Notes
Notes - notes.io |
"Ginsa, antar aku ke gedung olah raga dulu ya…" pinta Naeun. Tak lupa ia memasang senyuman andalannya yang bisa membuat orang lain klepek-klepek, terkapar karena kecantikannya.
"Memangnya ada apa di sana?" tanyaku padanya. Aku heran, tidak seperti biasanya Naeun mau mengajakku ke gedung olah raga. Patut diketahui, aku dan Naeun memang paling anti dengan yang namanya olah raga.
"Ada deh.."
"Mau ngecengin cowok ya?" sahutku berusaha menebak. Jujur aku agak penasaran.
"Bukan. Aku mau memberikan Chapssaltteok untuk Gikwang," jawabnya sembari memperlihatkan sebuah kotak makan kecil. Aku hanya manggut-manggut kecil. Agak kesal juga sich, aku malas bertemu dengan Gikwang.
Kami mulai berjalan beriringan menuju gedung olah raga. Tampak di sana ada banyak sekali anak-anak cowok yang bermain basket. Ups! Aku lupa, hari ini kan jadwalnya extrakulikuler basket.
"Hai, Ginsa!" sapa seorang anak laki-laki berambut cokelat.
"Hai, Junhyung. Kau ikut extrakulikuler basket?" tanyaku agak heran. Selama aku menjadi temannya, aku tak tahu dia mengikuti extrakulikuler apa. Apa aku bukanlah seorang teman yang baik ya?
"Yup! Memang aku baru masuk saat semester 2, aku di ajak Gikwang. Makanya aku menyuruhmu untuk dekat denganya,karna kutahu dia itu baik," jawabnya dengan senyum ramah tamahnya. Aku sedikit cemberut. Ck! Gikwang lagi, Gikwang lagi. Memangnya tidak ada bahan perbincangan yang lebih menarik selain Gikwang apa?
"Eh, aku duluan ya, aku di panggil pelatih!" sahutnya sembari meninggalkanku. Aku pun berlari ke arah Naeun. Namun, ku urungkan niatku menghampirinya saat ku tahu bahwa ada Gikwang di sana.
Sialnya, Naeun melihatku! Dia kemudian melambaikan tangannya ke arahku sembari berkata, "Ginsa, ayo ke sini!"
Mau tak mau aku pun menghampirinya. Bagaimana pun juga, Naeun sahabatku. Dan aku tak ingin mengecewakannya.
"Hey" sapa Gikwang sok ramah padaku. Aku hanya bisa memberikan senyuman palsu yang sedikit dipaksakan.
"Tak kusangka kau mau melihatku," lanjutnya. Aku kembali tersenyum. Sepertinya ia ingin berbincang-bincang denganku. Atau mungkin aku yang ke-GR-an? Entahlah, saat ini yang ada di benakku hanya pergi dari tempat ini. Muak aku melihat wajahnya.
"Kapan-kapan kita ngobrol bareng ya.. Atau mungkin lain kali kita belajar bersama. Ku dengar kau dulu selalu meraih peringkat 1 ya? Hebat sekali!" ujarnya dengan mata berbinar menatapku. Aku hanya terdiam sembari memberikannya senyum yang dipaksakan. Mungkin dia pun tahu kalau aku jengkel padanya.
"Ya sudah, kapan-kapan kita lanjutkan ya ngobrolnya, aku mau latihan lagi," seru Gikwang sembari mendribble bola basket di tangannya. GYUT! Naeun kemudian mencubitku.
"GYAAA~!" Aku meringis kesakitan.
"Kenapa?" tanyaku heran.
"Kesel sih kesel tapi gak segitunya lah …" jawabnya blak-blakan.. Aku hanya tersenyum kecut.
"Sudah,ayo pulang!" ajakku padanya. Dia mengangguk. Namun, baru saja 5 langkah aku memulai perjalanan hendak meninggalkan gedung olah raga, tiba-tiba…
"Awas!" seru Gikwang sangat keras sembari berlari ke arahku. Aku pun menoleh ke arahnya. Dia kemudian berlari menubrukku.
BRUK! Aku pun terjatuh. Ia kini berada di atas tubuhku.
"Kau tidak apa-apa?" tanyanya cemas. Aku mendorong tubuhnya.
"Awas! Kau mau apa sih?" ujarku kesal.
"Tadi ada bola yang terlempar ke arahmu," Kata Gikwang menjelaskan. Huh! Dia pikir aku akan percaya begitu saja? Maaf ya, aku tidak gampang di bohongi.
"Beneran!" ujarnya mencoba membuatku percaya. Aku hanya menatapnya sinis.
"Kalau emang benar tadi ada bola ke arahku, sekarang juga bola itu akan memantul kembali ke arahku!" seruku mengucapkan nazar asal-asalan lagi....
"Ginsa, awas!" sahut Naeun. Aku menoleh ke arahnya. Dia menunjuk ke arah kiriku. Spontan aku menoleh ke sebelah kiri. Tampak sebuah bola memantul mengarahku. Aku hendak bangkit namun terlambat, DUG! Bola itu terlebih dulu memukul kepalaku.
Aku mulai pusing. Pandangan mataku mulai kabur. Dan aku pun tak tahu lagi apa yang terjadi.
"Tapi Gikwang…"
"Yah, mau bagaimana lagi? Ginsa membenciku! Tak ada harapan untukku!"
"Jangan begitu! Ginsa tidak benar-benar membencimu!"
Sayup-sayup ku dengar suara 2 orang yang nampaknya sedang bertengkar. Aku tahu suara ini. Naeun, ya Naeun sedang bertengkar dengan Gikwang.
"Sudahlah, aku tahu."
"Gikwang, jangan menyerah! Benci bukanlah lawan dari Cinta. Benci adalah sebuah kepedulian namun dengan cara yang berlawanan dengan Cinta. Jika dia membencimu, berarti dia peduli terhadapmu. Dan bagaimana bisa dia membencimu jika setiap hari dalam pikirannya hanya ada kata 'Gikwang'. Ginsa peduli namun kepeduliannya ia salurkan lewat sebuah kebencian, dan aku yakin kau bisa merubah kepeduliannya agar tersalurkan lewat cinta."
Aku takjub mendengar perkataan Naeun. Aku menutup mataku, berpura-pura masih tak sadarkan diri. Aku ingin mendengar perdebatan mereka lebih dalam lagi.
"Aku mencintainya, dia satu-satunya perempuan yang bisa membuatku teralihkan dari dunia basket yang sangat aku cintai. Kau tahu Naeun, akhir-akhir ini aku sering bolos kegiatan extrakulikuler basket untuk mencari informasi tentang Ginsa dengan Junhyung."
"Lalu, setelah kau berjuang dengan sangat keras seperti itu, kau akan menyerah?"
"Entahlah…"
"Ayolah Gikwang, perjuangkan cintamu!"
"Minggu depan akan ada pertandingan basket antara Shinki High School dengan Hwangdeul High School. Ketua tim basket Hwangdeul High School adalah Son Dong Woon, atlet basket termuda yang telah memasuki tim inti nasional. Kalau aku bisa mengalahkannya, aku akan terus memperjuangkan cintaku pada Ginsa."
"Kalau kau gagal?"
"Kalau aku gagal… Aku… Bagaimana nanti sajalah.."
TAP! TAP! TAP! Ku dengar derap langkah kaki menjauhi ruang UKS (Unit Kesehatan Sekolah). Mungkin itu derap langkah kaki Gikwang
"Kau dengar yang tadi Ginsa? Gikwang benar-benar mencintaimu," seru Naeun. Aku membuka mata.
"Sejak kapan kau tahu kalau aku sudah sadar?"
"Kau pikir aku ini siapa? Aku sudah lama menjadi sahabatmu. Jelaslah aku sudah tahu semua tentangmu!"
"Wah, sombong…"
"Siapa bilang…? Ginsa, aku punya 1 permintaan untukmu…"
"Apa itu?"
"Sebagaimanapun kau membenci Gikwang, bukan berarti kau tidak peduli padanya sebab benci adalah sebuah kepedulian. Ku mohon untuk kali ini saja, datanglah ke pertandingannya minggu depan nanti,"
"A… Aku…"
"Ku mohon, demi aku, Ginsa! Sahabatmu…"
"Baiklah…"
Selama seminggu ini aku mulai sering memperhatikan Gikwang. Dia tampak berlatih dengan sangat keras. Sering aku memergokinya latihan sampai sore hari bahkan terkadang sampai malam. Walau begitu, nilai ujiannya sama sekali tak pernah turun, bahkan naik. Hanya saja, dia jadi makin sering tertidur di kelas. Aku menjadi prihatin melihatnya.
Hari ini adalah hari pertandingan basket persahabatan antara Shinki High School dengan Hwangdeul High School. Aku mulai bersiap-siap. Setelah seminggu merenung, aku mulai menyimpan perasaan pada Gikwang. Namun, saat hendak berangkat ke gedung olah raga, tiba-tiba handphone ku berbunyi.
Huh! Siapa sih? Gangguin orang saja! Saat ku lihat layar Handphone, rupanya itu dari Naeun.
"Halo, Naeun?"
"Ginsa! Kau ini ke mana saja? Cepat datang ke gedung olah raga!"
"Aduh, sabar Naeun! Ini kan masih jam 9. Pertandingannya kan jam 9.30"
"Ih, dasar bodoh! Pertandingannya di percepat jadi jam 8.30, cepat ke sini!"
"Apa? Di percepat?"
"Iya! Cepat! Kedudukannya sekarang 30-36. Hwangdeul high School unggul sekarang."
"Iya, aku segera ke sana!"
Aku pun kemudian pergi dengan tergesa-gesa. Berlari, berlari dan terus berlari. Gikwang, berjuanglah!
Dengan masih bercucuran keringat, aku kemudian menghampiri Naeun.
"Ginsa, sekarang kedudukannya 40-48."
"Wow…"
"Gikwang yang terus menerus mencetak angka."
Aku kemudian memandang lapangan basket. Tampak Gikwang yang tengah berjuang mati-matian. Entah kenapa tiba-tiba aku bercelutuk dengan sangat keras
“Gikwang... Gikwang... Gikwang !!! You’re Is the Best !! BERJUANGLAH!!!”
Gikwang menengok kearahku dan tersenyum manis,dia berlari makin kencang. Detik-detik berlalu dengan cepat. Kedudukan sekarang menjadi 60-62. Pada saat detik-detik. terakhir, Gikwang kemudian menshoot bola. Dan…
PRIIITTT! Pertandingan selesai. Gikwang berhasil mencetak 3 angka di akhir pertandingan. Kedudukan sekarang menjadi 63-62. Gikwang kemudian bergegas menghampiriku. Ia kemudian menarikku ke belakang gedung olah raga.
"Terima kasih telah datang dan menyemangatiku…" ujarnya sembari tersenyum manis ke arahku. Keringat tampak bercucuran dengan deras dari seluruh tubuhnya. Ia telah berjuang dengan sangat keras.
"Aku… Aku senang kau bisa memenangkan pertandingan…"
"Terima kasih…"
“Aish.... keringatmu,,, usap dengan Handuk ini!!”aku memberikan sebuah Handuk kecil berwarna Hitam dengan bertulis “Gikwang Imnida” dibawahnya
“Haah... baunya harum,kau yg membuat?”aku mengangguk dan tersenyum
“Kenapa kau tidak berikan jaketmu lagi?”dia meledekku dan tertawa
“Dasar,,,”aku memukul pundaknya dan kami tertawa bersama
“Ginsa...?”Gikwang memangilku dengan nada manja
“Ya...?”aku makin menerima Gikwang
“Tahu tidak...?”
“Apa??”
“Kenapa Bendungan bisa membendung berlitter litter Air?”
“Karna ada penyumbatlah,kau pikir apa?”
“Apa penyumbatnya?”
“Mana kutahu,aku bukan petugas Bendungan”
“Penyumbatnya adalah... Hatiku yg tersengkut disana”
“Haa?? Aku tak mengerti”
“Hahaha,sudah... kapan kapan kau akan mengerti”
“Hehe... iya...”
“Ginsa....?”
“Iya Lagi...??”
“Aku mencintaimu”
“Haaa? Apa katamu?”Mukaku memerah
“Aku MENCINTAIMU,paham?”dia berteriak dikata ‘Mencintaimu’
“Em... aku”aku hanya terdiam,shock tak percaya
"Kalau kau menolak juga tak apa. Toh dari awal cintaku memang bertepuk sebelah tangan," lanjutnya sembari tersenyum. "Sudah ya, aku mau ke pelatih dulu…" Dia kemudian pergi meninggalkanku.
TES! TES! TES! Air mataku bergulir perlahan mengalir jatuh membasahi pipiku. Aku berlari memeluknya dari belakang.
"Kenapa menangis?" tanyanya heran. Aku hanya terdiam.
"Hei, kenapa nangis cantik?" tanyanya lagi.
“Aku juga menyukaimu Gikwang!! Aku tahu aku ini orang yg kasar dan tak berperasaan,tapi aku ingin kau Bersikap manis seperti kemarin kemarin”aku menangis dipelukannya dan aku baru sadar kalau dia belum mengusap semua keringatnya (Bau sekali)
“Hahahaha.... kenapa menangis? Sudah,, sekarang hapus air matamu”dia melepas pelukanku dan menghapus air mataku dengan jarinya
“Sekarang pulanglah... kita bertemu besok disekolah,sekarang aku harus bertemu dengan pelatih.. hati hati ya sayang” serunya sembari mengecup pipi kananku. Aku hanya terdiam mematung dengan pipi memerah,menatapnya yg berlari menuju gedung olahraga
Kini,hariku menjadi lebih indah,aku bersaing dengan Kekasihku secara sehat. Ya... aku memang kekasihnya tapi aku saingannya dalam pelajaran! Satu hal yg pasti,Aku mencintainya~! Dan ingat! Your Rival It Is Likely Your Boyfriend
THE END
|
Notes.io is a web-based application for taking notes. You can take your notes and share with others people. If you like taking long notes, notes.io is designed for you. To date, over 8,000,000,000 notes created and continuing...
With notes.io;
- * You can take a note from anywhere and any device with internet connection.
- * You can share the notes in social platforms (YouTube, Facebook, Twitter, instagram etc.).
- * You can quickly share your contents without website, blog and e-mail.
- * You don't need to create any Account to share a note. As you wish you can use quick, easy and best shortened notes with sms, websites, e-mail, or messaging services (WhatsApp, iMessage, Telegram, Signal).
- * Notes.io has fabulous infrastructure design for a short link and allows you to share the note as an easy and understandable link.
Fast: Notes.io is built for speed and performance. You can take a notes quickly and browse your archive.
Easy: Notes.io doesn’t require installation. Just write and share note!
Short: Notes.io’s url just 8 character. You’ll get shorten link of your note when you want to share. (Ex: notes.io/q )
Free: Notes.io works for 12 years and has been free since the day it was started.
You immediately create your first note and start sharing with the ones you wish. If you want to contact us, you can use the following communication channels;
Email: [email protected]
Twitter: http://twitter.com/notesio
Instagram: http://instagram.com/notes.io
Facebook: http://facebook.com/notesio
Regards;
Notes.io Team