Notes

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤRama Danendra
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤHF – 630 – 5AU

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ–


Menjadi seorang muggle-born terkadang cukup menyenangkan juga, kau tidak perlu repot-repot membawa semua atribut sihir kedalam rumah karena itu akan membuat ibu mu terkejut, tidak terkejut sih mungkin paling fatal ya serangan jantung ringan, Bercanda. Maksudku, menjadi seorang muggle born terkadang menyenangkan, kau tidak perlu repot-repot mempunyai satwa magis atau direpotkan karena peliharaan mu lepas dan butuh Disillusionment charm bukan? Paling sering ya hanya anjing atau kucingmu yang belum sampai rumah ketika matahari terbenam.
Jadi, aku sedikit terkejut ketika awal musim dingin tahun lalu kami, maksudku aku dan ibuku pergi ke daratan China tepatanya di barat laut provinsi Yunnan di Dêqên, ke rumah nenek kami.

1Untuk informasi saja, nenek kami merupakan penyihir berdarah campuran, mempunyai dua orang anak namun kedua anaknya tidak mempunyai bakat alamiah sihir dan justru itu turun kepadaku, garis bawahi kepadaku. Sebetulnya sudah hal lumrah untuk berkumpul di rumah nenek setelah hari Natal menjelang tahun baru china, namun menjadi luar biasa ketika aku baru tau jika nenek mempunyai rumah diatas gunung di Dêqên. Dirumah nenek aku tidak sendiri, ada Edward sepupuku yang berasal dari Bibi Hestia. Edward sepupuku merupakan Muggle, dia lebih tua dariku 3 tahun. Terkadang aku bertanya-tanya apa Edward tidak pernah curiga dengan nenek ya. Maksudku, nenekku itu cukup nyentrik bin ketinggalan jaman masalah fashion dunia muggle. Di bahunya masih ada syal kepala musang awetan serta topi rajut dengan hiasan kepala ular kobra marah diatasnya. Sungguh jauh dari kata modis dengan nenek-nenek diluar sana yang mengenakan syal dari brand ternama seperti Louis Vuitton.

Cukup tentang nenekku. Omong-omong mengenai muggle dan makhluk magis. Ada satu kejadian yang terus terngiang dikepalaku mengenai sepupuku Edward. Kejadian ini bermula ketika secara tiba-tiba salah satu pekerja di rumah nenekku yang dikenal dengan nama Mao Zedong atau yang lebih akrab kami sapa dengan paman Mao tiba-tiba mengalami kecelakaan kerja. Paman Mao dibawa kerumah sakit tepat setelah kami melihat hampir separuh tubuhnya melepuh seperti luka akibat tersengat listrik atau terbakar. Padahal yang kami tau, aku dan Edward. Paman Mao bertugas di ladang belakang rumah dimana ia hanya bertugas mengembalakan kambing dan sapi di hutan tanpa ada unsur listrik atau tiang listrik berada didekatnya. Edward pertamanya menaruh curiga entah pada apa, sedangkan aku tidak terlalu mau ambil pusing dengan kejadian itu atau menghubung-hubungkannya dengan hal mistis seperti yang Edward lakukan. Edward kira itu merupakan ulah hantu Sheyue. Sheyue merupakan hantu legenda perempuan yang akan menerkammu bulat-bulat atau membakarmu ketika kau berani kabur. Dan menurut Edward lagi, banyak tersebar desas-desus mengenai raungan Sheyue ketika malam tiba dan itu sangat menyeramkan ujar penduduk desa. Menurut Edward auman itu mirip seperti auman singa namun lebih tinggi dan memekakan telinga.

Ketika aku bertanya pada Edward malam harinya setelah dia bercerita, dia juga tidak pernah mendengarkan auman Shenyue yang sangat terkenal itu selama tinggal di rumah nenek. Padahal rumah nenek paling dekat dengan hutan dan jauh dari rumah penduduk. Jadi karena omongan ngawurnya itu aku menyuruhnya untuk tidur. Entah hal apa yang terjadi dan bagaimana, Edward tiba-tiba membangunkan ku tepat pukul satu dini hari ketika dia sudah berpakaian lengkap ala detective dengan teropong terkalung di lehernya. Ia sempat mengajakku untuk ikut namun rasa kantuk ini membuatku hanya dapat mengelengkan kepalaku dan kembali tidur sehingga aku melihat punggung Edward berlalu dari kamar dan menutup pintu pelan-pelan agar ia tidak mengangguku.

Setelah Edward meninggalkanku, kantukku tidak lantas datang. Aku malah sempat terjaga dan menyenderkan tubuhku ke tembok seraya memikirkan jika tindakan Edward itu mungkin ada benarnya, mungkin saja kita bisa menangkap hantu Shenyue itu dan mengusirnya agar tidak menganggu warga desa bukan. Berkutat dengan pikiranku juga Edward yang tidak kunjung kembali hingga pukul setengah dua pagi. Ketika aku hendak bersiap untuk kembali meraih kantukku. Seketika aku terbangun dengan ngeri, suara auman bak harimau kelaparan nyaris membuat gendang telingaku berdenging seiring dengan disusulnya suara teriakan melengking milik Edward. Seketika jantungku berpacu dengan cepat, tanpa pikir panjang aku segera meraih tongkat Ivy yang selalu kusembunyikan di sela-sela dipan dan kasurku. "Lumos!" Aku merapalkan mantra itu sehingga cahaya yang berpendar lumayan terang keluar dari ujung tongkatku. Dengan sandal rumah yang belum sempat aku tukar, aku mencari keberadaan Edward yang entah dimana. Kupanggil-panggil nama Edward dengan keras hingga ketika langkah membawaku ke halaman belakang aku dapat melihatnya tengah merangkak mundur menghindari kobaran api. Edward yang melihat kedatangan ku segera berteriak untuk menyelamatkan diriku. "Rama Pergi! Ada monster." Teriaknya panik seraya berguling kesamping. Ketika aku berlari mengampiri Edward, dapat kulihat sosok naga dengan warna merah tua serta duri-duri berwarna emas berada disekitar wajahnya. "Astaga, Mati! Chinese Fireball" pekikku lantas merapalkan mantra depulso yang membuat tubuh Edward terpental jauh. Edward memang terpental jauh, namun kini naga itu malah membelalak ke arahku. "Protego Totalum!" Ujarku seraya menangkis percikan bunga api dengan tongkatku. Edward yang terkejut melihatku berduel dengan si Naga nampak ketakutan. Bola matanya tidak dapat fokus dan tubuhnya bergetar hebat. "Astaga lari Edward!" Pekikku berusaha menyadarkannya ditengah duel sengitku dengan si Chinese Fireball yang terus-terusan menghembuskan napas apinya kearah tameng protego ku. Sumpah aku rasanya seperti di panggang hidup-hidup, belum lagi ketika aku mengucapkan mantra Reducto dan berusaha untuk menghancurkan naga itu. Ibuku dan bibi Hestia yang mendengar keributan tiba-tiba datang, namun sedetik kemudian ibuku langsung lemas dan terduduk ke tanah begitu melihatku sedang berhadapan dengan naga, belum lagi tubuh bibi hestia yang langsung pingsan karena terkejut. Untungnya nenekku cepat datang, beliau mengiringi seekor babi hutan besar yang membuat perhatian si Chinese Fireball seketika teralihkan dariku dan langsung menyongsong babi hutan yang malang itu kemudian dicabiknya.

Sumpah lemas tubuhku, aku hampir mati terpanggang hidup-hidup di jam 3.00 pagi. Langsung saja aku cerca nenekku dengan ribuan pertanyaan mengapa seekor naga bisa ada disini. Dan kau tau apa jawaban beliau? Beliau berbisnis pupuk Dragon Dung. Efek mantra yang ia rapal mengelilingi kandang ternyata sudah habis, oleh karena itu akhirnya menjadi jawaban kenapa Edward bisa sampai kesini dan melihat sosok naga besar itu. Demi Merlin dan hidupnya yang abadi, cucumu nyaris menjadi daging asap panggang jika ia tidak cepat-cepat merapalkan mantra pertahanan. Untung saja nenek menyimpan beberapa ramuan pelupa, jadi ketika pagi harinya Edward terbangun dengan riang aku merasa lega jika naga yang kemarin ia lihat hanya merupakan bunga tidurnya saja. Setidaknya begitu menurut memori otaknya.