Notes

Tuhan ciptakan dia di pertengahan tahun millenial, hadir di jagat raya sebagai keturunan adam yang ke sekian ratus ribu. Juita keluarga Vinsley, disemat atma Michelle Angharad Vinsley dalam embus napas pertamanya. Panggilah ia Michelle sebab pada umumnya seperti itulah khalayak memanggilnya, namun sebagian nan dekat dengannya biasa memanggilnya dengan sebutan 'Cece'.

Michael, sosok nan hari-hari menemani 'tuk tumbuh bersama. Saudara sedarah satu-satunya yang acapkali picu keributan dan gemar membuat si juita memecah tangisnya. Cukup dekat namun rasa gengsi tak lepas dari keduanya, mungkin itupun alasan Michelle berpakaian layaknya laki-laki —sebab tak lepas dari kehadiran Michael di sisinya.

Manakala usianya menginjak delapan belas tahun, layaknya remaja pada umumnya, dapat dikatakan kalau inilah masa di mana Michelle bebas sebebas-bebasnya. Mencoba banyak hal nan tak pernah ia coba sebelumnya; mematri tinta permanen di sebagian tubuh eloknya, menyicip minuman 'haram' bersama Michael sebagai rekannya, berlaku nakal dan pakaian yang tak layak pakai semata-mata 'tuk bangun imej diri.

Model ialah bidang nang ia geluti akibat pujian yang terus-menerus datang, memuja kaki jenjangnya pun tak lupa tinggi yang semampai. Bermula dari amatiran nang terjun langsung pada branding milik Ibunda hingga berakhir pada permintaan promosi yang tiap hari datang menghampiri cukup membuatnya sibuk di sela-sela jadwal kuliahnya.

Sifat tegas pun lugas nan dimiliki pengampunya berhasil membentuk Michelle menjadi puan tangguh nan bertanggung jawab atas segala pilihan hidupnya. Fase patah hati sempat hadir di ujung usia ke 21 tahunnya, rasa gerah dan jengah, terpukul dan kacau, untuk yang pertama kalinya. Memunculkan sifat keras kepala pada lelaki selanjutnya yang hadir setelah sosok 'dia', ekspektasi yang terpecah belah dihantam kenyataan yang berbanding terbalik. Dialah, Michelle.