Notes

Ia tak pernah tau tentang bagaimana ia berasal, siapa ayah ibunya dan dari apa ia tercipta. Seingatnya, saat pertama kali membuka mata, hanya hitam yang dapat ia lihat juga ratusan, bahkan jutaan titik terang yang mengelilingi dirinya. Pola yang sama seperti yang ada pada tubuhnya.

Untuk mengetahui siapa dirinya, ia mulai berkelana—mengelilingi satu persatu dari planet yang terdapat dalam tata surya. Beratus-ratus, beribu-ribu tahun sudah ia habiskan namun hasilnya sia-sia; tidak ada yang dapat ia temukan.

Ia kembali ke langit. Berkelana ke sana-kemari, menerangi setiap langit yang ia singgahi dengan Bintang di tubuhnya.
Saat lapar dan lelah, ia akan pergi ke suatu tempat dimana makhluk hidup tinggal, sebuah planet yang di sebut Bumi—Tempat yang menurutnya begitu menawan.

Bumi merupakan salah satu tempat yang ia sukai, namun juga merupakan tempat yang paling ia benci. Sebelum kembali ke langit, ia sempat menetap di sana, dan melihat berbagai macam hal. Satu yang ia sukai adalah ketika mereka—makhluk hidup; manusia—tengah bersama, dan bercanda gurau. Terlihat menyenangkan,
'Apa bisa ia seperti itu, suatu saat nanti?'
Pertanyaan itu kerap muncul acap kali ia melihat.

Dan satu yang paling ia benci adalah saat mereka menghancurkan semua hanya untuk mendapat kekuatan dan kekuasaan.

Ia tak pernah tau siapa dirinya, identitas dirinya. Hingga suatu waktu ia bertemu dengan seorang gadis yang berhasil mengubah hidupnya.

Ketika itu ia tengah kelaparan dan kelelahan. Terlalu lelah, bahkan untuk bergerak mencari makan saja ia tak sanggup. Dengan tubuhnya yang besar juga menyeramkan, siapapun yang melihatnya pasti akan pergi atau bahkan akan menyerang dan menganggap dirinya sebagai ancaman.
Tapi tidak dengan gadis ini.

Disaat ia tengah sekarat, gadis itu datang menghampirinya. Memberinya makan, memberinya perhatian yang mana tidak pernah ia rasakan itu sebelumnya. Awalnya ia tak menyukai gadis itu, tapi setiap kali dia datang dan mengusap binatang pada dahinya. Ia merasakan sesuatu yang aneh, bukan dalam artian buruk. Ia cukup menyukai itu.
Bahkan rasa sakit akibat kesepian yang selalu menyelimuti hatinya perlahan hilang.

Satu minggu menghabiskan waktu bersama, gadis itu mulai memanggilnya dengan sebutan yang belum pernah ia dengar,

'Star Wolf'
Katanya saat memanggil. Dan untuk pertama kali dalam hidupnya ia mendapat sesuatu yang berharga; yaitu sebuah nama.

Selama bersama gadis itu tak pernah sedikit pun memperkenalkan diri. Dengan banyak kelinci yang mengelilinginya saat gadis itu datang, ia mulai memanggilnya dengan sebutan,
'Rabbit Girl' —meskipun tak pernah ia ucap saat dengan sang gadis.

Setiap kali mereka bertemu, ia selalu menutup mata. Matanya terlalu kuat untuk di lihat manusia, dan dapat membutakan mereka yang menatapnya secara langsung. Dan karena hal itulah ia tak pernah ingin Rabbit Girl menatapnya.

Suatu hari saat sang gadis pergi untuk kembali ke kediamannya. Ada rasa enggan yang membuatnya tak ingin gadis itu pergi. Ia hendak berbicara, namun ia takut. Takut jika ia melakukan itu Rabbit Girl justru akan meninggalkannya dan takkan pernah kembali lagi.
Ketika Rabbit Girl pergi dengan mobil merahnya. Dengan menyembunyikan keberadaannya, ia mengikuti gadis itu dari belakang, dan dengan pemikiran bahwa Rabbit akan menerimanya jika dirinya juga seorang manusia, ia juga merubah wujudnya menjadi manusia.

Dan dari sinilah awal mula ia hidup dengan tubuh manusia untuk mendekati seorang gadis yang ia sebut 'Rabbit Girl'.