NotesWhat is notes.io?

Notes brand slogan

Notes - notes.io

Oke saya mulai ya Mevrouw, maaf kalau panjang.

Saya adalah anak pertama dari dua bersaudara, jarak umur saya dan adik saya itu empat tahun. Jadi, sekarang adik saya sedang menuju tingkat akhir di SMA.

Saat saya kecil, saya diurusi oleh om saya. Padahal om saya tidak memiliki ikatan darah sama sekali dengan keluarga saya. Beliau itu teman papa dari SD yang kebetulan belum nikah sampai sekarang. Saya juga gak ngerti kenapa dan ke mana orangtua saya dulu. Mungkin sibuk kerja. Saya merasa, tidak ada memori dengan kedua orangtua saya saat saya kecil dulu. Malah, saya dijuluki 'anaknya om' oleh nenek saya karena saya lebih dekat ke om saya daripada Papa dan Mama. Saya gak ngerti ketidakdekatan ini salah saya atau orangtua saya, tapi bukannya naluri anak kecil selalu memilih orang yang sering menghabiskan waktu bersama?

Saat TK, yang mengantar dan menjemput saya itu om saya. Saya inget banget saya suka ngantuk, makanya dipakaikan ikatan yang buat gendong bayi biar gak jatoh kalau diboncengi om saya. Saya TK-SD di SD Regina Pacis Bogor. Iya, sekolah Katolik. Itu juga saran om saya, katanya, agar behavior saya jadi bagus.

Saya nyaman-nyaman saja. Temennya baik, tidak ada yang mendiskriminasi saya walau saya berasal dari agama yang beda dari mayoritas di sana. Gurunya juga baik, walau saya suka ngasal urutan saat menulis hanzi di mata pelajaran bahasa Mandarin, laoshinya tetap sabar. Yang ngurusin bayar SPP juga saya sendiri dari kelas 1-6. Yang lain diurusin orangtuanya, kalau saya ke loket sendiri buat bayaran. Yang lain orangtuanya datang untuk jemput, kalau saya? Jangankan jemput, orangtua saya jarang hadir rapat, yaa paling ambil rapot baru dateng. Jadi saat SD saya udah akrab banget sama angkot. Padahal jarak SD ke rumah itu jauh banget.

Sampai akhirnya saya masuk SMP.

Orangtua saya bersikeras mau saya masuk SMP negeri. Targetnya SMP 1 dan 5. Tapi saya hanya berhasil masuk SMP 15. Sialnya, SMP itu masa saya jatuh cinta pertama kali, juga masa merasakan dibully pertama kali. Orang yang saya sukai memang kelakuannya agak minus, dia dan teman-temannya melempar tong isi sampah ke saya sampai saya gemeteran ketakutan dan kabur dari kelas. Belum cukup, teman sekelas membentuk grup 'Anti (nama saya)' di facebook. Gimana cara saya tahu? Saya sedang bermain dengan teman dekat saya di rumah saya, dia buka facebook di laptop saya dan keluar notifikasi grup. Ternyata, grup itu.

Saya merasa saat itu udah gaada yang bisa saya percaya. Saya mengurung diri di kamar dan menangis terus entah berapa lama tapi ya orangtua saya menyuruh besoknya saya tetap harus masuk. Itu kelas 7, untung di kelas 8 dan 9 saya menemukan teman yang benar-benar baik. Dan si orang yang saya suka dulu, akhir-akhir ini kembali mengirim pesan di WA. Ya yasudah, saya bisa maafkan dia tapi saya gak bisa lupain apa yang udah dia perbuat. Saat SMP juga saya banyak mengurung diri di kamar, sampai dikatain 'Dasar anak autis.' sama Papa saya. Mungkin beliau kira, hanya sekedar perkataan lewat. Tapi kata-kata itu terngiang sampai sekarang dan menimbulkan trauma baru. Kenapa sih banyak orang gak mikir dulu seribu kali gitu kalau mau ngelabelin orang?

Dengan semangat dan tekad yang kuat, saya belajar mati-matian buat dapat SMA bagus. Akhirnya, saya masuk ke SMA 2. Di SMA ini saya improve di dalam banyak hal. Saya jadi ketua eskul sana-sini (padahal masih kelas 1 SMA). Saya juga ikut olimpiade komputer saat kelas 2 (walau gak lolos ke provinsi) tapi saya sebagai anak IPS yang nyoba tes untuk masuk tim komputer dan menduduki peringkat 2 se-sekolah itu merasa sangat bangga. Walau akhirnya menjalani pelatihan bareng anak IPA dan harus belajar matematika mati-matian, saya senang.

Hingga akhirnya kelas 3 tiba juga. Ilmu matematika yang sudah saya dapat di kelas 2 melayang entah ke mana padahal mau UN. Di kelas 3 ini, saya menemukan cinta baru, tapi setengah gak nyata karena juga kenalnya lewat twitter (tapi cintanya terbalas, yeay!). Dia anak Matematika ITS tingkat 4 yang berambisi S2 di MIT. Dia itu orang yang paling lama banget kalo disuruh balas chat, tapi kalau saya chat sambil kasih soal matematika, gak sampai 5 menit kemudian dibalas dengan jawaban lengkap diatas kertas atau di atas papan tulis. Iya, sesuka itu dia sama matematika, dan akhirnya dia beneran apply S2 di MIT dan...diterima. Tapi penyebab saya dan dia berakhir itu bukan karena akan LDR semakin jauh, melainkan dia menyukai orang lain.

Saya hanya bisa menyemangati, karena.. memang bisa apa lagi? Usia dia semakin dekat dengan pernikahan sedangkan saya masih merangkak untuk lulus dari ujian nasional.

Dengan SNMPTN, saya berhasil memiliki kursi di Belanda UI. Padahal, waktu pertama kali memasukan nomor peserta, saya mendapatkan warna merah. Saya senang dan langsung membuka buku SBM. Kenapa saya senang? Semua ini kemauan orangtua saya. Setidaknya kalau SBM, saya bisa mencoba kuliah di tempat yang saya mau. Tahunya saya salah memasukkan nomor pendaftaran dan lolos di sini. Orang-orang bilang harus bersyukur, saya bingung. Haruskah saya beryukur atas pilihan orangtua saya? Atau malah sedih?

Setelah menjalani perkuliahan selama enam semester, saya baru paham ternyata tempat saya di sini. Saya gak tau ada angkatan yang lebih bagus dari angkatan saya sekarang. Walau saya merangkak di matkul Belanda, setidaknya teman-temannya tidak membuat saya stres. Saya bisa dekat dengan siapa saja, mungkin karena saya tidak punya peer grup juga. Tapi akhirnya, semua kebahagiaan dan keceriaan angkatan itu juga menyimpan 'borok'nya sendiri yang berusaha ditutupi dari siapapun.

Mela itu sering cerita sama saya kalau dia ke psikiatri juga dan diberikan obat macam-macam. Terus ya saya memberikan masukan dan selalu nenangin dia. Sampai akhirnya, pagi ini dia marah-marah di grup angkatan. Dia membongkar semuanya pagi ini dan akhirnya saya tahu kalau angkatan kami tidak seindah yang terlihat. Yang saya kesal, bisa-bisanya orang kalau salah gak minta maaf dan malah menyindir yang lain di sosial media? Tidak ada pembelaan dari pelaku saat dihadang oleh Mela. Saya hanya bisa menarik napas dan mencoba netral, dalam hati berdoa semoga kami bisa kembali baik-baik saja.

Terlepas semua masalah, apalagi masalah keluarga saya, saya sayang orang-orang di sekitar saya. Setidaknya, sekarang adik saya mendapat banyak perhatian dari kedua orangtua saya dan tidak merasakan apa yang saya rasakan. Saya memaklumi perilaku orangtua saya saat saya kecil, mungkin mereka baru menjadi orangtua makanya seperti itu. Ketika menjadi orangtua untuk anak kedua, mereka menjadi lebih terlatih dan tahu apa yang harus mereka perbuat.

Saat ini masalah saya adalah; tidak bisa tidur. Saya saat ini menjadi team leader di salah satu platform untuk belajar Bahasa yang bernama Bahasa Q&A (@baahsaqna) di twitter. Kerjaannya tiap malem mikir; gimana caranya attract orang untuk follow dan sama-sama tukar wawasan? Lalu akhir pekan concall dengan foundernya (Jerome Polin dan kakaknya), leader Math Q&A, juga leader Geoscience Q&A. Semua orang yang ada di sekitar saya pinter-pinter banget. Jerome yaa emang udah terkenal dan pinter juga, kakaknya juga alumni ITB, leader Math dan Geoscience juga anak olimpiade tingkat nasional. Terus saya tuh minder gitu soalnya saya bukan siapa-siapa....

Masalahnya kalau susah tidur di malam hari kadang tuh bukan mendatangkan ide, malah mendatangkan bayangan trauma-trauma masa lalu yang bikin sesak di dada.

Sebelumnya, saya mau bilang makasih untuk Mevrouw. Saya tuh.... gak pernah belajar Belanda seserius ini. Mevrouw itu mau mendengarkan kami dan tidak mudah emosi. Saya merasa dihargai sebagai murid. Kalau seandainya saya jadi Ibu nanti, saya mau jadi ibu yang seperti Mevrouw.

Segitu dulu ya Mevrouw, maaf panjang ya Mevrouw.
     
 
what is notes.io
 

Notes.io is a web-based application for taking notes. You can take your notes and share with others people. If you like taking long notes, notes.io is designed for you. To date, over 8,000,000,000 notes created and continuing...

With notes.io;

  • * You can take a note from anywhere and any device with internet connection.
  • * You can share the notes in social platforms (YouTube, Facebook, Twitter, instagram etc.).
  • * You can quickly share your contents without website, blog and e-mail.
  • * You don't need to create any Account to share a note. As you wish you can use quick, easy and best shortened notes with sms, websites, e-mail, or messaging services (WhatsApp, iMessage, Telegram, Signal).
  • * Notes.io has fabulous infrastructure design for a short link and allows you to share the note as an easy and understandable link.

Fast: Notes.io is built for speed and performance. You can take a notes quickly and browse your archive.

Easy: Notes.io doesn’t require installation. Just write and share note!

Short: Notes.io’s url just 8 character. You’ll get shorten link of your note when you want to share. (Ex: notes.io/q )

Free: Notes.io works for 12 years and has been free since the day it was started.


You immediately create your first note and start sharing with the ones you wish. If you want to contact us, you can use the following communication channels;


Email: [email protected]

Twitter: http://twitter.com/notesio

Instagram: http://instagram.com/notes.io

Facebook: http://facebook.com/notesio



Regards;
Notes.io Team

     
 
Shortened Note Link
 
 
Looding Image
 
     
 
Long File
 
 

For written notes was greater than 18KB Unable to shorten.

To be smaller than 18KB, please organize your notes, or sign in.