NotesWhat is notes.io?

Notes brand slogan

Notes - notes.io

1.13. “Menggelinding Hingga Singapura”
Muncul isu lukisan palsu yang membuat pemalsu tiarap sejenak dan kolektor menjadi lebih berhati-hati. Budi Setiadharma, kolektor lukisan yang juga ketua Perkumpulan Pecinta Senirupa Indonesia (PPSI) mengatakan isu ini mencapai puncaknya setelah Museum Oei Hong Djien (OHD) di Magelang, Jawa Tengah resmi dibuka. Isu ini sampai ke Singapura, pusat pasar seni rupa Asia Tenggara. Oei tidak peduli soal tudingan lukisan palsu. Baginya, museumnya adalah tempat mempromosikan karya seniman Indonesia, dan kritik adalah hal biasa.

1.14. “Tersudut Rekening Gendut”
Bercerita tentang rekening janggal jenderal Kepolisian yang jumlahnya mencapai miliaran, padahal penghasilan mereka tak sampai Rp 10 juta per bulan. Tim Laporan Utama Majalah Tempo pernah menelusuri kasus ini. Budi Gunawan memiliki rekening paling tambun dibanding yang lain, yakni Rp 54 miliar. Dilaporkan pada 2010, Budi baru ditetapkan oleh KPK menjadi tersangka pada 2015. Karena hal itu, Polri dan KPK sempat “berperang”. KPK mengalihkan kasusnya ke Kejaksaan Agung, dan kemudian diserahkan ke Bareskrim. Di sana, kasus Budi terhenti begitu saja.

1.15. “Borong Dahulu, Molotov Kemudian”
Majalah Tempo edisi 28 Juni-4 Juli 2010 berjudul “Rekening Gendut Perwira Polisi” diborong oleh sekelompok pria tegap berambut cepak di banyak daerah dengan harga tinggi. Karena banyaknya permintaan, Tempo kembali mencetak 50 ribu eksemplar keesokan harinya. Sepekan setelah terbitnya edisi tersebut, kantor Tempo dilempari bom molotov oleh orang tak dikenal.

1.16. “Kisah Nazaruddin di Partai Biru”
Daniel Sinambela, tersangka kasus penipuan yang dijeblokan ke bui akibat ulah politikus Demokrat Muhammad Nazaruddin, membocorkan soal skandal korupsi Nazaruddin. Dari ceritanya, Nazaruddin pernah mengatur pengadaan batu bara untuk PLN, banyak pernaubab proyek pemerintah untuk mendanai Demokrat, dan berbagai proyek yang menggunakan anggaran negara. Dalam proyek baru bara PLN, ada pembagian keuntungan sebesar 50 persen ke partai, 35 persen ke Nazaruddin, dan 15 persen ke Daniel.

1.17. “Taktik Kuntit Lalu Salip”
21 April 2011, KPK menangkap Mindo Rosalina Manulang, Direktur Pemasaran PT Anak Negeri yang didirikan Nazaruddin. Mindo menyebut keterlibatan politikus Demokrat Angelina Sondakh dan politikus PDIP Wayan Koster. Sejak membongkar kasus suap proyek Wisma Atlet Palembang, KPK terus mengembangakn kasus Nazaruddin. Tak terkecuali saat Nazaruddin melarikan diri ke Singapura pada Mei 2011, sehari sebelum KPK menetapkannya sebagai tersangka. Selama pelariannya, ia sering menebar informasi lewat layanan BlackBerry mengenai adanya aliran dana ke sejumlah politikus Senayan, termasuk politikus Demokrat.

1.18. “Jejak Berdarah Algojo 1965”
Berita ini menceritakan proses pencarian berita tentang jejak orang-orang yang turut serta dalam membantai orang-orang komunis pada 1965 silam. Berangkat dari film The Act of Killing (Jagal) karya sutradara Amerika Serikat, Joshua Oppenheimer, Tempo pun membuat liputan khusus tentang isu itu, berjudul “Pengakuan Algojo 1965” yang terbit pada 1 Oktober 2012. Wartawan Tempo di berbagai daerah mencari orang-orang yang pernah terlibat dalam aksi pembantaian setengah abad lalu tersebut.

1.19. “Bola Salju Pengakuan Algojo”
Wahyu Muryadi, Pemimpin Redaksi Majalah Tempo memberikan penjelasan tentang Liputan Khusus Algojo 1965 kepada ulama. Liputan ini menceritakan soal santri di pondok pesantren membantai orang-orang komunis. Para ulama mempermasalahkan penggunaan kata yang terkesan jahat seperti “algojo” dan “jagal”. Pertemuan itu dirusak oleh provokator yang menuding berita itu adalah pesanan Partai Komunis Indonesia. Edisi tersebut diminta untuk dicetak ulang—sebanyak 5.000 eksemplar habis dalam waktu kurang dari sebulan sejak peluncuran.

1.20. “Penelusuran dalam Kabut”
Berbekal berita acara pemeriksaan John Roosa, sejarawan dari Universitas British Columbia, Tempo menelusuri jejak sejarah Sjam Kamaruzaman, Ketua Biro Chusus Partai Komunis Indonesia. Ia adalah tokoh penting dalam misteri G30S/PKI, dan dipercaya merancang penculikan enam jenderal. Tempo berhasil menggali cerita dari putra-putri Sjam serta Hamim, bekas anggota Biro Chusus PKI yang masih hidup, meski sempat takut hidup mereka akan terganggu karena diekspos.

1.21. “Kawasan ‘Panas’ yang Membukakan Mata”
Stefanus Teguh Pramono atau yang lebih sering disapa Pram adalah wartawan Tempo yang ditugaskan untuk meliput wilayah konflik di Suriah. Ia menjadi wartawan perang dan meliput selama sebulan. Di sana, ia melihat ratusan tenda pengungsi dan menjalin kontak dengan kawanan pemberontak. Tujuh bulan setelah meninggalkan Suriha, Pram menerima Kate Webb Award pada Juni 2013—sebuah penghargaan untuk jurnalis yang meliput daerah berbahaya.

1.22. “Kisah dari Penjara Raksasa Rohingya”
Purwani Diyah Prabandari, redaktur Tempo yang pergi meliput kondisi Rohingya di Sittwe, Rakhine, Myanmar, harus menyembunyikan identitasnya sebagai wartawan agar keamanannya terjaga. Sejak konflik komunal, pemerintah Rakhine memperketat pengawasan kepada warga Rohingya. Mereka tidak bebas bergerak dan hanya bisa bepergian di kawasan isolasi sepanjang 14 kilometer. Hasil liputannya dipublikasikan di majalah Tempo edisi 14 Juni 2015 dengan judul “Penjara Rohingya Bertepi Laut”.

1.23. “Arus Digital dan Reposisi Tempo”
Di tengah gerusan jurnalisme daring, majalah Tempo tetap dapat bersaing dengan mendefinisikan ulang jenis jurnalisme yang ditawarkannya ke publik: teknik investigasi. Setelah dibredel pada masa Orde Baru, Tempo Interaktif hadir dalam format digital pada 1996, dengan gaya liputan yang tidak mirip dengan Tempo versi majalah. Ancaman terbesar datang dari kelompok milenial yang abai terhadap perilaku informasi.

1.24. “Media Massa dan Publik Terpelajar”
Kini, sumbangan terbesar media massa adalah kajian mendalam berjangka panjang yang disebut jurnalisme investigatif (JI). Media sosial sudah menjadi penyedia berita secara berlimpah, dan media massa terlalu lamban sebagai sumber berita. JI membutuhkan modal, sarana, dan sumber manusia yang tidak kecil. Perlu ada kerja sama antara jurnalis dan akademikus dalam membuat JI. Kesuksesan karya JI terbukti bila ia disimpan, dibaca ulang, atau dikutip bertahun-tahun setelah diterbitkan.
     
 
what is notes.io
 

Notes.io is a web-based application for taking notes. You can take your notes and share with others people. If you like taking long notes, notes.io is designed for you. To date, over 8,000,000,000 notes created and continuing...

With notes.io;

  • * You can take a note from anywhere and any device with internet connection.
  • * You can share the notes in social platforms (YouTube, Facebook, Twitter, instagram etc.).
  • * You can quickly share your contents without website, blog and e-mail.
  • * You don't need to create any Account to share a note. As you wish you can use quick, easy and best shortened notes with sms, websites, e-mail, or messaging services (WhatsApp, iMessage, Telegram, Signal).
  • * Notes.io has fabulous infrastructure design for a short link and allows you to share the note as an easy and understandable link.

Fast: Notes.io is built for speed and performance. You can take a notes quickly and browse your archive.

Easy: Notes.io doesn’t require installation. Just write and share note!

Short: Notes.io’s url just 8 character. You’ll get shorten link of your note when you want to share. (Ex: notes.io/q )

Free: Notes.io works for 12 years and has been free since the day it was started.


You immediately create your first note and start sharing with the ones you wish. If you want to contact us, you can use the following communication channels;


Email: [email protected]

Twitter: http://twitter.com/notesio

Instagram: http://instagram.com/notes.io

Facebook: http://facebook.com/notesio



Regards;
Notes.io Team

     
 
Shortened Note Link
 
 
Looding Image
 
     
 
Long File
 
 

For written notes was greater than 18KB Unable to shorten.

To be smaller than 18KB, please organize your notes, or sign in.