Notes

Sejak kecil, semua orang bilang bahwa dia putri raja.

Terlepas dari kenyataan bahwa itu benar atau salah, Mio tidak pernah meragukan orang-orang disekitarnya. Sifat naif memang didapat karena tidak pernah merasa diri dalam bahaya. Masa kecil si dara memang tidak bisa dibilang mewahㅡnamun bukan pula berada di bawah. Mungkin semua itu akan bertahan lama jika sang ayah tidak masuk ke balik jeruji besi; dan mereka diasingkan dari kota kelahiran. Osaka.

Anggapan bahwa pindah tempat akan membawa keberuntungan baruㅡdengan cepat sirna karena kenyataan yang pahit. Kyoto, nama kota yang mereka tinggali saat ini, bukan tempat yang bisa direkomendasikan untuk membesarkan anak-anak. Atau setidaknya, jika kau berada di lapisan paling bawah dari masyarakat. Lebih baik jangan.

Jika masih bersikeras untuk mencoba, tolong jangan salahkan keadaan jika stress sudah menumpuk dalam diri. Mio tahu karena dia punya contohㅡsang ibu, yang berubah drastis dari sosok murah senyum dan humoris; jadi seseorang yang ringan tangan dan selalu bernada tinggi. Oh, siksaannya memang tidak pernah meninggalkan luka fisik. Hanya batin. Memang bisa dimaklumi jika saja tidak pelan-pelan membuat saudaranya memupuk dendam. Mio belum mengenal kata ituㅡumur boleh belasan pada saat tragedi berlangsung, tapi mental tidak sama dengan itu.

Mau dengar ceritanya secara detail? Jadi begini,

...disuatu hari yang kurang pasti, Mio dibangunkan dengan teriakan yang menyayat hati. Ibunya. Kaget, tentu. Fikiran pertama yang muncul didalam benaknya adalah seorang pencuri /atau pembunuh berantai?/ yang menyusup masuk. Tubuhnya gemetar saat ada suara langkah kaki di depan pintu kamar. Namun apa yang dikhawatirkannya tak kunjung terjadi, malah tak lama kemudian terdengar suara sirene mobil polisi di depan rumah. Sontak puan ini kebingungan. Ditatapnya pula dengan takut - takut keluar jendela. Dan rupanya, sosok yang familiar terlihat dibekuk--dan diperlakukan bak seorang kriminal yang tak punya hati.

Kakaknya.

Mio berteriak, namun tanpa suara. Saat ia berlari keluar kamar, bertemu pula dengan beberapa petugas dan profiler yang sedang memeriksa sesuatu. Semua orang terkejut, menoleh padanya yang sudah bersimbah air mata. Selimut yang menutupi tandu tersingkap, menampakkan jasad ibunya yang sudah tak bernyawa.

Si jelita tidak bodoh. Ia tahu apa yang terjadi setelah melihat semua kejadian tadi.

Tanpa fikir panjang, malah lari dia lewat pintu belakang. Berlari tanpa arah, tanpa tujuan, sambil menangis. Tak sadar kemudian menabrak seorang pemabuk di jalan; yang rupanya sepertinya kehilangan akal sehatnya.

"Shit- bajingan kecil! Hey!" masih membekas di ingatan Mio, bagaimana gemetarnya suaranya saat meminta maaf /yang kemudian malah ia sesali/ dan betapa kasarnya lengan pemuda itu menarik dan memojokkannya ke dinding. Sang dara tak punya tenaga lagi untuk berteriak, dan bahkan ia sudah pasrah saja kalau dirinya akan mati disana. Apalagi yang bisa ia lakukan dengan badan lemah begini?

Dan seakan dewi fortuna sedang berada di pihaknya, gadis bermarga Takahashi ini mendengar teriakan yang sama untuk kedua kali. Substansi merah yang menyapa kulit putihnya membuatnya tercengang. Bau amis seketika menyeruak, dan seseorang tampak ketika sosok pemabuk itu rebah ke tanah.

Apa yang terjadi?

Belum habis keterkejutannya, seorang lelaki; yang kemudian ia ketahui bernama (....) rupanya bertindak jadi pahlawannya. Teruna yang ia panggil dengan nama yang lebih gampang--(...).
Tak butuh waktu lama bagi Mio untuk tau bahwa sesungguhnya pemuda itu adalah seorang yang berbahaya, apalagi ketika si nona malah memutuskan untuk berada selama 24/7 disampingnya. Berbagai macam hal ia pelajari dari (....), termasuk merintis jalan dengan memasuki dunia gelap; tepatnya dibidang prostitusi. Nah, dalam keadaan begini, tak banyak pilihan untuk menyambung hidup.

Singkat cerita, dihabiskannya waktu selama kurang lebih 5 tahun berkecimpung disana. Takahashi Mio berubah banyak baik secara penampilan maupun kesehatan mental. Dirinya kemudian menggunakan suatu cara untuk merangkak ke puncak dari rantai makanan. Perubahan yang cukup signifikan. Seimbang dengan resiko yang harus ia ambil, yaitu terpisah dengan (....) yang muak dengan tingkahnya yang semakin menjadi - jadi. Heh, pemuda yang satu itu memang dari awal bukan tipe yang senang harus hidup bersama dengan orang lain. Jadi walaupun Mio sedih, ia harus menerima semuanya. Toh dengan pekerjaan yang ia geluti sekarang, ia dapat menebus kakaknya secara legal dari penjara yang mengukung.