Notes

SariAgri - Andiya (51) warga RT 01, RW 01 Petamburan, Tanah Abang, Jakarta Pusat memanfaatkan lahan bantaran Kali Ciliwung untuk kegiatan bertani. Lahan itu digunakan Andiya untuk menanam cabai rawit dan cabai merah keriting.
Menurut dia, pada tahun 2018, lahan yang dimanfaatkannya untuk bertani seluas 3500 meter. Namun, karang taruna di wilayah itu meminta izin kepada pihak kelurahan untuk membuat lapangan futsal dan dikabulkan.
Sejak tahun 2020 lahan yang bisa digunakan Andiya hanya sekitar 1000 m2. Dia mengatakan kendala terbesar di bantaran Kali Ciliwung adalah banjir. Pada Desember dan musim hujan lahan pertaniannya kerap terendam banjir yang memaksa dirinya menghentikan sementara kegiatan bertaninya.
“Bulan Desember itu kan musim hujan dan akan banjir. Nah saya off dulu tunggu selesai musim banjir, baru saya mulai bercocok tanam lagi,” ungkapnya.
Baca Juga: Teknologi Pertanian Pintar Dikembangkan untuk Tekan Biaya Produksi 10 Provinsi Penghasil Beras Terbesar di Indonesia - Berita Pangan
Dari sisi bisnis, menurut Andiya, hasil pertanian miliknya masih belum bisa memberikan keuntungan lebih bahkan tak jarang dirinya merugi karena banjir atau hasil panen lebih sedikit dari perkiraan. Padahal dia menggantungkan penghasilan dari bertani.
“Saat itu yang saya panen cabai hanya 20 kilogram dengan harga Rp10 ribu per kilogram. Saya cuma dapat Rp200 ribu dan dipotong biaya panen itu juga sudah habis lagi. Kalau untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari sih ya saya termasuk ke dalam orang yang ada di bawah garis kemiskinan. Tapi saya tidak berkecil hati walau kehidupan saya begini saya membanggakan diri cari makan dengan uang halal,” katanya.
Modal awal bertani Andiya dari dana pribadi. Namun seiring berjalan waktu dirinya mendapat banyak dukungan dari berbagai pihak seperti Suku Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian (Sudin KPKP) Jakarta Pusat, Kementerian Pertanian, dan PT. Indonesia Power.
“Dari pemerintah sendiri saya dibina oleh Sudin KPKP Jakarta Pusat. Kalau misalkan saya kesulitan cari bibit, pupuk dan pestisida akan dibantu. Selain itu juga dibantu PT Indonesia Power. Saat ini saya tanam banyak varian, jambu merah, jambu kristal itu dapat bantuan dari Kementerian Pertanian,” jelasnya.
Andiya berharap pemerintah lebih memperhatikan nasib dan keberlanjutan para petani urban di Jakarta sehingga dapat menggiatkan semangat urban farming. Perikanan Dia juga berharap Pemprov DKI gencar memanfaatkan lahan tidur agar lebih produktif dengan ditanami komoditas pertanian.
Perbaikan Kali Ciliwung agar tidak banjir juga penting dilakukan untuk mendukung keberlanjutan petani urban seperti dirinya.
“Lahan kan udah ketahuan lahan banjir. Kalau tanaman lagi bagus-bagusnya udah mulai panen terus kena banjir ya mati semua. Dibilang sakit sih ya nggak tapi bagaimana sedihnya petani kayak apa. Harapannya pemerintah provinsi bisa mengusahakan lahan seperti tempat saya bertani ini agar tidak terkena banjir. Entah dengan cara ditinggikan atau dipindahkan bertani di lahan tidur lain saya siap,” pungkasnya.
Video terkait:
Read More: https://lomeit.tg/forums/users/sailorsquare4/