Notes

SESI 5: MENULIS ADALAH MELUKIS

Ketika menulis sebuah kisah, itu yang saya lakukan: melukis. Karena itu saya gunakan bahasa kamera. Maksudnya begini:

Film adalah serenceng frames. Jalinan frames diputar dalam kecepatan tinggi. Ada yang 24 frames per detik, ada yang 28 frames per detik, ada yang 32 frames per detik, bahkan ada yang 40 fps (frames per second). Semakin tinggi kecepatan yang digunakan, semakin mulus gambar terhasilkan.

Apa yang tersaji di satu frame adalah gambar mati berupa foto. Dalam film kartun setiap frame adalah lukisan. Andai pelukis Sudjoyono atau Raden Saleh, yang mashur dengan lukisan foto, melukis setiap frame, kita akan nikmati film yang berbeda daripada film hidup mau pun film kartun.

Sekali lagi, setiap frame adalah lukisan.

Lukisan adalah gambaran sebuah moment dengan menggunakan garis, lekuk, atau guratan. Buat saya, tulisan adalah juga gambaran sebuah momen namun dengan menggunakan kata. Keduanya sama. Lukisan memanjakan indera penglihatan, tulisan memanjakan imajinasi.

Karena itu di beberapa bagian dalam tulisan, saya ambil waktu untuk melukis sebuah frame. Kadang yang saya lukis adalah tempat atau ruangan, Kadang pakaian si tokoh, kadang ekspresi wajah.

Karena itu bahasa kamera sering saya gunakan. Yang saya maksud adalah pergerakan kamera. Itu dapat Anda ikuti ketika saya lukiskan pergerakan Hasan dari mulai boarding lounge hingga duduk di kursi 8D.

Saya membayangkan kamera berada di depan Hasan, bergerak mundur--sementara Hasan bergerak maju. Saya juga membayangkan mata Hasan tertarik pada obyek di kiri kanan lorong dalam pesawat. Itu saya gambarkan dengan melukis pakaian dan ornamen ibu lanjut usia.

Ketika membayangkan pergerakan kamera meliput gerak Hasan inilah jemari saya menari-nari di atas keyboard menyusun scorecard. Tahap demi tahap saya tulis rinci. Gerak tubuh Hasan tak ketinggalan saya lukis. Demikian hingga keurakannya saat mengepit potongan boarding pass dengan bibir, yang diprotes Titik.

Kalau itu Anda lakukan, menulis adalah pekerjaan mudah, gak musti dilakukan seorang ahli. Yang penting adalah imajinasi Anda atas kerja sebuah kamera meliput adegan tersebut. Saat Hasan menoleh ke kanan, bayangkanlah kamera bergeser ke arah kanan untuk meliput apa yang tersaji di sebelah kanan.

Sekarang, berbekal petunjuk 5 sesi, kerjakanlah PR Anda. Lukis sebuah momen, apa saja. Saran saya, ambil momen sederhana, lalu lukis serinci mungkin.

Tantangannya adalah bahwa Anda dibatasi untuk hanya menulis sepanjang 300 kata. Anda harus pintar memilih apa yang diliput kamera. Berikut ini petunjuk saja:

1. bikin sinopsi kisah: 1 paragraf saja.
2. Lalu susun scorecard berdasarkan sinopsis tersebut. Bayangkan pergerakan kamera dan uraikan apa yang diliput kamera. Bikin serinci-rincinya.
3. Tuilis alinea pertama sebagai latar kisah. Cukup 50 kata
4. Tulis bagian ISI berdasarkan scorecard.
5. Lakukan paragraphing.
6. Lakukan penyuntingan untuk membuang beberapa bagian agar panjang kisah hanya 200 kata saja.
7. Pampangkan Alinea pertama dan ISI di grup ini.
8. Setelah itu saya bahas selama sehari penuh di hari Minggu.
9. Berikutnya, Dewan Mentor memilih "murid" masing-masing.
10. HANYA YANG MENGERJAKAN TUGAS yang mendapat mentor.
11. Hari Senin kita akan masuk ke bagian penutup dari serial pelatihan Fase 1 dengan belajar menulis ALINEA PENUTUP
12. Hari Selasa, saya akan pampangkan tema minggu ini berikut jadwal menulis yang disusun Dewan Admin
13. Selanjutnya, setiap hari Sabtu saya akan berikan petunjuk lanjutan.
14. Hari Minggu akan terbit tema pekan berikutnya.
15. Target yang akan kita capai di bulan pertama adalah menulis 300 kata. Bulan ke-2: menulis 500 kata. Bulan ke-3: menulis cerpen.
16. Pada awal Juni akan ada serial pembinaan tahap 2: Menulis Cerpen.