Notes

SESI 3.2: PARAGRAPHING (lanjutan 2)

Dari tulisan di dua sesi pertama, menjadi jelas kegunaan paragraphing:

1. Mengganti suasana
2. Menarik jeda
3. Menyendirikan bagian yang dianggap sangat penting.

Sekarang kita masuk ke bagian terakhir: mengatur ritme bacaan.

Kendati sudah memenuhi 3 aturan di atas, sebuah paragraf panjang kadang dirasa mengacaukan ritme. Misalnya, di atasnya sudah bertengger 5 paragraf berturut dengan panjang 4-5 baris saja, lalu di paragraf berikutnya terpampang paragraf 8 baris.

Kalau seluruh bagian dari paragraf 8 baris itu dirasa penting untuk bertaut, tidak boleh dipisahkan, agar konsentrasi pembaca bertahan di titik yang Anda inginkan, sila, biarkan saja 8 baris.

Namun, jika Anda yakin 8 baris tersebut masih bisa dipisah tanpa mengorbankan apa-apa, saran saya, bagi saja jadi 2 bagian. Ritme yang sudah hadir dari 5 paragraf berpanjang 4-5 baris sebelumnya layak untuk dipertahankan.

Pada bagian ISI yang saya ketengahkan, hal semacam itu terjumpa di paragraf 4:

“Boleh saya lihat boarding pass Anda,” suara perempuan dari 8E menyapa asing. Sambil mengenakan sabuk, Hasan menoleh ke kiri, memberikan potongan boarding pass yang terkepit di mulutnya. Perempuan itu terenyak, mengambil potongan kertas, membaca, dan lantas pucat pasi. Dia mendongak ke arah pramugari. “Mbak, saya boleh pindah kursi?” Pramugari tersenyum. “Penerbangan ini fully booked.”

Kajian saya berkata bahwa bagian mulai dari "Perempuan itu terenyak" bisa saya turunkan sehingga menghasilkan 2 paragraf berpanjang 3 baris. Jika itu saya lakukan, seluruh bagian isi hanya berisikan paragraf berpanjang 2-4 baris. Itu bagus buat penulis pemula. Saya bisa mempertahankan kenyamanan pembaca baru. Penyuntingan terakhir menghasilkan seperti ini:

Hasan tiba di D4 dengan napas tersengal. Ruangan itu kosong. Dua petugas menunggu di pintu ke luar. “Ke Bali?” Hasan mengangguk. Petugas menyobek boarding pass, memberikan lembar kecil ke tangan Hasan.

Di dalam pesawat Hasan bergeser ke lorong kanan, menyusurinya sambil memperhatikan penumpang di kiri dan kanan. Seorang ibu menjelang tua merenggut perhatian. Di lengannya tersembul manset berwarna biru, pas dengan kacamata rayban bertangkai biru di wajah.

Hasan tiba di baris ke delapan, menengok ke kompartemen tertutup, membukanya, dan memasukkan koper berukuran 60 X 40. Tanpa ragu dia lempar tubuhnya ke bangku 8D, langsung mengenakan sabuk pengaman.

| “Boleh saya lihat boarding pass Anda,” suara perempuan dari 8E menyapa asing. Sambil mengenakan sabuk, Hasan menoleh ke kiri, memberikan potongan boarding pass yang terkepit di mulutnya. |

| Perempuan itu terenyak, mengambil potongan kertas, membaca, dan lantas pucat pasi. Dia mendongak ke arah pramugari. “Mbak, saya boleh pindah kursi?” Pramugari tersenyum. “Penerbangan ini fully booked.” |

Terdengar desah mirip keluhan. Hasan terusik, menoleh, memandangi wajah perempuan itu dengan bebas, cenderung melahapnya.

Tiba-tiba jantungnya berdetak. “Nicole?”

Perempuan itu membuang wajah ke kanan. “Kita segera berpisah setiba di Ngurah Rai. Kamu tidak boleh membuntutiku atau mengajakku bertemu."

Hasan merenggut lengan gadis itu. “Setidaknya aku punya 90 menit untuk membuatmu mengajakku bercinta.”

Uraian mengenai pragraphing sudah selesai? Belum. Saya mau menambahkan satu sesi lagi besok pagi: merangkai paragraf.

Jangan lupa mulai mengerjakan tugas Anda. Hari Mingu Anda harus mengumpulkannya. Berdasarkan karya Anda, masing-masing anggota Dewan Mentor akan memilih Anda ke dalam bimbingannya.