Notes

Background Story — Galuh Ayunindya Ningrum.

“Si Kartini.”

Hidupnya tak pernah mudah. Asli. Bahkan orang tuanya pun tak pernah berniat merawatnya sepenuh hati sejak dulu. Hingga akhirnya mereka berpisah dan Ia harus bekerja keras untuk hidup di usianya yang baru berusia 17tahun kala itu.

Namun, Ia lebih bersyukur. Sebab tak ada lagi luka yang ditorekan kedua orang tuanya. Membuat diri bekerja dan berjuang lebih ekstra untuk hidup.

Ia pernah miskin.
Ia selalu puasa bahkan bukan di bulan ramadhan.
Ia pernah seperti orang yang akan gila.

Dulu.

Dulu, sewaktu hidupnya sangat kelam bahkan tak nampak adanya cahaya disana.

Sebelum, sosok itu hadir. Mengulurkan tangan bak malaikat yang ditakdirkan jatuh untuk menolongnya.

Itu adalah sosok cinta pertamanya. Membuatnya termotivasi untuk hidup ‘layak’.

Akan tetapi, lagi-lagi hidupnya tak pernah berjalan betul. Cinta pertamanya itu telah dipanggil yang kuasa. Meninggalkannya dalam kondisi lebih buruk lagi.

Pasti kalian bertanya-tanya. Kenapa sekarang Ia nampak baik? Sebab Ia kini sudah berubah menjadi wanita dewasa yang mampu untuk berlapang dada akan segala badai yang tiba. Waktu, hanya waktu yang bisa membuatnya seperti ini. Luka itu masih ada dan sering menghantamnya. Namun, juga luka itu yang membuatnya menjadi lebih kuat.