Notes

presented by tyonngf

---

Jaehyun lantas berdiri dari kursi kebesarannya, ia berlari kearah lift dan menuju lantai dasar. Diluar kantornya, ia menatap sesosok barbar yang kini celingak-celinguk di depan kantornya seperti anak hilang.

"Halo, Kak." Sapa Jaehyun terlebih dahulu.

Yang disapa hanya memandangnya dalam diam, melihat dari atas sampai bawah. Bibirnya digerakan mendecih, "lebih tinggi dari gua tapi kelakuannya kayak bocil."

Jaehyun menghela napasnya pelan, harus sabar. Taeyong memang lebih pendek darinya, hanya sebatas sejengkal. Pakaiannya pun sebenarnya lebih terlihat seperti anak kecil. Kemeja lengan panjang dipadu celana bahan selutut, ia juga memakai sepatu vans hitam yang menambah aura ke-bocil-annya.

"Aku ga mau banyak debat sama Kakak. Ayo, Kak, ikut aku."

"Mau kemana?"

"Kita bicara di ruangan aku aja. Lebih adem."

Taeyong memincingkan matanya, "oh.. kali mau diajak kemana.."

Taeyong pun berjalan tepat disebelah Jaehyun, memasuki area kantor dan kembali menaiki lift. Sambil mempersingkat waktu, Jaehyun membuka mulutnya. "Emang Kakak pikir aku bakal ngajak Kakak kemana?"

"Ke ring tinju."

"...."

Keduanya kembali terdiam, hingga mereka telah sampai pada lantai sepuluh. Jaehyun membuka pintu ruangannya, mempersilahkan Taeyong duduk di sofa ruangan Jaehyun. Tak lupa, ia memberikan susu kotak dingin dari lemari es kecil di sudut ruangan kantornya. "Maaf cuma ada susu. Ga ada apapun lagi di dalem kulkas."

"Susu punya siapa nih?" Taeyong mengambil susu tersebut, lalu segera ia seruput untuk melepas dahaganya sedari tadi.

"Ya, punya aku. Biasanya adek aku suka mampir kesini, makanya aku sediain susu."

Taeyong hanya mengangguk, "ngapain gua dikasih susu? Gua udah punya susu, kok."

"Hah?"

"Ga."

"..."

"..."

"Maksudnya, gua udah minum susu sebelum dateng kesini." Taeyong seketika keringat dingin.

"O-Oh, gitu.. Iya, iya."

Jaehyun berdeham, melegakkan tenggorokannya. "Langsung ke intinya aja ya, Kak. Aku lagi butuh bodyguard pribadi. Aku sering jadi inceran banyak orang karena masalah harta dan kekuasaan. Hal ini disebabkan karena banyak yang iri atas suksesnya perusahaan dari Bapak aku, banyak yang mau ngebunuh aku. Bapak aku udah terbunuh sebelumnya, makanya perusahaan jatoh ke tangan aku."

Taeyong lagi-lagi mengangguk. "Aku sayang sama Bapak, makanya aku mau ngejalanin perusahaan ini sampai ke penerus selanjutnya. Aku lagi butuh bodyguard, tapi aku ngerasa bimbang buat percaya sama satu orang. Takutnya nanti-"

"Nanti ada yang berkhianat dibelakang lu. Iya, gua tau. Yuta udah cerita." Taeyong memotong cerita Jaehyun, menaruh susu kotak kosong di atas meja.

"Aku orangnya gampang takut, Kak. Makanya aku pengen bodyguard yang mau tinggal seapartemen sama aku."

Taeyong menyenderkan badannya, melipat kedua tangan seraya menatap lurus kearah Jaehyun. "Bisa, sih. Gua terima terima aja, yang penting gua digaji buat makan. Udah."

Jaehyun mengukir senyuman tipis, "oke. Kakak bisa istirahat di apartemen aku, Kakak bisa kesana buat istirahat. Tapi, maaf, Kak. Aku ga bisa nemenin Kakak pulang, aku lagi sibuk."

"Heeh."

"Nama apartemennya Neo City, alamatnya nanti bakal aku share loc. Kamarnya di lantai sembilan, nomor seratus empat puluh dua, kodenya satu dua tujuh satu dua tujuh."

Taeyong mengangguk, semua ingatannya tercatat di dalam otaknya. "Oke, Jae. Gua pamit, ya. Capek banget dari Jepang ke Korea, jalan jauh, panas panasan."

"Iya, hati-hati dijalan, Kak."