Notes
Notes - notes.io |
Pertama, harus saya katakan bahwa post ini terlihat sekali ditulis oleh seseorang yang merasa didiskriminasi dunia karena masuk ips, yang kemudian bersemangat memberikan justifikasi bahwa ips itu sama saja dengan ipa. Bukannya ingin menyalahkan, tapi saya hanya ingin menyampaikan permasalahan ini dengan sudut pandang yang berbeda.
Pertama, saya memang setuju kalau ips sama pentingnya dengan ipa, jika dilihat dari segi 'ilmu' secara murni itu sendiri. Keduanya mempelajari tentang bagaimana dunia ini berjalan, hanya saja berbeda dalam konteksnya, satu mempelajari manusia dan yang satunya mempelajari alam. Keduanya memberikan kontribusi yang besar dalam membentuk dunia hingga saat ini, hanya saja peran ilmu sosial memang tidak seberapa terasa dibandingkan ilmu alam.
Kalimat terakhir tadi memang benar adanya - kita semua tahu bahwa ilmu alamlah yang memberikan kita teknologi sehingga kita bisa pergi ke suatu tempat dengan kecepatan 10x kecepatan hewan apapun, dan kita hanya duduk terdiam ketika melakukannya (ingat mobil dan motor). Ilmu alam juga yang membuat kita bisa sembuh dari penyakit yang dulunya disebut sebagai kutukan (bayangkan anda mengidap polio di abad pertengahan!). Dan, ilmu alam jugalah yang berjasa menciptakan Internet, yang membuat anda bisa memampangkan post ini secara gratis dan saya bisa mengomentarinya!
Bagaimana dengan ilmu sosial? Gaungnya sama sekali tak terdengar. Sebenarnya, ilmu sosiallah yang bertanggung jawab atas bagaimana bentuk interaksi manusia seperti saat ini, meskipun tak kita sadari. Memang, pada skala kecil seperti kita, tak banyak peran yang dimainkan ilmu sosial, tapi percayalah, jika anda bertengger di puncak dunia, anda akan mengerti mengapa ilmu sosial sangat penting.
Mari kita ambil contoh sosiologi. Sosiologi sangat bermanfaat dalam bidang kemanusiaan (jelas sekali), menganalisis mengapa suatu gejala sosial terjadi dan bagaimana cara mengatasinya, misalnya kemiskinan. Dengan adanya sosiologi, pemerintah dapat mengetahui apa yang menyebabkan kemiskinan, dan karenanya pemerintah bisa mengambil tindakan efektif untuk mencegah maupun menguranginya (walaupun sepertinya Indonesia tidak memanfaatkan ini). Begitu juga dengan permasalahan sosial lain seperti kriminalitas, terorisme dan sebagainya.
Kemudian ekonomi - saya rasa anda sudah tahu apa gunanya. Tanpa ilmu ekonomi, pemerintah tidak akan tahu bagaimana mengalokasikan uang secara efektif. Seperti yang kita ketahui, uang sangat penting di dunia ini, dan mengatur pengeluaran adalah hal yang sulit bahkan dalam skala personal. Dalam skala nasional, mengatur keuangan seperti mengatur binatang buas yang tak tentu perilakunya, kadang jinak dan kadang bisa membunuh semua orang di sekitarnya. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman yang mendalam agar pemerintah dapat bisa memprediksi kapan ia akan bergejolak (sayangnya ekonomi makro sangat tidak akurat).
Tentang geografi, saya rasa ilmu ini tidak cocok digolongkan sebagai ilmu sosial karena kebanyakan berbicara tentang bumi, bukan manusia. Tapi memang ada sedikit bagian yang memang menyangkut sosial, yaitu demografi. Demografi sendiri membahas tentang peta persebaran, yang menurut saya juga penting. Contohnya saja tentang isu UN yang 'katanya' tidak lagi menjadi acuan kelulusan, tetapi sebagai pemetaan hasil pendidikan. Pemetaan ini tentu akan berguna untuk mengetahui daerah mana saja yang tertinggal, dan itu akan membuat pemerintah menjadi lebih bijak dalam mengambil keputusan. Tentu kita ingin memajukan negara kita secara merata, bukan?
Nah, begitulah adanya. Pada intinya, semua ilmu itu tujuannya sama - memahami sebuah permasalahan, dan kemudian pemahaman itu digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Masing-masing cabang ilmu memiliki fokus tersendiri, tapi baik ilmu alam maupun ilmu sosial telah berjasa memajukan umat manusia. Namun, pada kenyataannya pendidikan zaman sekarang cenderung mendiskriminasi, menganggap jurusan ips lebih rendah dari ipa, meskipun kedua ilmu ini sama pentingnya!
Sebelum kita mengkritik, ada baiknya kita menyadari bahwa dalam konteks persekolahan, bukan hanya ilmu yang bermain peran. Faktanya, ada banyak faktor lain yang mempengaruhi cara orang memandang. Lihat saja cara pandang masyarakat terhadap 'sekolah' itu sendiri. Memang, mereka mengatakan bahwa sekolah itu tempat menuntut ilmu, tapi saya rasa itu tak lebih dari sekedar kebohongan. Yang menghargai 'ilmu' secara murni relatif sedikit, sisanya menganggap sekolah sebagai tempat pembangun karir yang lebih baik, hanya saja tidak dikatakan secara langsung. Karena itu, saya katakan bahwa wajar saja jurusan IPA jauh lebih populer dibandingkan IPS, karena nyatanya prospek ke depannya terlihat lebih cerah. Pilihan jurusan untuk universitas bagi anak IPA juga jauh lebih beragam, dan bahkan lebih mudah untuk pindah jalur, sehingga anak IPA terlihat lebih bebas dalam memilih jurusan.
Untuk stereotipe tentang anak IPS yang kecerdasannya dianggap notabebe kurang, masalah ini berhubungan dengan yang kepopuleran IPA juga. Seperti yang kita ketahui, minat terhadap jurusan IPA sangat banyak, oleh karena itu dibutuhkan seleksi untuk masuk ke dalamnya, sementara IPS tidak. Tentu saja ini menimbulkan kesalahan persepsi : orang akan beranggapan bahwa sesuatu yang membutuhkan seleksi hanya untuk orang-orang tertentu! Secara otomatis, orang akan berlomba untuk memasuki jurusan IPA, dan yang tidak lulus seleksi akan secara tidak langsung dicap sebagai 'produk gagal'. Nah, produk gagal ini nantinya akan masuk ke dalam jurusan IPS, sehingga terciptalah kesan bahwa anak IPS adalah kumpulan anak terbuang.
Pandangan ini memang mudah sekali dipatahkan, apabila anak jurusan IPS bisa membuktikan bahwa mereka kumpulan orang cemerlang. Tapi nyatanya, secara statistik anggapan orang bahwa IPS adalah kelas terbuang itu memang terbukti! Meskipun ada beberapa anak cerdas yang ada di jurusan IPS, mayoritas anak IPS memang tipe anak-anak yang tidak mau belajar, sarang berandalan dan lain sebagainya (mungkin di beberapa sekolah tidak begini adanya). Akhirnya, secara perlahan anggapan itu berubah menjadi fakta yang diakui kalangan banyak. Jikalau begini adanya, tentu bukan ilmunya yang menjadi masalah!
Sebagian orang bahkan beranggapan bahwa jika anda pintar, anda tak sepantasnya berada di IPS, seberapa kuatnya pun keinginan anda. Mungkin anda tidak setuju akan pernyataan ini, tapi saya setuju dari satu sisi. Jika seorang cerdas memasuki sebuah lingkungan yang buruk, hanya ada dua kemungkinan : ia mengikuti perilaku lingkungannya atau sebaliknya, ia membawa lingkungannya menjadi lebih cerdas. Oke, mungkin tiga, satu lagi dia mengurung diri dalam kamar dan menghindari interaksi sosial. Kemungkinan pertama jauh lebih sering terjadi ketimbang kemungkinan kedua, meskipun kemungkinan kedua terasa lebih ideal. Begitulah alasan beberapa orang, anak yang cerdas beresiko terbawa oleh lingkungan IPSnya yang mayoritas terkesan buruk. Beberapa anak mungkin bisa mempertahankan idealismenya dalam kondisi apapun, tapi percayalah, idealisme tersebut secara tak sadar terus digerus meskipun dalam skala yang kecil.
Jadi begitulah adanya, diskriminasi jurusan ini bukan karena sekte ilmu yang disajikan, melainkan karena kesan yang diberikan oleh mayoritas penduduk kedua jurusan. Stereotipe itu sendiri awalnya tidak langsung ada, tapi terbentuk melalui kesan seseorang secara umum tentang suatu golongan, yang kemudian disetujui oleh banyak orang (ini berlaku pada stereotipe-stereotipe lain). Stereotipe ini sendiri tidak akan muncul bila golongan tersebut tidak berlaku seperti itu. Jadi jika anda ingin mengubah pandangan stereotipe, anda harus merubah perilaku seluruh anggota golongan tersebut.
Saya tahu anda bukan tipe orang yang suka membaca, tapi mungkin anda akan mendapat perspektif baru dengan membaca tulisan saya diatas.
Salam,
Teman IPA anda yang tertarik dengan filosofi kemanusiaan.
|
Notes.io is a web-based application for taking notes. You can take your notes and share with others people. If you like taking long notes, notes.io is designed for you. To date, over 8,000,000,000 notes created and continuing...
With notes.io;
- * You can take a note from anywhere and any device with internet connection.
- * You can share the notes in social platforms (YouTube, Facebook, Twitter, instagram etc.).
- * You can quickly share your contents without website, blog and e-mail.
- * You don't need to create any Account to share a note. As you wish you can use quick, easy and best shortened notes with sms, websites, e-mail, or messaging services (WhatsApp, iMessage, Telegram, Signal).
- * Notes.io has fabulous infrastructure design for a short link and allows you to share the note as an easy and understandable link.
Fast: Notes.io is built for speed and performance. You can take a notes quickly and browse your archive.
Easy: Notes.io doesn’t require installation. Just write and share note!
Short: Notes.io’s url just 8 character. You’ll get shorten link of your note when you want to share. (Ex: notes.io/q )
Free: Notes.io works for 12 years and has been free since the day it was started.
You immediately create your first note and start sharing with the ones you wish. If you want to contact us, you can use the following communication channels;
Email: [email protected]
Twitter: http://twitter.com/notesio
Instagram: http://instagram.com/notes.io
Facebook: http://facebook.com/notesio
Regards;
Notes.io Team