NotesWhat is notes.io?

Notes brand slogan

Notes - notes.io

Semua karena Anugerah
Hallo, namaku Yonathan Syzao. Aku anak kedua, satu-satunya anak laki-laki dari tiga bersaudara. Dilahirkan di kota Jambi, 29 Desember 1996. Aku sangat bersyukur berada di tengah-tengah keluarga yang akrab, kompak dan menyenangkan, meskipun tentu saja adakalanya Tuhan juga mengizinkan masalah terjadi dalam keluarga kami. Walaupun demikian, kami senantiasa menyaksikan bahwa kasih Tuhan selalu hadir dan pertolongan-Nya selalu tepat pada waktunya.
Aku tidak terlalu ingat bagaimana keadaanku waktu usia balita, aku mengetahuinya lewat cerita yang disampaikan orangtuaku. Mereka mengatakan kalau aku baru belajar berjalan dengan selalu dipegang saat berusia kira-kira 4 tahun. Aku belum bisa berjalan bukan karena kakiku yang tidak kuat, atau bukan pula karena kegemukan, tetapi karena aku bermasalah dengan keseimbangan dan motorikku terganggu. Ketika berusia 6 tahun, saat aku duduk di sekolah TK Kristen Kalam Kudus Batam, tidak jarang di saat mama menjemputku pulang sekolah, guruku melaporkan kalau aku jatuh di sekolah. Hal itu memang sering terjadi, sampai kakiku pada memar-memar.
Menginjak usia 7 tahun, aku baru bisa berbicara, itupun masih dengan pelafalan kata yang tidak jelas. Karena kesulitan dalam mengucapkan kata-kata, aku sangat sulit untuk mengucapkan huruf K, T, C, J, S apalagi R, sehingga membuat kata-kata yang kuucapkan tidak dimengerti oleh orang lain. Hanya anggota keluarga saja yang mengerti apa yang kuucapkan, namun kadang-kadang mereka-pun bingung dengan apa yang saya maksudkan. Tetapi keluargaku dengan sabar mendampingi dan memperlakukanku seperti anak-anak lain pada umumnya. Teringat olehku bahwa waktu itu aku sulit sekali untuk meniup, mama merobek kertas tisu kecil-kecil dan mengajakku untuk meniup kertas itu dengan susah payah, sampai kertas kecil-kecil dan ringan itu berterbangan, dan membuat hati kami senang sekali. Tidak terbayang, ternyata saat ini aku bisa meniup balon, hal yang mungkin bagi orang lain sangat mudah untuk dilakukan.
Mengingat bagaimana keadaanku waktu itu, dikarenakan ucapanku yang tidak jelas, dan membuat apa yang aku ingin bicarakan tidak dapat dimengerti oleh orang lain, sehingga seringkali emosiku meledak dan akhirnya mengamuk, apalagi kalau apa yang kuinginkan tidak dipenuhi oleh orangtuaku. Mamaku bercerita apa yang dilakukan olehku ketika emosiku meledak, biasanya aku akan menangis teriak-teriak, akan menjambak rambut orang-orang yang berada di dekatku, misalnya adikku, ciciku, atau tanteku, dan tidak jarang aku menggigit pergelangan tangan mamaku.
Orangtuaku punya cara ampuh mengatasi emosiku, mereka tidak membentak, menakut-nakuti, memukul atau mencubitku, hal itupun disampaikan dan diharapkan oleh orangtuaku terhadap orang-orang yang berada di sekitar kami. Karena mereka beranggapan bahwa tindakan kekerasan fisik terhadap anak sangatlah tidak mendidik, apalagi jika kekerasan itu diperlakukan terhadap aku yang sedang mengamuk, hal itu tidak akan ada pengaruhnya bagiku, karena toh aku takkan mengerti. Yang dilakukan mamaku, kalau aku sedang mengamuk adalah, mama akan memegang tanganku, supaya tanganku tidak bisa menyentuh rambut, kemudian mama akan menjauhi tangannya dari mulutku, sehingga aku tidak bisa menggigit pergelangan tangan mama, maka yang terjadi adalah kami berdua seperti orang yang sedang bergulat, terkadang mama sengaja membiarkan tangannya digigit olehku, tetapi mama saya merasakan gigitanku tidak terlalu kuat, yang sebenarnya aku bisa menggigit lebih keras lagi, tapi sepertinya saat itu aku sudah mengerti kalau aku tidak boleh terlalu menyakiti mama. Biasanya setelah kami bergulat, dan setelah tenagaku seakan habis, aku berhenti, di saat itulah sambil memelukku, mama mengusap-ngusap kepalaku, dan berkata bahwa mama sayang aku, lalu dengan lembut, mama memandang mataku, memberikan nasehat dan pengertian kepadaku, kemudian menjelaskan alasan mereka tidak menuruti kemauanku saat itu. Yang terjadi kemudian adalah tangisanku berubah dari teriakan emosi menjadi tangisan penyesalan, apalagi di saat saya melihat tangan mama ada bekas gigitanku.
Hal itu terus berlanjut dan berproses, di saat aku ngambek dan marah, dengan tersenyum mama akan memelukku, begitupun dengan papa. Seiring waktu berlalu dan usiaku bertambah besar, aku terus belajar, dan berlatih bagaimana aku harus mengendalikan emosiku. Aku mengerti bahwa emosi yang tidak terkendali dengan baik, akan sangat berbahaya, bukan hanya berbahaya bagi orang lain, tapi berbahaya juga bagi diri sendiri.
Aku bersyukur sempat mengenyam pendidikan di sekolah anak berkebutuhan khusus di SD Sint Yoseph Jakarta, saat itu aku sulit sekali memegang pensil, caraku memegang pensil berbeda dengan anak-anak yang lain. Aku memegang pensil seperti memegang tombak. Guru-guru di sana dengan sabar membimbing dan melatihku untuk menulis dengan benar, mereka tidak memarahiku walaupun tulisanku besar-besar dan seperti cakar ayam. Sampai akhirnya tulisanku lumayan baik, meskipun masih kurang indah. Aku belajar di sekolah tersebut selama satu tahun 6 bulan, karena di kelas 2 SD semester 2, aku harus pindah sekolah, seiring berpindahnya tugas pelayanan papaku ke GKI Rahmani Cirebon. Di Cirebon, aku diterima untuk mengikuti pendidikan di SD Kristen BPK Penabur Cirebon.
Sebagai seorang pribadi yang berbeda dengan orang kebanyakan, karna terlahir dengan berbagai kekurangan, yaitu keterbatasan penglihatan, pendengaran, dan berbicara, sangat sulit bagiku untuk berkomunikasi dengan orang-orang di sekitarku, namun aku senang berteman dengan siapapun juga. Berteman di masa SMP itu agak susah, disebabkan beberapa dari temanku hanya melihat apa yang tampak, mereka menganggap bahwa pelafalan kata yang kurang jelas adalah semacam penghalang bagi mereka dan diriku. Tapi aku tidak patah semangat, saat itu aku senang dengan pelajaran matematika, sehingga nilai matematikaku sangat bagus. Dengan begitu aku dapat memberikan perhatian ke teman-temanku yang kesulitan dalam pelajaran matematika. Kala mereka meminta bantuanku, aku dengan senang hati membantu menjelaskan pelajaran tersebut, sehingga teman-temanku mengerti.
Tidak mudah bagiku menjalani masa SMP, namun ketika itu aku berpikir bahwa inilah saatnya aku belajar untuk melayani dengan menjadi pemimpin kelas. Ternyata aku belum diberi kesempatan, karena lebih banyak dari kelasku memilih temanku yang lain. Saat aku mendaftarkan diri untuk menjadi calon ketua OSIS, aku hanya sedikit berharap, sebab kecil kemungkinanku untuk terpilih. Singkat cerita, aku menjadi pengurus OSIS, yang selalu menawarkan bantuan kepada guru atau teman yang membutuhkan bantuan. Sehingga, ketika ada tamu dari luar kota datang, guruku memperkenalkanku dengan predikat orang yang paling bersemangat dalam menjalankan tugasnya. Itulah yang memotivasiku untuk selalu memberikan yang terbaik.
Kekurangan dari sisi fisik tidak membatasiku untuk memilih cita-cita, aku memiliki hobi membaca. Komik, novel, koran, majalah, artikel, dan apapun bentuknya, aku senang membacanya. Aku membeli bacaan-bacaan tersebut dari hasil uang saku yang kukumpulkan. Berkaitan dengan hal itu, aku ingin menulis novel, karena aku bercita-cita untuk menjadi seorang penulis. Namun, penulis adalah pekerjaan yang bisa dikerjakan sambil mengerjakan hal lain. Di pikiranku, sudah terbayang tentang pemilihan jurusan.
Orang tuaku, baik papa dan mama, mereka selalu mendukungku, dan terkadang menasihati, jika aku berbuat salah. Aku mempunyai satu cita-cita yang baru didapat tahun ini, bahwa aku ingin melayani Tuhan di waktu suka maupun duka, senang maupun susah, dan posisi di atas maupun di bawah. Sebab Tuhan mengizinkanku berada dalam keluarga seorang pendeta, Tuhan mengizinkanku mengalami suka duka bersama keluarga, dan Tuhan mengizinkan segalanya terjadi dalam keluargaku. Seolah apa yang kualami itu memang seharusnya itulah yang terjadi, Tuhan tidak pernah mengizinkan perkara yang datang itu lebih sulit daripada yang bisa kita hadapi. Di dalam hati kecilku berkata, bahwa kesulitan yang kualami, bukanlah tanpa sebab, melainkan salah satu rencana Tuhan, untuk dapat menjalani kehidupan yang dikaruniakan-Nya dengan lebih baik lagi.
Kekurangan yang kualami tidak menghalangiku untuk terlibat di dalam pelayanan, aku ikut melibatkan diri untuk melayani Tuhan sesuai dengan kemampuan yang bisa kulakukan. Orang tuaku tidak banyak memberikan perintah atau nasehat yang berlebihan kepada anak-anaknya, kami banyak belajar dan mencontoh dari sikap kehidupan dan pelayanan yang mereka lakukan hari lepas hari. Kami bersyukur Tuhan menempatkan kami di sebuah gereja yang sederhana di kota Cirebon. Kami sekeluarga, semuanya terlibat dalam pelayanan sesuai dengan kemampuan yang bisa kami lakukan. Setiap awal bulan kami mendapat jadwal tugasnya masing-masing, sesuai dengan apa yang sudah menjadi komitmen bagi setiap anggota keluarga kami.
Orangtua kami berprinsip dimanapun Tuhan menempatkan, yang terpenting bagi kami adalah menjaga hubungan keluarga yang dekat dan akrab, dengan demikian apapun masalah yang terjadi, dengan pertolongan Tuhan, tentu kami akan kuat menghadapinya. Kiranya kesempatanku memberikan kesaksian ini, dapat menjadi inspirasi bagi saudara sekalian. Sekecil apapun kemampuan yang kita miliki, biarlah kita lakukan yang terbaik dari yang kita mampu, untuk melayani Tuhan di manapun berada. Percayalah bahwa Tuhan selalu menghargai usaha kita. Aku yakin bahwa Tuhan tidak menutup mata akan usaha dan kerja keras yang kita lakukan, justru Tuhan akan menolong kita untuk memperluas wawasan dan kemampuan kita, sehingga kita terus dipakaiNya untuk menjadi berkat bagi orang banyak. Jika orang yang tidak punya tangan dan kaki seperti Nick Vujicic saja bisa melakukan banyak hal yang tidak terduga, apalagi kita yang terlahir dengan tubuh yang sempurna. Berkat Tuhan menyertai saudara sekalian.
AMIN
     
 
what is notes.io
 

Notes.io is a web-based application for taking notes. You can take your notes and share with others people. If you like taking long notes, notes.io is designed for you. To date, over 8,000,000,000 notes created and continuing...

With notes.io;

  • * You can take a note from anywhere and any device with internet connection.
  • * You can share the notes in social platforms (YouTube, Facebook, Twitter, instagram etc.).
  • * You can quickly share your contents without website, blog and e-mail.
  • * You don't need to create any Account to share a note. As you wish you can use quick, easy and best shortened notes with sms, websites, e-mail, or messaging services (WhatsApp, iMessage, Telegram, Signal).
  • * Notes.io has fabulous infrastructure design for a short link and allows you to share the note as an easy and understandable link.

Fast: Notes.io is built for speed and performance. You can take a notes quickly and browse your archive.

Easy: Notes.io doesn’t require installation. Just write and share note!

Short: Notes.io’s url just 8 character. You’ll get shorten link of your note when you want to share. (Ex: notes.io/q )

Free: Notes.io works for 12 years and has been free since the day it was started.


You immediately create your first note and start sharing with the ones you wish. If you want to contact us, you can use the following communication channels;


Email: [email protected]

Twitter: http://twitter.com/notesio

Instagram: http://instagram.com/notes.io

Facebook: http://facebook.com/notesio



Regards;
Notes.io Team

     
 
Shortened Note Link
 
 
Looding Image
 
     
 
Long File
 
 

For written notes was greater than 18KB Unable to shorten.

To be smaller than 18KB, please organize your notes, or sign in.