Notes

@tnk_marklee

ㅤㅤㅤJika mengingat pertemuannya dengan pemuda berjenama Masahiro Kaji tempo hari, sebenarnya satu dengan Nakashima Nao tidak jauh berbeda. Jarang sepupunya itu tampakkan, jika Sachie tengah berada dalam mode /menurut/, tapi satu hal yang salah saja bisa buat nyali menciut. Mereka seolah punya batas toleransi yang sama dalam hal sesuatu yang tak berjalan sebagaimana seharusnya, namun memiliki cara masing-masing untuk merespon.

ㅤㅤㅤBedanya Nakashima dan Masahiro, bagi Sachie; yang pertama adalah sosok yang lebih dia takuti. Bukan karena sesuatu yang membuat trauma, lebih kepada: hubungan mereka sangat rawan untuk saling menyakiti. Pernah dia baca, sebuah dialog dalam buku yang menanyakan; 𝙒𝙝𝙮 𝙙𝙤 𝙩𝙝𝙚 𝙥𝙚𝙤𝙥𝙡𝙚 𝙬𝙝𝙤 𝙢𝙚𝙖𝙣 𝙖 𝙡𝙤𝙩 𝙚𝙣𝙙 𝙪𝙥 𝙝𝙪𝙧𝙩𝙞𝙣𝙜 𝙮𝙤𝙪 𝙩𝙝𝙚 𝙢𝙤𝙨𝙩?

ㅤㅤ Untuk mencari jawabannya, Sachie butuh waktu dua hari karena ada di akhir buku. Hendak melewatkan beberapa bab saat itu saking penasarannya, namun berakhir pasrah karena ada peringatan kalau hal itu tidak boleh dilakukan. Akhirnya si Nona pun sampai, dan dihadapkan pada kalimat yang intinya kira-kira seperti ini:

ㅤㅤㅤ"..loving someone is similar to an explosion. The closer you are to the center, more the impact and destruction."

ㅤㅤ Otak lima belas tahunnya tidak sanggup mencerna di tempat. Baru bisa mengerti saat punya pengalaman, kalau 𝘦𝘹𝘱𝘦𝘤𝘵𝘢𝘵𝘪𝘰𝘯 𝘩𝘶𝘳𝘵𝘴 𝘺𝘰𝘶 𝘵𝘩𝘦 𝘮𝘰𝘴𝘵. Faktanya, rasa "percaya" dalam sebuah hubungan--ini berlaku secara umum, ya, dalam kasus ini adalah kedekatan mereka sebagai sepupu--seperti dua sisi mata pisau. Bisa jadi sesuatu yang membuat hubungan tersebut punya fondasi kuat, namun sekali hal tersebut menjadi 𝘵𝘰𝘰 𝘮𝘶𝘤𝘩, semua yang dibangun di atasnya hancur berantakan. Tidak seperti kita tidak bisa menahan diri untuk berbuat salah, bukan? Mungkin iya jika diusahakan, namun seperti kata pepatah, manusia yang berencana, Tuhan yang menentukan. Akan ada situasi dimana kau tidak bisa menghindari kesalahan yang sudah/akan kau buat, seberapa besar pun keinginanmu untuk menghindarinya.

ㅤㅤ Apalagi jika harus berbuat secara sengaja?

ㅤㅤ Kembali pada inti percakapan, Sachie takut pada Nao karena hal yang dia lakukan bisa berdampak pada sang sepupu. Katakanlah tidak hanya membuatnya khawatir, tapi juga menjelekkan namanya di mata keluarga. Ingin rasanya kembali mundur dari permintaan saat melihat gawai yang dihempas, tapi untuk sekali ini, Sachie memberanikan diri; menelan saliva dan mengumpulkan keberanian. Ini adalah keputusan yang besar juga, untuknya, kalau Nao mau tahu. Bisakah dia meyakinkan sang sepupu untuk bekerja sama?

ㅤㅤ "Iya," si Nona meyakinkan bahwa lawan bicaranya tidak salah dengar. Buku menu yang awalnya digunakan untuk menyembunyikan setengah wajah diturunkan, pun ditutup karena sudah menentukan apa yang hendak dipesan. Tinggal 𝘢𝘱𝘱𝘳𝘰𝘷𝘢𝘭 dari Nakashima. "Kenapa? Karena ... apa yang setelah ini akan Nao-chan dengar dariku, butuh bantuan alkohol untuk mencernanya,"

ㅤㅤ Senyum tipis diulas; satu yang menyiratkan bahwa dia tengah menyimpan hal mengejutkan. Mungkin Sachie berlebihan dengan kata-katanya sendiri, mungkin juga yang barusan adalah pemilihan kata yang benar. Kecuali Nao sudah mendengarnya dari salah satu anggota keluarga Fujiwara yang ada di pesta, kabar satu ini harusnya sanggup buat si adam tersedak.

ㅤㅤ Pramusaji di sisi kiri mungkin sudah bisa menangkap bahwa mereka berdua bukan satu yang bebas meminum alkohol, pun bisa jadi tengah menebak-nebak alasannya. 𝙈𝙞𝙣𝙤𝙧? Benar. Punya kebiasaan buruk saat mabuk? Bisa jadi, Sachie belum pernah benar-benar menenggak alkohol sampai hilang akal.

ㅤㅤ Kali pertama ia mencecap salah satu jenis minuman tersebut karena tengah belajar 𝘵𝘢𝘣𝘭𝘦 𝘮𝘢𝘯𝘯𝘦𝘳, sang guru salah memasukkan isi ke dalam gelasnya; yang harusnya jus anggur jadi betulan red wine. Kesan pertama yang didapatkan, adalah bau yang pekat dan rasa membakar di kerongkongan yang kuat.

ㅤㅤ Selanjutnya, saat dia berada di pesta; salah mengira satu gelas champagne sebagai soda lemon. Kesan berikutnya adalah yang satu itu lebih gampang diterima lidah, dan Sachie sebagai penyuka minuman manis, jadi penasaran untuk mencoba yang lainnya. Sayang, kesempatan itu tak sering datang. Pernah juga kegiatan 'coba-coba' ini dia lakukan dengan seorang teman, dan berakhir dengan celetukan: 𝘬𝘢𝘶 𝘱𝘶𝘯𝘺𝘢 𝘵𝘰𝘭𝘦𝘳𝘢𝘯𝘴𝘪 𝘢𝘭𝘬𝘰𝘩𝘰𝘭 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘭𝘶𝘮𝘢𝘺𝘢𝘯, dari oknum yang bersangkutan.

ㅤㅤ Kesimpulannya, dia jadi semakin ingin mengeksplor dunia ini, walau sadar belum waktunya. Tapi mereka bilang, jangan /minum/ di luar tanpa pengawasan, juga usahakan agar orang yang menemani tersebut adalah satu yang bisa dipercaya. Nakashima Nao tentu memenuhi semua kriterianya, ditambah lagi alasan yang sudah Sachie kemukakan tadi; rasanya ini akan menjadi kesempatan yang tepat untuk melanjutkan eksperimen sang Nona. Dia menopang dagu dengan sebelah tangan, menatap sepupu kesayangannya dengan ekspresi yang sama.

ㅤㅤ "Aku rasa Nao-chan juga punya sesuatu yang harus diceritakan?"

ㅤㅤ Hanya menebak.

ㅤㅤㅤ↬. @tnk_marklee