NotesWhat is notes.io?

Notes brand slogan

Notes - notes.io

Sudah sejak beberapa jam yang lalu, gadis itu tak bisa mengatasi masalah yang dihadapinya saat ini. Tangannya bergetar, dingin, dan juga kaku. Entah sudah berapa lama ia tak melakukan latihan fisik. Hal tersebut tentu membuat seorang gadis dengan nama Nana gugup. Apalagi, setelah mendengar pengalaman kakak-kakaknya, rute yang harus ia lewati sangat panjang. Cukup tidak percaya diri lantaran ia melalui tes tersebut saat ini.
Bersama para shinnyusei lainnya, mereka telah berkumpul di titik kumpul yang sudah ditentukan. Setelan olahraga mendominasi pakaian mereka saat ini. Bahkan, sepatu olahraga keluaran terbaru tertangkap oleh atensinya. Sang puan mengatur nafasnya dalam diam. Akan lebih baik jika ia tidak boleh terlihat gugup. Tepatnya, ia harus bersemangat. Mau bagaimanapun, jika ia menunjukkan kegugupannya saat ini, alhasil ia tidak dapat menyelesaikan tes hingga akhir.
“Selamat malam semuanya!” Terdengar suara sapaan dari seorang wanita yang menghampiri mereka. Rupanya, wanita tersebut adalah Nakano Sensei, seorang pengajar yang akan menjadi pemandu dalam tes fisik. “Selamat malam juga, Sensei. Sudah siap!” jawab Nana dengan percaya diri.
Usai sapa menyapa, kali ini Nakano Sensei menjelaskan ketentuan dan rute yang harus dilewati oleh shinnyusei. Sebuah perkamen, berisikan ketentuan dan rute, melayang satu per satu ke arah mereka. Dengan sigap, Nana mengambil perkamen tersebut. Ia membuka dan membaca ketentuan yang ada dalam selembaran perkamen itu.
“Tujuh rute selama dua jam? Semoga saja waktunya cukup.” Usai membaca, Nana membuka lembaran lain yang ada dibalik perkamen ketentuan. Sebuah peta yang harus ia lewati terpampang dengan jelas pada lembaran perkamen kedua. (send pic peta)
Waktu untuk berlari pun dimulai. Kendati teman lainnya langsung berlari kencang, Nana hanya berlari dengan pelan. Ia tak mau jika tenaganya terkuras habis di tengah perjalanan nanti. Akan lebih baik jika ia berlari dengan kecepatan yang stabil walaupun tertinggal oleh yang lainnya.
Gerbang utama Mahoutokoro, disitulah menjadi titik awal ia memulai tes fisik. Dengan penuh percaya diri, Nana memasuki gerbang tersebut. Cahaya lampu yang menerangi jalan membuatnya terpukau melihat pemandangan Mahoutokoro di malam hari. Udara dingin yang menerpa wajahnya pun tak terasa lantaran gadis itu terfokus dengan indahnya malam hari di Mahoutokoro.
Langkah kaki sang puan masih sama, tidak terlalu cepat dan stabil. Tak dapat dipungkiri bahwa saat ini ia dapat melihat toko-toko dan juga club yang sudah ia kunjungi saat tour beberapa hari yang lalu. Ada baiknya juga diadakannya tes fisik ini. Mungkin, setelah ini ia dapat menghapal seluk beluk Mahoutokoro tanpa harus tersesat.
“Onsen... Dounshin... wah! Kalau tidak salah itu kuil tempat untuk melaksanakan Prayer Day!” Takjub karena ingatannya masih kuat, Nana menarik sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman.
Sebuah lembah menjadi titik kedua yang akan ia lewati. Pandangannya menggelap bersamaan dengan cahaya lampu yang sebelumnya menyinari sepanjang jalan Mahoutokoro. Ia menyipitkan mata, mencoba memfokuskan pandangannya agar dapat melihat dengan jelas jalan yang akan dilewatinya.
“Aduh, gelap banget! Yang lain juga kemana ya? Apa lariku terlalu lamban?” tanyanya entah pada siapa. Namun, detik kemudian, ia dikejutkan dengan sebuah sinar yang menghampirinya. Sama seperti pada saat tour dilaksanakan, hantu lenteralah yang akan menemani dan menerangkannya selama perjalanan berlangsung.
“Syukurlah, ada kamu Bolobolo!” Alisnya bertaut, sepertinya ada salah kata yang ia ucapkan. “Bentar-bentar, kayaknya namamu bukan Bolobolo deh.” Nana kembali melanjutkan larinya diikuti hantu lentera tersebut. Sembari berlari, ia memikirkan nama dari hantu lentera yang kini berada di sampingnya.
“Kau tahu? Kau mungkin akan menjadi seram jika kau bisa berbicara dengan fasih,” ujarnya pada hantu lentera yang membantunya untuk menerangi jalan. Di tengah ia berlari, sang puan berhenti sejenak. Pandangannya seolah terhipnotis dengan pemandangan lembah di depannya. Pohon-pohon rindang yang menjadi pelengkap, serta langit yang dihiasi oleh bintang-bintang cantik membuatnya terpana. Bahkan, ia sangat iri dengan kecantikan langit tersebut.
“Cantik banget! Ah, aku iri!” gerutu Nana sembari menangkup kedua pipinya. Hening sekejap, hanya suara angin yang masuk pada indera pendengarannya. Namun, semakin menajamkan pendengarannya, ia seperti mendengar suara...
“Air? Apa itu sungai yang ada pada peta?” pikir gadis itu. Tanpa ingin berlama-lama menikmati pemandangan langit di lembah, ia kembali berlari mendekati bunyi gemercik air. Semakin ia berlari kencang, suara itu semakin terdengar. Dan penglihatannya pun terkunci kala melihat sungai dengan air yang cukup deras.
“Ketemu juga!” Terdapat jembatan untuk melewati sungai tersebut. Nana menyebrangi jembatan dengan hati-hati. Berharap ia tak tergelincir oleh lumut yang menempel pada jembatan. Setelah melewatinya, ia kembali berlari bersama hantu lentera kertas yang akrab disebut Burabura. Tunggu—
“Ah, iya! Burabura! Itu namamu, bukan Bolobolo.” Nana terkekeh pelan merutuki kebodohannya. Pohon pinus mengitari jalannya saat ini. Jalanan menanjak yang sepertinya menuju pegunungan. Karena menanjak, hal itu membuat kedua tungkai sang puan mudah lelah. Sesekali ia berhenti berlari dengan terengah-engah. Ia memegangi kedua lututnya dan melakukan stretching agar tubuhnya tidak kaku.
“Ayo Nana, semangat!” serunya dengan kepalan tangan yang melambai di udara. Nana berlari melewati hutan pinus yang gelap. Bahkan, suara burung hantu terdengar memekik di telinganya, saking heningnya. Beberapa kelelawar pun melewatinya, seolah tak ada rasa ketertarikan dengan manusia.
Sampai dipuncak pegunungan, Nana mengatur nafasnya yang memburu. Peluh mengalir dan menetes dari dagunya. Ia mengambil handuk kecil dan mengelap wajahnya yang penuh dengan keringat. “Kayaknya wajahku sudah seperti pabrik minyak saat ini. Hahh...” Angin berhembus kencang menerpa tubuh dan wajahnya. Mungkin, jika ia memiliki tubuh yang sangat kurus, ia akan terbang bersama dedaunan yang berguguran.
“Kebun apel?” ucapnya begitu menyadari bahwa ia telah sampai di kebun apel, rute ke lima yang ia lewati. Nana kembali berlari karena tak ingin melebihi batas waktu yang ditentukan. Ia melewati banyaknya pohon apel yang berada di sisi kanan dan kiri jalan yang kini ia lewati. Sedikit tergiur untuk memetik buah apel yang ada di kebun itu. Namun, ia tidak ingin mengambil resiko telat pada rute akhir karena sibuk memakan apel.
Tak terasa, kini ia sudah melewati kebun apel. Seketika, pemandangan buah apel digantikan oleh cantiknya pohon sakura. Nana yang sangat menyukai pohon sakura, wajahnya pun berseri. Ditambah Burabura yang menyinari hutan sakura membuat hutan tersebut memanjakan mata. Matanya berbinar melihat banyaknya pohon sakura yang mengitari jalan. “Woah!” teriaknya dengan senang.
Ia berlari dengan cepat sembari menikmati angin malam dan pemandangan indah dari kebun tersebut. “Apa aku boleh tinggal disini saja?” tanyanya sembari terkekeh pelan. Ia menatap Burabura dengan wajah yang sumringah. “Aku hanya bercanda!”
Entah sudah berapa menit ia di hutan sakura, kini sang puan telah keluar dari hutan tersebut. Gadis itu bersyukur karena memiliki mata yang normal, sehingga ia dapat melihat sebuah kuil, tempat selanjutnya, dari kejauhan. “Okay! Saatnya kita ke kuil!” Ia berlari dengan sisa-sisa tenaga yang dipunyanya. Rasanya, Nana ingin sekali mengelap wajahnya menggunakan handuk. Namun, ia rasa lebih baik nanti saja, lantaran waktunya sangat mepet.
“Hahh... hahh...” Nana terengah-engah begitu sampai di Kuil, sebuah tempat yang didominasi oleh kayu namun terlihat cantik. Banyak pepohonan yang mengelilingi kuil itu membuat tempat tersebut terlihat asri dan menciptakan aura segar. Nana kembali melakukan stretching dan meluruskan kakinya sebentar.
Tatapannya berubah, terlihat menggebu-gebu lantaran sebentar lagi ia berada di titik akhir, Kebun Shizen. “Ayo, Na. Sebentar lagi dan setelah itu kau bisa menikmati kasur empukmu!” serunya dengan semangat.
Gadis itu kembali melangkahkan kedua tungkainya berlari menuju tempat selanjutnya. Ia meninggalkan kuil dengan semangat yang menggebu. Sebuah kebun mulai terlihat oleh atensinya. Senyumannya terukir kala melihat tempat tujuan terakhir, Kebun Shizen. Dengar-dengar, jika sudah menjadi gakusei, jika ingin bercocok tanam, kebun inilah tempatnya. Banyak berbagai macam tanaman yang tertangkap oleh penglihatannya.
“Akhirnyaaaa!” teriaknya penuh kelegaan. Hingga suara Burabura mengintrupsinya bahwa hantu lentera kertas itu akan mengantarnya menuju gerbang utama Mahoutokoro. Nana yang mendengarkan perkataan Burabura, membelalak dan menganga. Ia kaget karena Burabura yang selama perjalanan tadi tidak membuka mulut, sekarang berbicara dengan fasih. “K-kukira kau tidak bisa berbicara!”
Pada akhirnya, masih dengan otak yang kosong, Nana mengikuti langkah dari Burabura menuju titik awal. Ia dapat melihat Nakano Sensei yang menyambutnya dan memberikan sebuah kudapan beserta minuman untuk mereka. Nana segera mengambil kudapan dan minuman, kemudian membungkuk ke arah Nakano Sensei. “Terima kasih, Sensei!”
Karena sudah selesai tes fisiknya, Nana meninggalkan tempat menuju Shinnyusei House. Rasanya ia ingin menikmati kasurnya begitu sampai penginapan itu.
     
 
what is notes.io
 

Notes.io is a web-based application for taking notes. You can take your notes and share with others people. If you like taking long notes, notes.io is designed for you. To date, over 8,000,000,000 notes created and continuing...

With notes.io;

  • * You can take a note from anywhere and any device with internet connection.
  • * You can share the notes in social platforms (YouTube, Facebook, Twitter, instagram etc.).
  • * You can quickly share your contents without website, blog and e-mail.
  • * You don't need to create any Account to share a note. As you wish you can use quick, easy and best shortened notes with sms, websites, e-mail, or messaging services (WhatsApp, iMessage, Telegram, Signal).
  • * Notes.io has fabulous infrastructure design for a short link and allows you to share the note as an easy and understandable link.

Fast: Notes.io is built for speed and performance. You can take a notes quickly and browse your archive.

Easy: Notes.io doesn’t require installation. Just write and share note!

Short: Notes.io’s url just 8 character. You’ll get shorten link of your note when you want to share. (Ex: notes.io/q )

Free: Notes.io works for 12 years and has been free since the day it was started.


You immediately create your first note and start sharing with the ones you wish. If you want to contact us, you can use the following communication channels;


Email: [email protected]

Twitter: http://twitter.com/notesio

Instagram: http://instagram.com/notes.io

Facebook: http://facebook.com/notesio



Regards;
Notes.io Team

     
 
Shortened Note Link
 
 
Looding Image
 
     
 
Long File
 
 

For written notes was greater than 18KB Unable to shorten.

To be smaller than 18KB, please organize your notes, or sign in.