Notes

Nama face claim : Apink's Bomi
Nama karakter : Yamaguchi Misaki
Tempat dan tanggal lahir karakter : Tokyo, 16th July 1999
Kelas & Club : X dan Broadcasting.
Sexuality : straight
Ciri fisik : tinggi badan 160 cm, berat 41 kg, berambut panjang berwarna coklat gelap cenderung hitam, dan iris mata warna coklat tua.
Personality : cerdas, mandiri, ceroboh, sedikit pemalas dan pemberontak
Background :
Yamaguchi Misaki, adalah seorang gadis keturunan Jepang asli. Misaki benar-benar anak yang tidak direncanakan. Saat segala urusan tentang pernikahan ibu dan ayahnya masih menjadi rencana, air mani dan sel telur bakal dirinya sudah bercampur dan tumbuh dalam perut ibunya. Kelahirannya pun merupakan hal yang tak terduga, mengingat saat itu usia kehamilan ibunya baru sekitar 7 bulan. Aiko Yamaguchi, ibu Misaki yang merupakan seorang woman-carrier dan pekerja keras tidak mau mengambil cuti hamil di masa tua kehamilannya. Suatu malam, tiba-tiba saja sang ibu merasa perutnya sakit. Saat dibawa ke dokter, ternyata ketubannya telah pecah karena tertekan dan kelelahan. Mau tidak mau, bayi dalam perutnya harus segera diangkat karena jika dibiarkan bayi tersebut akan lengket ke dinding rahim karena ketiadaan air ketuban, dan hal tersebut sangat membahayakan keselamatan bayi. Akhirnya pada malam itu, lahirlah seorang bayi prematur perempuan hasil dari hubungan di luar nikah -yang sebenarnya sudah terlalu lazim di Jepang- melalui proses operasi caesar. Oleh sang ibu, bayi itu diberi nama Misaki yang berarti bintang.
Misaki lahir dan tumbuh tanpa banyak kasih sayang dari orang tua. Tak berapa lama setelah melahirkan, ibunya langsung kembali bekerja. Tak setetespun air susu ibunya pernah mengalir dalam mulut Misaki. Begitu juga ayahnya- Tadashi Yamaguchi adalah seorang pegawai kantoran yang pergi pagi pulang pagi hampir setiap hari. Sesekali pulang dalam keadaan mabuk bahkan. Misaki tumbuh dalam pangkuan dan timang-timang seorang neneknya yang cukup renta. Tumbuh tanpa banyak perhatian dari orang tua membuat gadis ini terbiasa mandiri, bahkan ia satu-satunya orang yang merawat neneknya ketika sang nenek diserang stroke yang menyebabkan kelumpuhan pada kedua kakinya. Misaki baru berumur 10 tahun kala itu. Bagaimana dengan kedua orang tua Misaki? Jangan ditanya, terlalu sibuk untuk mengurusi orang tua renta yang sudah tinggal menunggu waktu untuk bersatu dengan tanah. Hingga akhirnya 2 tahun kemudian sang nenek meninggal dan Misaki terpaksa menjalani hari-harinya sendiri tiap harinya.
Walaupun terlahir di keluarga yang berantakan, Misaki tetap memiliki cita-cita. Ia tidak mau menjadi office worker yang tidak memiliki waktu untuk keluarga seperti kedua orang tuanya. Ia bercita-cita menjadi seorang wartawan atau penulis. Pekerjaan yang relatif freelance itu ia rasa dapat memberikan banyak waktu luang baginya untuk tetap menjalani kehidupan sosial di luar mengejar karir. Di luar sifat umum orang Jepang -yang strict, disiplin,dan kaku- memang, tetapi Misaki punya prinsip bahwa kehidupan karir dan sosial seharusnya bisa seiring sejalan, satu sama lain saling menguatkan. Berkali-kali ia mengungkapkan hal ini pada kedua orang tuanya, tetapi hasilnya nihil. Yasudahlah- apa boleh buat.
Yang sudah terjadi tidak bisa dirubah, Keluarga Misaki yang terlanjur retak biarkan. Kini ia hanya berminat untuk membina masa depannya sendiri. Ia lantas memutuskan untuk melanjutkan sekolahnya ke Mikagura Gakuen, sebuah sekolah yang relatif tak jauh dari tempat tinggalnya di tepi kota Tokyo. Beberapa hal yang membuatnya tertarik- diantaranya adalah karena sekolah itu dikenal sebagai tempat yang bagus untuk melihat bintang. Misaki- yang notabene memiliki nama yang berarti bintang- memang memasukkan melihat bintang ke dalam daftar kegiatan yang paling disukainya. Alasan lain- sedikit banyak ia sudah muak dengan kedua orang tuanya. Sepeninggal neneknya, kedua orang tua Misaki sering bertengkar. Mendebatkan siapa yang salah dalam kematian sang nenek, saling menyalahkan. Sesekali nama Misaki dibawa-bawa tetapi ia bahkan tidak terlalu peduli. Toh kedua orang tua itu juga tidak peduli pada dirinya.
Beberapa alasan itu sudah cukup untuk menyakinkan diri Miyaki mendaftar di sekolah ini. Miyaki pun mendaftar- dan disinilah lembaran baru hidupnya akan segera dimulai.