Notes

Hahaha. Taeyong tertawa dalam batinnya, sudah ia duga hal ini akan membuat dirinya tampak bodoh. Mulutnya menyeruput milk tea hingga habis, menyisakan sekiranya ada sedikit boba di permukaan minuman tersebut. Taeyong tersenyum miris, dirinya sangat bodoh. Dan lagi ia belum pernah menunjukkan sisi lemahnya begitu kepada siapapun. Tittle Taeyong sebagai lelaki kuat sudah tak lagi tersemat dalam asmanya.

Seharusnya, Taeyong sadar. Ia lebih baik bungkam dan menikmati berada di kehidupan Jaehyun sebagai bawahannya yang setia. Sifat lembut dan sabar lelaki itu cukup ia tanam dalam-dalam dan mengubur harapannya untuk bisa bersanding dengan si lelaki sempurna itu.

"Lupain, ya, Jae? Gua lagi ngelantur tadi." Ucapnya dengan lembut, logat bicaranya pun kembali seperti semula.

"Sejak kapan Kakak suka aku?"

"Hah? Ngapain sih bahas gituan. Udah, kalo gua bilang lupain ya lupain ajaㅡ"

"Kak, aku nanya. Jangan ngelak. Ga sopan."

Taeyong mengiggit bibir bawahnya cukup keras, aura dominan itu menekannya begitu kuat. Ia hampir saja menangis. "S-Sejak pertama kali kita ketemu."

"Kok bisa?"

Si lelaki manis menelan ludahnya kasar, "kamu baik, lembut, sabar. Itu aja. Aku ga mandang apa pekerjaanmu atau manfaatin kamu atau apalah. Aku cuma nganggep kalo kamu..."

"Kamu orang yang bisa ngerubah hati aku dengan cara sederhana dalam waktu singkat."

Jaehyun mematung, ia benar-benar terkejut dengan perubahan Taeyong. Wajahnya tersirat sendu, suaranya mencicit, dan juga tutur bahasanya lebih halus dan bagus. Jaehyun percaya bahwa Taeyong memiliki sikap barbar karena terpengaruh lingkungan sebelumnya, ia harus merubah perilaku maung binalnya itu.

What?

Maung binalnya?

Jaehyun memijat pelipisnya, mengapa ia bisa berpikiran untuk memanggil Taeyong seperti itu? Ia pun berdeham, menetralkan tenggorokannya sebelum memulai percakapan lagi.

"Terima kasih udah suka sama aku. Aku ga benci Kakak sama sekali, aku malah udah terbiasa dapet confess kayak begitu. Jaehyun si perilaku baik, tampang ganteng, definisi orang sempurna lah kata mereka."

Taeyong menghela napasnya, ia akan ditolak kali ini, sudah pasti. Lagipula Taeyong mau mengharapkan apa? Dia cukup tau diri!

"Aku penasaran sama Kakak, aku mau tau lebih tentang Kakak. Aku terima perasaan Kakak. Ayo kita pacaran."

Si pemuda manis itu sontak melebarkan kedua matanya, kepalanya ia dongakkan menatap Jaehyun dengan raut wajah tak percaya. Mulutnya sedikit terbuka. "M-Maksud kamu, Jae? Aku.. aku ini barbar, lho. Aku ga sesempurna kamu. Aku ini manusia sampahㅡ"

"Perintah aku mutlak. Kita sekarang pacaran." Jawab Jaehyun final, wajahnya begitu serius menatap Taeyong. Nampaknya ia benar-benar tidak main-main dengan ucapannya.

"Aku serius, sekali lagi aku bakal bilang. Aku mau lebih tau banyak tentang Kakak, aku mau deket sama Kakak. Kakak emang bikin aku puyeng, tapi aku tiap deket sama Kakak, Kakak selalu bisa bikin perasaan aku nyaman."

Jaehyun meneguk ludahya, "aku ga jago nembak seseorang romantis. Ucapan aku emang ga manis, tapi perasaan aku ke Kakak itu tulis. Aku mau sama Kakak, ayo kita pacaran."

Perasaan bahagia menghinggap di hati Taeyong, kapan ia terakhir kali merasakan kebahagiaan ini? Bagkan Taeyong sendiripun sudah lama.

Jaehyun adalah sosok yang membuat dirinya kembali merasakan bahagia. Senyuman begitu manis secara tidak sadar terbentuk dari kedua sudut bibir Taeyong. Senyuman yang begitu berbeda, pancaran manik berbinar itu menambah betapa manis nan cantiknya Lee Taeyong. Jaehyun terkesiap, baru pertama kali ia melihat sisi kepribadian lain dari pemuda cantik itu.

Jaehyun bersemu, pipinya memerah tipis menangkap Taeyong begitu cantik dengan senyumannya yang begitu tulus. "Makasih, Jae. Aku sayang kamu."

Jaehyun terkekeh, simpulan senyuman ia wujudkan. Membalas senyuman sang lelaki manis, "aku sayang kamu juga, Kak Taeyong."

---

P.s. maaf kalo kesannya alurnya kecepetan / nonsenses (ga masuk akal). Ya gimana ya, namanya short au kan, jadi harus gua cepetin alurnya. Segala feedback gua apresiasi untuk mewujudkan diri gua lebih baik muehehe. Makasih udah baca