Notes

Three
#Lust
Genre : cari sendiri

Prolog
***
Bagaimana jika kamu berpikir bahwa hidupmu sudah cukup buruk, namun ternyata belum seburuk itu sampai-sampai rasanya kamu ingin mati saja begitu hal itu terjadi?

Setidaknya begitu yang dialami dan dirasakan Robert. Dibuang ketika masih tiga tahun, kemudian masuk panti. Pada umur tiga belas barulah diadopsi dan mendapat pendidikan layak. Ketika umur dua satu telah lulus dengan predikat cumlaude, sayangnya ketika berumur dua puluh tiga, ia mendapat kecelakaan; tertabrak kereta. Satu hal yang aneh, meski kehilangan separuh ingatannya, ia TIDAK MATI, dan ia masih dalam kondisi sehat tanpa lukaーbukannya kritis, meski terbaring lemas di ranjang Rumah Sakit Kenshington.

Sayup-sayup suara kedua orang yang ia kenali belakangan sebagai orangtua angkatnya, kini terdengar, mereka tampak tengah berdiskusi dengan dokter dan perawat yang mengurusi Rob. Sedikit-sedikit dengan ujung matanya, ia dapat menangkap kekhawatiran mereka yang pura-pura disembunyikan dengan senyum palsu yang entah mengapa membuatnya muak.

Sepasang netranya yang kini berganti warna menjadi merah delima, tampak menatap langit-langit berwarna putih. Ia dapat melihat sebuah simbol aneh di sana. Sudah berminggu-minggu sejak ia dirawat di sini, ia melihat simbol itu. Simbol yang hanya ada di kamarnya dan berada di sekitarnya. Sebuah simbol mirip ular, namun digabung dengan kunci G.

Ia mencoba mencarinya di G**gle dengan bantuan perawat, namun tak ada yang bisa ia dapatkan di sana. Pikirnya, website itu adalah yang terlengkap, nyatanya tidak. Ia mendesah pelan, kecewa, sejak ia membuka mata dua hari setelah mendapat kecelakaan, ia bisa melihat simbol itu, diikuti makhluk-makhluk aneh lain yang menuntutnya agar dibimbing.

'Dibimbing? Gila kali ya, aku saja butuh bimbingan.' Pikirnya, jadi ia hanya mengabaikam mereka. Namun terkadang beberapa dari mereka begitu agresif hingga masuk ke kamar rawatnya dan mengganggunya. Anehnya, setiap simbol mirip ular itu muncul, tak ada satupun dari mereka yang berani mendekatinya, bahkan suara-suara makhluk itu tak lagi ia dengar. Meski ia penasaran, dan terganggu, memikirkan betapa bergunanya simbol tersebut, entah bagaimana ia tetap saja merasa aman jadi ia membiarkan simbol tersebut berada di sana.

Rob menatap ke samping kali ini setelah beberapa saat tenggelam dalam pikirannya, dan mendapati sekelilingnya menjadi gelap gulita. Ia mengerutkan kening, 'Apa ini ulah mereka lagi?' Pikirnya panik. Aneh, tubuhnya tidak berada di ranjang rumah sakit, dan ia tidak dalam kondisi lemah. Ia merasa segar bugar.

'Shit! Ke mana simbol itu?' Pikirnya sejenak sebelum terdiam saat mendengar sebuah suara berat yang asing.

"Mencariku?"

Suara itu berasal dari balik tubuhnya. Ia bisa merasakan bahaya yang teramat sangat bahkan tanpa perlu menengok ke belakang. Seluruu tubuhnya gemetaran, dan keningnya berkerut dalam, pun giginya bergemeletak. Diliputi penasaran yang tinggi, ia membalik badan.

Yang ia lihat adalah seorang pria, dengan simbol bintang segi lima di kening, mata merah, serta sepasang tanduk kambing di kepala. Ia bertelanjang dada, dan dari pinggang ke bawah adalah bagian tubuh kambing. Ia bisa melihat ekor yang ada di belakang tubuhnya, serta sepasang sayap kelelawar di punggung. Rob meneguk salivanya. (Hayo tebak dia siapa? Yang benar saya tf-in uang di rp.g)

"Si-siapa?" Tanyanya, mundur perlahan.

Pria itu merubah wujudnya, tubuhnya menjadi lebih manusiawi dengan sebuah pakaian kerajaan, namun tidak menghilangkan simbol bintang dan tanduk kambingnya. Telinganya dihiasi piercing, dan surainya kelam panjang sepinggang. Ia tersenyum (yang di mata Rob justru terkesan menyeramkan).

"Penyelamatmu, dan pelindungmu." Tuturnya.

"H-hah???"