Notes

ㅤㅤMalam semakin larut, bahkan bulan sudah terlihat bosan bertengger di atas langit; sedikit lagi waktunya bertukar dengan matahari. Jalanan Gangnam yang padat pada siang hari kini amat lenggang karena memang sudah jam istirahat semua orang. Namun mungkin orang sudah hapal mengenai sosok penghuni Apartemen Sinsa unit 6A itu, yang biasanya sering berkegiatan walau sudah lewat tengah malam. Si Pemuda China—Xuxi—terlihat sibuk dengan laptop, sesekali memperbaiki posisi kacamatanya untuk membaca kata demi kata yang tertulis di layar; mengecek revisi yang diberikan pembimbing kala lalu.

ㅤㅤSeharian penuh ia berada di luar peraduan untuk mengurus segala dokumen perihal kewarganegaraan yang baru saja selesai, membuat lembaran yang harus dikumpulkan esok hari baru tersentuh sekarang.
ㅤㅤSebetulnya, melakukan banyak hal di jam seperti ini tidak terlalu membuahkan hasil yang bagus. Walau mengantuk sama sekali tak hinggap, namun tetap saja fokus sulit didapatkan karena lelah. Satu-satunya bantuan yang bisa didapatkan adalah kafein, dan sekarang ia sudah berada di gelas ketiga—menuju keempat. Asupan kafein tambahan kini kembali dibutuhkan.

ㅤㅤMenggunakan sandal rumahan, pemuda Fan tersebut menyeret langkah menuju dapur di pojok apartemen, menenteng cangkir untuk diisi dengan yang kopi instan dengan varian rasa yang lain supaya tidak bosan. Sesekali Xuxi menggerakkan leher agar tidak kaku, sambil menunggu air panas yang direbus menggunakan teko elektrik.

ㅤㅤSetelah dikira cukup panas, dengan hati-hati Xuxi menuang air supaya tidak terciprat ke kaos putih yang dikenakan, hingga tiba-tiba suara bel terdengar dan membuat genggamannya hampir oleng; sedikit menumpahkan air keluar gelas.

ㅤㅤUntung saja tidak banyak dan hanya meluber di meja.

ㅤㅤDalam benak, sejenak ia berpikir siapa yang bertamu di jam yang cukup tak lazim ini? Apakah Haejoon lapar tengah malam dan mendatangi kamarnya? Atau tagihan listrik dan air belum dibayar? Sembari memperbaiki posisi celana piyama, Xuxi meninggalkan kopinya dan berjalan menuju pintu kamar; melirik sekilas ke lensa pintu untuk melihat siapa yang datang.

ㅤㅤHwang Jinho?

ㅤㅤDahi pemuda Fan itu mengernyit, namun tak butuh waktu lama baginya untuk segera membuka pintu dan menyembulkan kepalanya demi menyapa sang kawan. Ia menatap sosok yang lebih tinggi dari kepala hingga kaki, menelusuri siapa tahu ada sesuatu yang bisa ditemukan sebagai alasan datang kemari. Udara dingin yang menyapu wajah seketika menyadarkan Xuxi untuk menunda pertanyaannya, lebih baik menyuruh Jinho masuk, dan bertanya nanti saja; toh bukan orang asing yang datang.

ㅤㅤ“Jinho? Ada apa? Masuk-masuk. Maaf berantakan.” Pelan ia berujar sambil membuka pintu lebih lebar, memberi celah bagi sang tolan masuk ke dalam kamarnya.