Notes

Residu Pestisida DDT Ancam Kehidupan Lebah Penyerbuk_
SariAgri - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menetapkan 20 Mei sebagai Hari Lebah Sedunia sebagai upaya meningkatkan kesadaran pentingnya hewan penyerbuk dan kontribusinya terhadap pembangunan berkelanjutan.
Dikutip laman United Nations Environment Programme (UNEP), warisan penggunaan pestisida berbahan aktif Dichloro Diphenyl Trichloroethane (DDT) selama puluhan tahun di Tajikistan setelah Perang Dunia Kedua telah membunuh hama berbahaya dan organisme baik termasuk lebah penyerbuk.
Daria Babenkova merupakan bagian dari keluarga yang bergantung penghasilannya pada madu dari lebah penyerbuk selama puluhan tahun di Tajikistan mengungkapkan bahwa satu demi satu koloni lebah mati.
“Meskipun para petani mencoba meyakinkan kakek saya bahwa mereka tidak menggunakan bahan kimia berbahaya di ladang mereka, warisan residu lebih dari dua dekade penggunaan DDT telah meninggalkan jejak yang sangat jelas pada lingkungan lokal,” kata Daria.
Menurut catatan PBB, efek DDT yang luas dan toksisitas jangka panjang menyebabkan pestisida jenis tersebut dilarang penggunaannya di seluruh dunia di bawah Konvensi Stockholm 2001 tentang Polutan Organik yang persisten.
Baca Juga: Merinding, Begini Detik-detik Tubuh Angelina Jolie Dikerumuni Lebah Berkat Penelitian Kini Lebah Madu Bisa Mendeteksi Keberadaan Virus Corona
Di Tajikistan sendiri, ketika bekas Pemerintah Uni Soviet itu mengeluarkan larangan nominal terhadap DDT pada tahun 1970, penegakan dan pelaksanaannya masih sangat minimal. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya produksi dan penggunaan DDT yang berlanjut hingga tahun 90-an.
Kemudian pada tahun 1991 pemerintah secara resmi melarang DDT dengan membubarkan pabrik yang memproduksinya dan mulai membuang sisa limbah DDT di fasilitas khusus.
“Menerbitkan larangan normatif untuk perlindungan lingkungan tidak efektif dalam banyak kasus dan juga penuh dengan trade-off yang signifikan dalam hal menjamin lapangan kerja dan mata pencaharian bagi produsen dan petani kimia,” kata Kevin Helps, Manajer Portofolio UNEP.
Untuk membantu mengatasi masalah DDT secara global, lanjut Kevin, UNEP telah mengembangkan Roadmap untuk Pengembangan Alternatif dari DDT pada tahun 2015.

berita terkini 2021 hari ini Disebutkan dia, proyek UNEP di bawah roadmap tersebut dapat membantu mengarahkan transisi berkelanjutan dari penggunaan DDT di bidang pertanian daripada memberlakukan larangan mendadak yang telah menyebabkan begitu banyak komplikasi di masa lalu.
“Kita perlu mempertimbangkan konsekuensi ekonomi yang lebih luas bagi negara-negara seperti India yang bergantung pada produksi, penggunaan dan ekspor bahan kimia ini,” kata Kevin Helps
Salah satu proyek yang didukung UNEP dan Mitranya yaitu Proyek Demonstrasi Penanganan Non-termal Limbah DDT di Asia Tengah senilai USD 15 juta yang sedang menguji teknologi non-pembakaran baru yang inovatif untuk penghancuran DDT.
berita terkini hari ini Video terkait:

Homepage: http://ezproxy.cityu.edu.hk/login?url=https://www.easyfie.com/read-blog/480855