Notes

Ivoire suka bercengkrama.

Seperti,
apa hiasan topi favoritmu;
kayu manis atau madu;
berapa kali si gempal jempol tertusuk jarum saat kaumenyulam;
oh atau menurutmu mengiringi nyanyian lebih seru dibanding merapikan benang kusut?

Pokoknya apa pun yang dapat menjadi buah bibir konversasi privat, deh. Daripada bergumul bersama gadis-gadis fanatik terhadap kepang rambut atau pria penyoja balok kayu, preferensinya berlabuh pada jiwa-jiwa asing. Selimut beludrunya terbentang dari puak pemijak ubin merelap hingga insan tunggal di sudut ruangan.

Satu banding satu,
adalah ketika pipi merah merona Ivoire disandingkan bersisian dengan rambut keperakan Willow.

Beberapa orang berkata bahwa substansi berharga terkadang dikaitkan dengan bungkamnya bilabial. Alih-alih menekan alur jemari, Ivoire lebih setuju jika Willow bersahabat dengan si elemen nomor dua.

Tunggu sebentar.
Basa-basinya tidak penting.
Lagipula, bersaudara dengan perempuan yang bertolak belakang dari sifatmu rupanya seru juga.

Omongannya barusan bukan kosong!
Ketika seekor beruang mampir ke rumah di tengah badai salju dan memohon untuk mengukir runut di hadapan perapian, kabut kengerian berhasil ditiup menjauh. Siapa sangka mamalia tersebut adalah pemilik bulu halus pengganti cokelat hangat sampai-sampai Willow rela meruntuhkan tembok esnya sendiri dan tidak ambil pusing untuk memikirkan ganti rugi.

Jeda sejenak, seperti biasa roda gigi pemutar balik suasana hati secara tiba-tiba tidak macet. Pertemuan si putih dan merah harus berujung di awal musim panas, meski prinsip candra adalah lingkaran tanpa hilir. Memangku alasan berprofesi sebagai penjaga harta dari seorang kurcaci licik, beruang tanpa alias melabuhkan partikel ayunan telapak tangan berlabel terima kasih.

Sementara itu, Ivoire dan Willow tidak berniat mengurung animo untuk mengarungi hutan. Bertajuk kejutan, mereka bertemu seorang teman baru yang kumisnya tersangkut di dahan pohon. Tidak ada yang berekspektasi bahwa mahkluk bertubuh kerdil itu melakon ocehan sebab penghias wajahnya terpaksa dipangkas oleh orang asing. Nyaris menyerupai tamu rumah langganan, destinasi paradigma sang dara berlabuh pada arus pikiran bahwa ada persona tunggal di balik tirai tak kasat mata yang ikut bermain dalam lintas nasib hidupnya.
Berkali-kali ia dan sang saudari berpikir telah menyelesaikan problematika si kurcaci, jumlah yang sama pula dua pasang rungu menampung gerutuan.

Waktu itu seleret cahaya oranye menembus pilar-pilar dedaunan. Bayangan hitam serupa terbentang di ujung kaki tungkai hingga menyelimuti tumitnya. Kali ini air muka berkerut serupa mengindikasikan ketakutan yang bertumbah ruah kala terbunuh oleh seekor beruang menjadi risiko di bawah nostril. Satu kali lagi, Ivoire dan Willow mengantongi permohonan, tetapi walaupun dirinya merasa seluruh mahkluk sanggup mengemas kesempatan lain. Belum lagi, tidak seluruh beban kesalahan terpasung pada si bicara.

Kendati demikian, kawan lama memutuskan untuk mengayun cakar dan memutus tali jiwa. Sebagaimana di sekon yang nyaris bertautan, transformasi sihir menyiram realita ketika tubuh dua meter berganti menjadi figur teruna proporsinal dan garis kutukan dibendung oleh titik aksi.

Di bawah guyuran falak dan sepoi pawana, fokusnya menengadah pada lengkung langit tempat atap dan kubah raksasa putih safi bernaung, mendampingi kamus kata-kata harfiah sang dara demi menerjemahkan salju dalam persepektif yang berbeda dari masyarakat awam.