Notes

1. Begitu namanya dipanggil, Maxwell melangkah ke panggung sambil memberikan senyuman ramah kepada kedua pembawa acara dan seluruh hadirin. “Selamat malam, semuanya,” ucapnya ketika menerima mikrofon.

“Bagaimana kabarnya malam ini? Masih semangat?”

2. “Sebelumnya, marilah kita masing-masing mengucap syukur karena masih diberi kesempatan sekali lagi untuk berkumpul bersama dengan orang-orang tercinta di acara yang unforgettable ini.” Kedua netranya sempat memandang seluruh hadirin yang hadir. “Kemudian, saya ucapkan banyak >

3. < terima kasih kepada seluruh hadirin yang dapat menghadiri undangan serta panitia yang telah lama bekerja keras sehingga acara ini bisa dilaksanakan sebaik mungkin.” Tatapannya kini berganti kepada kedua insan yang baru saja mengucapkan janji suci. “Kepada kedua mempelai, >

4. < saya ucapkan selamat. Semoga dapat membangun hubungan yang semakin baik antar satu sama lain, juga membangun keluarga yang rukun.” Saat pandangannya berhenti mengedar, bibirnya kembali terbuka, “Mengambil keputusan untuk saling mengikat bukanlah keputusan yang mudah. Kita >

5. < tahu pernikahan bukanlah hal yang mudah. Tetapi jika sudah yakin dan sama-sama saling menyayangi serta berkomitmen, saya rasa tidak ada yang perlu kalian takutkan lagi,” memberi jeda.

“Keikhlasan dan rasa ingin saling mengerti juga menjadi salah satu kunci.”

6. Maxwell melirik arloji yang melingkari tangan kirinya. “Sekian sambutan yang bisa saya berikan. Lebih dan kurangnya saya mohon maaf,” kedua netra beralih dari seluruh hadirin, ke Ariana dan Rex. “Saya berharap yang terbaik untuk kalian.”

7. “Terima kasih dan selamat malam, semuanya.” Tubuh dibungkukkan sebelum mengembalikan mikrofon kepada salah satu pembawa acara. Kemudian, turun dari panggung, kembali ke tempat duduknya.