Notes

Todd Amity G5 --Tugas FF miss @QueenaJMRF .

Senin, 11 Mei 2015. 08:00a.m., SMA Gilly—Kota Divergent.
Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu, yakni perlombaan O2SN (Olimpiade Olahraga Siswa Nasional). Di kesempatan kali ini SMA Gilly mendapatan suatu kehormatan sebagai tuan rumah. SMA Gilly sendiri mengirimkan dua tim untuk perlombaan di bidang Futsal yaitu Tim Kelas A dan Tim Kelas B, yang keduanya sama kuatnya. Mereka merupakan siswa-siswa yang sudah dipastikan akan memborong piala dan tak akan mencoreng nama sekolahan mereka. Para guru, staff beserta para murid lainnya berkumpul di lapangan utama untuk menjadi pemandu sorak sorai. Mereka sangat antusias akan O2SN ini.

Ruang ganti SMA Gilly.
“baik anak-anak hari ini ibu harap kalian bisa membawa nama sekolah kalian ini menjadi lebih baik dan lebih dikenal orang banyak tentunya. Jangan pernah ragu jika kalian yakin. Walaupun nantinya kalian akan berhadapan dengan teman kalian sendiri,tetapi tak apa. Ini yang dinamakan kompetensi. Kalian harus jaga kondisi kalian agar tetap stabil. Jika kalian letih, harap tidak memaksakan diri. OK?” ucap Sara kepada murid kelas B yang ia walikan. Sara, seorang guru cantik yang memiliki latar belakang pendidikan lulusan S1 Universitas Stanford. Ia dikenal pandai membuat kode beserta dapat memecahkan kode-kode yang sulit. Ia juga merupakan sosok ibu—menurut para murid kelas B.
“baik miss” ucap Tim B serentak. Mereka lalu bergegas menuju lapangan karena sebentar lagi pertandingan akan segera dimulai.
Evelyn, yang sengaja menguping dibalik lemari kini menampakan wajah sinisnya dan tampak kesal. “lihat saja, kali ini kelasku tidak akan kalah dari kelas sampah Sara itu” ucap Evelyn penuh penekanan. Evelyn, guru cantik dan dikenal orang banyak sebagai wanita yang tegas dan tidak pernah main-main dengan perkataanya. Ia merupakan wali kelas A yang merupakan saingan berat Sara,wali kelas B. Akhir-akhir ini kelas B sedikit unggul memang dari kelas A, maka dari itu hari ini Evelyn telah merencanakan sesuatu hal untuk menyingkirkan saingannya. Evelyn segera menuju ruang ganti tim A untuk memberikan arahan, “baik anak-anak, ibu tidak mau tau, kalian harus menang kali ini. Jangan mengecewakan ibu. Fighting!”, ujarnya lalu mengikuti muridnya menuju lapangan.
Lapangan Utama.
“Ini lah waktu yang ditunggu-tunggu! SMA Gilly kali ini mengeluarkan dua tim dalam bidang futsal yang kita tau mereka adalah tim-tim terbaik di sekolah kita ini”, begitu ucap MC.
Tim A dan Tim B memasuki lapangan dan melakukan stretching terlebih dahulu sebelum bertanding. Para suporter mulai menyuarakan yel-yel yang telah mereka buat untuk memberi support pada kedua tim. Prittt. Peluit sang wasit dibunyikan dan pertandingan pun dimulai. Bola terus bergilir dengan berjalannya waktu. Tak terasa babak satu telah habis dan Tim A lebih unggul dengan skor 2-1 dari Tim B. Dengan begitu, Evelyn tampak tersenyum puas melihat skor muridnya lebih unggul. Babak kedua pun dimulai. Kali ini Tim B tampak lebih bersemangat dari sebelumnya. Hal ini dikarenakan mereka akan mengejar tertinggalnya skor mereka. Suasana makin memanas dan waktu tinggal sedikit lagi. Mereka bermain secara sportif tanpa melukai sesama temannya. Prittt... pritttt. Peluit dibunyikan dua kali, pertanda pertandingan berakhir.
“Wah lagi-lagi tim B yang akan masuk ke babak selanjutnya. Selamat Tim B dengan skor 5-3, mengalahkan tim A!” sang MC mengumumkan kemenangan Tim B untuk masuk ke semifinal. “kerja bagus, boys!” ucap Sara lalu mengacak-acak rambut muridnya satu persatu dengan senyum yang merekah dan terlihat makin cantik.

Kantor Guru SMA Gilly 07.45p.m.
Sara hari ini harus lembur dikarenakan ada beberapa pekerjaan yang ia tak bisa ia kerjakan dirumah. Ada beberapa guru yang masih juga rapat. Setelah semua pekerjaan selesai. Ia membereskan barang-barangnya lalu bergegas untuk pulang. Sara berjalan di lorong sekolah dengan penerangan seadanya. Sewaktu ditangga, Sara didorong oleh seseorang dari belakang dan ia terjatuh dengan kaki terkilir sehingga menimbulkan lebam.
“hallo, Sara.” Ucap seseorang yang jika Sara lihat kembali ia seperti mengenal orang tersebut yang tak lain adalah Evelyn, rekan kerjanya yang baru saja selesai rapat. Evelyn mendekati Sara dan meremas luka Sara dikakinya. Sara meringis kesakitan. “kau tau? Hari ini adalah akhir dari hidupmu. Aku sudah muak melihat mukamu yang sok polos itu.” Ucap Evelyn lalu mengeluarkan sesuatu dari kantong seragam guru-nya. Evelyn lalu memeluk Sara dengan lembut dan penuh kasih sayang. Dan setelahnya, Sara tidak dapat berkata apa-apa lagi. Ia hanya bisa merasakan sakit yang teramat karena Evelyn telah menancapkan sebuah pisau pada bagian lambungnya. Evelyn lalu meninggalkan Sara tanpa penyesalan, ia bergegas menemui kakaknya, Ten. Sara melepaskan pisau tersebut dari perutnya dan ia mengambil beberapa tissue, lalu menuliskan sebuah kode pada tissue tersebut dengan darahnya. Hal ini agar polisi nantinya dapat menemukan sang pelaku pembunuhnya.
09.00a.m.
Detektif Four dan Ten disibukkan dengan kasus baru. Guru cantik bernama Sara tewas dengan tidak wajar. Detektif Four menemukan sebuah kertas dekat tubuh korban dan memberitahukan pada rekannya, Ten. “baiklah.. sepertinya hari ini kita akan kerja keras. Kau tau sendiri bukan, Sara jika membuat kode tak akan mudah untuk dipecahkan” ucap Four lalu membaca kembali kode yang dibuat oleh Sara.
Detektif Four dan Ten ternyata memiliki pendapat yang berbeda perihal mengenai sang pelaku, berdasarkan interogasi beberapa calon tersangka. Detektif Ten sangat kaget ketika adiknya, Evelyn masuk ke dalam daftar calon tersangka. Setelah Detektif Four melakukan corat-coret pada buku catatan kecilnya, tak lama ia sudah mendapatkan jawabannya. Ia lalu mengajak Ten untuk menuju kerumah Evelyn.

11.00a.m. Halaman Rumah Evelyn.
“Ada apa kita kesini Four? Kau mau menginterogasi adikku lagi? kan sudah kubilang bahwa ia semalam habis rapat dan ia bertemu denganku”, tanya Ten beserta penjelasannya mengenai adiknya.
“aku sudah memecahkan kodenya,itu berisikan rapat. Sesuai dengan apa yang kau katakan, Eve habis rapat dan lalu membunuh Sara” jelas Four lalu menekan bel rumah Evelyn.
Evelyn keluar dari rumah dan Four langsung saja memborgol tangannya lalu membawanya menuju kantor polisi. Evelyn terus berontak dan mengatakan bahwa ini tidak benar. Namun Four bukanlah orang yang mudah untuk dikelabui. Selama di ruang interogasi Evelyn hanya diam. Dia hanya akan berbicara dengan Ten, kakaknya.
“kenapa kau tega melakukan ini?” tanya Ten dengan wajah kecewa. “kau tidak perlu ikut campur. Aku senang ketika Sara sialan itu mati!” jawab Evelyn. “Evelyn, aku tidak pernah mengajarkanmu untuk membunuh seseorang hanya karena perasaan dengki!” ucap Ten karena ia tahu masalah antara Evelyn dan Sara. Kini, semua hanya tinggal penyesalan. Evelyn harus menerima ganjaran atas perbuatannya, yakni dipenjara selama 10 tahun karena telah membunuh seseorang.