dan kembali ke pelukannya, selain dengan menyebar rumor-rumor palsu tentang kekorupsian Blaire dan hal keji lainnya.

“Apa? Kau pikir kau bisa menjelaskan apa yang terjadi? Atau kau hanya akan mengungkap kebusukanmu yang lain? Haha. Anjing!” Blaire merapikan jasnya, sambil menatap tak percaya kepada Alford. Dia masih tidak menyangka kalau Alford akan setega ini padanya.

“Maaf…” hanya kata itu yang dapat terucap dari mulut Alford. Dia menyesali perbuatannya.

“Hah! Dasar anjing!” ucap Blaire ketus sambil merapikan rambut dan penampilannya. Dia mendorong Alford hingga jatuh dan mengambil kunci pintu di tangan pria tersebut.

Blaire keluar dari ruangan tersebut. Hatinya semakin kacau atas peristiwa tadi. Dia masih tidak menyangka atas perbuatan Alford. Dan sekarang ia harus memutar otaknya kembali untuk membereskan masalah ini. Dia juga harus mengumpulkan orang-orang yang masih setia dan mau membantunya. Tapi, dimanakah kepercayaan itu bisa dia dapat sedang orang yang paling dia percaya ternyata mengkhianatinya.



     
 
what is notes.io
 

Notes.io is a web-based application for taking notes. You can take your notes and share with others people. If you like taking long notes, notes.io is designed for you. To date, over 8,000,000,000 notes created and continuing...

With notes.io;

  • * You can take a note from anywhere and any device with internet connection.
  • * You can share the notes in social platforms (YouTube, Facebook, Twitter, instagram etc.).
  • * You can quickly share your contents without website, blog and e-mail.
  • * You don't need to create any Account to share a note. As you wish you can use quick, easy and best shortened notes with sms, websites, e-mail, or messaging services (WhatsApp, iMessage, Telegram, Signal).
  • * Notes.io has fabulous infrastructure design for a short link and allows you to share the note as an easy and understandable link.

Fast: Notes.io is built for speed and performance. You can take a notes quickly and browse your archive.

Easy: Notes.io doesn’t require installation. Just write and share note!

Short: Notes.io’s url just 8 character. You’ll get shorten link of your note when you want to share. (Ex: notes.io/q )

Free: Notes.io works for 12 years and has been free since the day it was started.


You immediately create your first note and start sharing with the ones you wish. If you want to contact us, you can use the following communication channels;


Email: [email protected]

Twitter: http://twitter.com/notesio

Instagram: http://instagram.com/notes.io

Facebook: http://facebook.com/notesio



Regards;
Notes.io Team

     
 
Shortened Note Link
 
 
Looding Image
 
     
 
Long File
 
 

For written notes was greater than 18KB Unable to shorten.

To be smaller than 18KB, please organize your notes, or sign in.