Notes

1. Cih, mereka terlalu bergantung kepadaku. Tanpaku, mereka pasti tidak dapat apapun. Bahkan, sekadar mencatat materi yang diajarkan pun mereka tidak akan mampu. Ya, bagaimana pun penyihir memang memiliki sisi lemah.

Sehebat apapun tongkat mereka, aku mempunyai hal yang lebih hebat. Tanpaku, mereka akan kesulitan dalam menjalankan masa-masa paling penting di sini.

Orang-orang sering melihatku memandangi langit yang dipenuhi dengan bintang. Padahal yang aku sukai adalah sesuatu yang beraroma kuat.

2. Kalian tahu? Salah satu jurusan kesukaanku adalah Auror. Meski tidak sukses di sana, setidaknya aku pernah mengabdi. Dikatakan, bahwa seseorang memiliki kesamaan denganku. Hah, tapi, aku tentu menukasnya.

Beberapa waktu, aku masuk ke sebuah perkumpulan ternama. Sayangnya, tidak berlangsung terlalu lama karena nyawaku telah menjadi taruhan.

Bahkan, beberapa bagian tubuhku telah direnggut kala bertempur.

3. Rasa penasaran membuncah sejak pertama kali aku melihatnya. Padahal tidak ada yang spesial dari dia. Rupanya aneh, belum lagi kacamata yang dikenakan bening hampir seluruhnya. Ia juga tergolong tidak terkenal dan biasa saja di antara yang lain. Namun, dia itu membuat jantungku berdebar.

4. Raja berpulang tepat pukul 22:11 setelah koma selama 6 hari. Wajahnya terlihat pucat, meski begitu ia tetap bersinar di bawah pantulan cahaya bulan. Terlihat sempurna. Rakyat Hansesam menangis, sementara anak cucunya memperdebatkan siapa yang hendak menduduki takhta. Salah satu dari mereka, yang paling serakah, mengklaim bahwa dirinyalah yang berhak. Padahal, semua orang menduga dia yang meracuni Sang Raja hingga meninggal. Malang betul nasib para pemimpin di negara kecil yang terkenal dengan keindahan bunga mataharinya itu.