Notes

Mengingat kegiatan Fantastic Beast akan segera dimulai dan jumlah peserta yang dibatasi, maka bagi teman-teman yang ingin berpartisipasi dalam kegiatan tersebut boleh mendaftarkan diri ya, dengan syarat:
1. (Diutamakan) berada di grade 1-6
2. Penulis tidak dalam masa sibuk (terutama Jumat-Minggu)
3. Menyukai atau mendalami mata pelajaran CoMC

Nah, setelah 💯 dengan persyaratannya, ada challenge yang menunggu. Challenge-nya adalah membuat plot singkat mengenai penanganan salah satu SWG (dikerjakan di notes online). Dikirimkan ke DM Yuni (@SlytherinUnity), ya!

Deadline: 07/05/2020, 09:00 GMT+7.

Kalau ada pertanyaan boleh langsung diajukan. Terima kasih, kami tunggu partisipasinya! 🙌🏻

——————

Informasi tentang Streeler.
STREELER adalah siput raksasa yang berubah warna setiap jam dan menyeret di belakang mereka jejak yang begitu berbisa sehingga membuat layu dan membakar semua tumbuhan yang dilewati jejak itu. Streeler berasal dari beberapa negara di Afrika, namun hewan ini berhasil dipelihara oleh para penyihir di Eropa, Asia, dan Amerika. Makhluk ini dijadikan binatang peliharaan oleh mereka yang menyukai perubahan warnanya yang cepat. Biasanya yang berbahaya merupakan satu dari sedikit zat yang diketahui bisa memberantas Horklump.

Streeler berubah warna setiap jam, dan meninggalkan jejak racun yang sangat beracun hingga membakar semua vegetasi yang disentuhnya. Itu disimpan sebagai hewan peliharaan oleh mereka yang menikmati perubahan warna kaleidoskopik. Racun Streeler adalah salah satu dari sedikit zat yang diketahui dapat membunuh Horklumps. "Siput jeruk beracun" yang terlihat di Magical Menagerie pada tahun 1993 mungkin adalah Streelers. Mengenakan sarung tangan pelindung yang tebal adalah cara untuk menghindari tersengat oleh cangkang kerang yang sangat beracun.

————————

Pemeliharaan Satwa Gaib, Garry si Streeler.
Plot on.

(Penulisan cerita dimuat melalui sudut pandang orang ketiga serba tahu dengan latar belakang tempat di Slytherin, kastil Hogwarts.)

Tidak seperti biasanya, deru air Black Lake terdengar kedua rungu begitu keras. Seorang anak laki-laki dengan jubah hitam, lengkap menggunakan syal hijau-perak bermotif garis tersebut memasuki Slytherin. Nampak kacau dan kebingungan mencari sarung tangan naga yang kemarin diletakkan pada laci meja.

Rambut panjang ke depan menutupi pengelihatannya. Sehingga kuasanya harus menepis dan berpirau dari poni lebat saat mencari sepasang benda berharga itu. “Sebenarnya, saya menaruhnya dimana? Padahal itu untuk melindungi tangan dari peliharaan satwa gaib si Garry.”

Agak merasa kesal, Deinero, nama lelaki tersebut yang mengendus kasar secara tiba-tiba. Tangan-tangannya sibuk membuka selimut, bantal, bahkan juga membuka satu per satu lemari-lemari kayu sambil membopong sebuah buku panduan satwa gaib. Masih belum menemukannya.

“Atau jangan-jangan sudah di kandang, ya?” netranya melirik ke arah pintu. Sang teruna bangkit dari ruangan itu dengan langkah tidak mau berlama-lama. Yang teringat hanyalah memberi makan dan membuat rumah untuk Garry si siput berlendir racun milik Slytherin.

Pernah dibaca olehnya, bahwa satwa tersebut berbahaya terutama lendirnya. Satu-satunya cara mengatasinya adalah menggunakan sarung tangan dan berhati-hati saat menyentuh mereka, mendekat, memberi makan, maupun memindahkan tubuh mereka keluar masuk kandang.

Deinero menuruni anak tangga, membawa papan kayu. Tak hanya itu saja, kuasa kirinya sibuk membawa perkakas seperti gergaji, paku, palu, juga kaca berukuran besar dan tongkat sihir. “Maaf, Kak, saya baru ingat kalau sarung tangan saya sudah tergeletak di sini,” ujar sang teruna memberikan alasan dengan penuh pertimbangan.

“Sebagai gantinya, biar saya yang membuat kandang si Garry,” tuturnya lembut dan menunjukkan sebuah senyuman ringan sebagai sogokan, apabila mereka sadar akan hal itu. Nero bersungut-sungut, memikirkan hal pertama yang akan dilakukan.

Gerakan kuasanya diperhitungkan. Memberi kehati-hatian yang cukup supaya terhindar dari tindak ceroboh serta membuang waktu, Nero dengan tangkas memutuskan memotong papan kayu menggunakan gergaji. Ruang penyimpanan satwa gaib Slytherin menjadi bising sejenak karena ulahnya.

Tangannya menempel-nempelkan papan dan memasang paku dengan palu di setiap sudutnya. Luasnya kurang lebih 10x10cm, tingginya 12cm. Papan berbentuk rumah-rumahan mini beratap limas diletakkan di tengah ruangan. “Selesai, nantinya rumah ini untuk tempat tidur atau sembunyinya saja,” ujar sang teruna.

Nero mengimbuhkan kalimatnya, “lalu saya akan membuat kandang dengan kaca ini, Kak,” paparnya ke salah seolah kakak kelasnya yang selalu mengikuti dan melihat kegiatan Nero saat membantu mengurus Streeler. “Accio glasses!” panggilnya menggunakan sebuah mantra.

Satu, dua, tiga, empat, lima, enam. Enam menit waktu yang dibutuhkan sang wira menyatukan keenam lapis kaca menjadi sebuah kandang kaca tembus pandang. Ukurannya jelas lebih luas dari kandang papan. 30x30cm dengan tinggi 35cm. Terdapat pintu dari atas dan samping seperti kandang untuk ular.

Ujung kornea memperhatikan benda persegi di hadapannya. Mencari celah atau cacat dari sesuatu yang dibuatnya. “Apakah terlalu besar?” ucapnya, tapi dengan cepat disangkal dengan menggelengkan kepala ke kanan dan ke kiri sebanyak tiga kali.

“Lubang untuk pernapasan ada di atas. Setiap sisinya sudah rapat, Kak. saya pastikan mereka tidak bisa kemana-kemana,” memberikan penjelasan, “dan lendir mereka juga tidak kemana-kemana,” lanjutnya sebelum mengupas lembaran sawi putih yang dibiarkan di atas kursi pada sudut ruang.

Mata obsidiannya tertuju pada si Garry. Lantaran tangannya sudah terbalut sarung tangan berbahan kulit naga, Nero lantas membawa Streeler ke dalam kandang. Memastikan ruang kecil itu memiliki udara sebagai kebutuhan Garry. Tak tertinggal, makanannya yaitu dedaunan.

Sudah mendekati waktu satu jam, Streeler berubah warna menjadi kekuning-kuningan. Perubahan warnanya disambut “Woah!” yang meriah dari seluruh murid Slytherin yang berpartisipasi merawat si Garry. Menakjubkan dan membuat terpesona.

“Kak, hati-hati saat memberi makan ya, jangan terus menerus. Karena lendir beracun bisa membuat tanaman atau daun-daunnya layu,” telunjuknya mengelus cangkang kuat Streeler sambil tersenyum memberikan kata-kata peringatan ke beberapa kawannya.

Deinero meletakkan siput itu ke dasar kandang dan membebaskan pergerakannya yang lamban tak sebanding dengan cepatnya perubahan warna pada tubuhnya. “Kalau punya kebun banyak Horklump-nya, serahkan pada Garry, Kak. Lendirnya untuk mengusir Horklump,” sahutnya tiba-tiba.

“Sudah selesai,” ucap sang anak laki-laki dengan peluh mengucur melalui pelipisnya sembari membawa air yang ditaruh pada wadah berbahan tanah liat. Sangat merepotkan jika merawat siput ini. Walaupun ber-KKM XXX, namun kehati-hatianlah yang paling diperlukan.

Nero membiarkan murid lain untuk menata kandang sambil memperingatkan memakai sarung tangan. Napas panjang terhembus dan lolos dengan lebih lembut ketika anak lelaki itu melepas sarung tangan dan duduk di belakang kandang. Netranya seolah tersenyum memperhatikan siput besar dari balik kaca.

“Pantas orang Amerika memelihara mereka, menyenangkan melihat perubahan warnanya,” celetuk Nero yanv tidak sabar menantikan pertumbuhannya menjadi semakin besar dan berubah warna menjadi oranye. Nero hendak menjajarkannya dengan labu karena pasti bentuknya sama.

(Cerita yang telah dibuat dengan sudut pandang orang ketiga, berlatar belakang tempat di Slytherin, kastil Hogwarts dinyatakan telah selesai.)

End.