NotesWhat is notes.io?

Notes brand slogan

Notes - notes.io

PEMBUKAAN

Diisi dengan pembukaan oleh narator. Kemudian, disusul dengan persembahan lagu oleh seluruh pemeran.

Narator
Kisah ini adalah sebuah kisah mengenai dirinya. Yang mungkin lemah dan menyedihkan, tetapi paling ingin bahagia. Mari bersama saksikan, lembaran-lembaran indah hidupnya. Yang diisi dengan tawa dan mungkin berakhir air mata. Disarankan mendengarkan dengan telinga dan hati, karena kami ingin menyentuh semua yang memiliki hati.
Lagu – Anak Sekolah

SCENE 1
Tempat: Kamar papa.
Tokoh : Anindira, Papa.
Anindira:
(terbatuk-batuk) Aku Anindira, biasa disapa Dira. Bukan yang paling sehat di cerita ini, bukan pula yang paling kuat. Tapi aku senang bercerita dan karena aku lah, mereka semua ada di dalam cerita ini. Aku siswi SMA, (sekali lagi batuk) pengidap penyakit kanker paru-paru yang sampai sekarang bukannya membaik, tapi terus memburuk. Hidupku bergantung pada obat dan mungkin kemoterapi ke depannya, sama seperti bunga ini yang bergantung pada air dan sinar matahari. Kami akan berubah layu dan mati, bila semua itu hilang.
(kilas balik)
Ayahku adalah seorang perokok kuat. Dua bungkus rokok bisa habis dilahapnya dalam sehari. Ya, separah itu. Kecintaannya pada rokok terus membutakannya bahwa rokok itu membahayakan dirinya, (tarik nafas dalam) dan juga diriku.

Lagu – Do You Wanna Build a Snowman
Papa?
Bisakah engkau berhenti?
Jangan lagi merokok….
Kuingin ada di dekatmu
Tapi kau selalu
Menyakitiku….
Seperti anak yang lain
Kuingin bisa
Bermain dengan papa…
Maukah papa bermain?
Tinggalkan rokok untukku…
Papa: Nanti dulu, Ra.
Dira: Baiklah…
Dan papa kini telah menyesal setelah mengetahui bahwa puterinya yang dulu sehat, pada akhirnya juga bisa sakit karena terlalu banyak menghirup asap rokok. Kini ia bekerja mati-matian, mencari uang supaya bisa terus membiayai kebutuhan rumah sakitku. Mama juga. Apalagi mereka masih ingin aku sekolah.

SCENE 2
Tempat: Kamar Mattheo, halaman rumah.
Tokoh: Mattheo, Anindira, Mama, Papa, Dava.
Mattheo: Dir, Dira! Ambilin minum dong. Lagi ga bisa di-pause nih, gamenya. Cepetan ya, aus.
Anindira: (menggerutu) Ih, apaan sih nyuruh-nyuruh terus. Kesel, tau.
Mattheo: Dir, cepet ah! Haus nih haus.
Anindira: Pokoknya ini terakhir, ya! Jangan nyuruh-nyuruh lagi. Yang sakit siapa, yang manja siapa.
Mattheo: Iya, iya. Ih, galak banget sih.
Anindira: Aku ga bawain nih ya minumnya!
Mattheo: Ampun, ampun.
Dira masuk ke kamar Theo dengan segelas air. Kemudian meletakkan gelas itu di atas meja.
Lagu – Jagoan

Mama yang mendengar ada ribut-ribut di kamar Theo langsung menerobos masuk.
Mama: Aduh, udah-udah. Ini jagoan-jagoan mama kerjaannya kok ribut terus. Padahal dulu tuh ya, kamu Yo, seneng banget nduselin adikmu ini. Jadi mama yang kangen. (hening sebentar lalu mengendus-ngendus) Duh, bau apa nih? Yo, kamu ya belum mandi? Aduh, mandi cepet mandi! (memukul-mukul badan Theo)
Mattheo: Aduh iya-iya, Mak Ratu. Jangan mukul dong. Sakit tau. Aku lapor Kak Seto, nih.
Anindira: Hih, lemah.

Mattheo bangkit lalu menyentil dahi adiknya.
Mattheo: Nih, rasain.
Anindira: Duh, sakit tau!
Mattheo: (mengikuti gaya Dira barusan) Hih, lemah.
Mama: (mukul Theo sekali lagi) Udah sana, hih.
Mattheo: Iya, iya. Ga mama ga adek, galak semua. Emang ya, cewek.

Sementara itu, di halaman rumah mulai terdengar ribut-ribut teriakan Dava.
Dava: Dira, Dira, main yuk?
Papa: Yuk main, Dek Dava.
Dava: Lah si Om. Orang ngajakin Dira, kok jadi bapak-bapak yang muncul.
Papa: Eh, Dav. Ke Papua makan papeda. Biar tampang tua, jiwa masih muda!
Dava: Ah bisaan si Om.
Tak lama kemudian, Dira keluar lengkap dengan seragamnya.
Dava: Nah Diranya udah keluar tuh Om. Dira! Berang-berang makan kayu, berangkat yu?
Dira: Kebanyakan ngobrol sama Papa jadi gini nih. Ckckck. Yuk, ah? (narik baju Dava untuk cepat-cepat pergi)
Dava: Dadah Om!
Papa: Hahahahha. Makan ati, makan ampela. Hati-hati, Dava Dira!

SCENE 3
Tempat: Sekolah
Tokoh: Dava, Dira, Kayla, Cella, Amita, Anya, Sonya.
Teman-teman Dira langsung menyambut Dira sesampainya mereka di sekolah. Dava yang tertinggal sendiri pun menepi.
Lagu – Kisah Kasih di Sekolah

Dira: (menarik nafas panjang sembari memandangi Dava dari jauh) Dava, Dava. Sekarang siapa yang nggak tahu sih, kalo dia suka aku? Satu sekolah nonton konser dia. Dasar. Sekarang satu-satunya yang aku pikirin cuma hidup kamu tanpa aku, Dav.
Di ujung sana, Dava tiba-tiba menyahut.
Dava: Dava tanpa Dira bisa apa.

Dari balik dinding, Anya dan temannya Sonya ternyata sedari tadi menguping.

Lagu – Pudar
Kurasakan marah dalam hatiku
Rasa cinta yang ada untuk dirimu
Kulelah menyimpan rasa yang ada
Inginku milikimu

Setan dalam hati ikut bicara
Bagaimana kalau dia kubuat celaka
Supaya dia jauh dari Dava
Sepertinya ku kan bahagia

Mestinya kau jadi pendamping diriku saja
Karena kita memang pantasnya bersama wo-o-oh
Pastikan cerita tentang kita yang bersatu
Akan selalu ada di dalam hatimu









Anya: Dav, Sabtu ini kosong? Jalan yuk?
Dava: Engga, Nya. Gue mau jalan sama Dira.
Sonya: Bukannya lo tadi ditinggalin, Dav? Dia jalan aja tuh. Ga nengok ke lo lagi.
Dava: Dira mah emang gitu anaknya. (senyum-senyum)
Anya: (dengan sedikit kesal, melipat tangan depan dada) Pergi sama aku aja lah, Dav, aku mau bilang sesuatu.
Dava: (mendesah frustasi) Udah dibilang gua ada janji sama Dira. Udah ya, gua pergi.

Dava berjalan meninggalkan keduanya.
Sonya: Udah sih, Nya. Lagian kenapa sih lo bisa suka banget sama Dava?
Anya: Ya emang naksir orang butuh alasan banget, Nya? Semua tentang Dava, ya gue suka.
Sonya: Ya udah, mau labrak aja?
Anya: Boleh tuh. Ayo.

Anya dan Sonya bergegas mencari Dira. Berniat melabrak Dira.

Lagu – Parasit
Baru kusadari
Kau seperti parasit
Minta ini itu kau minta padanya
Dengan semaumu

Cukup sudah
Kumulai naik darah
Kuseperti bom atom yang siap meledak
Karenamu…

Pergi kau ke ujung dunia
Dehidrasi di Gurun Sahara
Hilang di Segitiga Bermuda

Pergi kau ke luar angkasa
Hipotermia di Kutub Utara
Hilang di Samudra Antartika
Dan jangan kembali

Pergi kau ke ujung dunia
Dehidrasi di Gurun Sahara
Hilang di Segitiga Bermuda
Dan jangan kembali

Kau memang parasit
Minta dibayarin
Minta ditraktirin
Minta dianterin
Minta dijemputin

Minta ditelponin
Minta di-SMS-in
Minta dibeliin
Dasar kau parasit. Ah.


Ketiga teman Dira yang melihat kejadian itu segera melerai mereka.
Amita: Amitabha! Kamu ngapain sih, Nya?
Cella: Pergi, Nya. Jangan deket-deket Dira lagi.
Kayla: (memeluk dan menenangkan Dira) Nya, kalo Dava emang suka sama kamu, dia bakalan sama kamu, kok. Tapi perasaan orang ga bisa dipaksa.
Amita: Iya, toh bukan salah Dira juga kalo Dava maunya deket sama dia.
Cella: Minta maaf ke Dira, Nya. Cepet.

Anya dan Sonya hanya melengos pergi.
Lagu – Tersenyumlah
Kayla: Udah, Dir. Mulai sekarang ga usah sedih-sedih lagi. Yang kaya Anya gitu ga usah dipikirin. Yang penting itu yang bikin kamu bahagia.
Cella: Ada kita kok, Dir. Siap sedia kapanpun kamu butuh.
Amita: Svaha. . .



SCENE 4
Tempat: Kamar papa-mama, pinggir jalan.
Tokoh: Papa, Mama, Anindira, Dava, Anya.
Anindira:
Aku, Anindira, hanya tau sedikit mengenai segalanya. Aku sebatas tahu papa dan mama bekerja keras. Yang aku tahu, mereka selalu tersenyum di hadapanku. Tanpa kusadari di balik senyum mereka selalu ada pilu. Di balik tawa mereka ada marah. Di balik damainya hidupku ada mereka yang menderita.

Di suatu malam, mama menghampiri papa dengan surat dokter di tangannya.
Mama: Pah, kamu tahu kondisi anakmu?
Papa: (tanpa membalik badan dan tetap sibuk bekerja) Kenapa?
Mama: Kamu baca, Pah. Liat kondisi anakmu, kritis!
Papa: Yasudah taruh di situ dulu. Kalau ada waktu aku baca.
Lagu – Kecewa

Mama: Sedikit waktu yang kau miliki, luangkanlah
Untukku harap secepatnya
Dengarkan aku
Sekali ini kumohon padamu
Ada yang ingin ku sampaikan, sempatkanlah

Hampa, kesal dan amarah
Seluruhnya ada di benakku
Tak pernah kau pikirkan
Apa yang kurasakan, karena dirimu

Kuingin marah, melampiaskan
Tapi kuhanyalah sendiri di sini
Ingin kutunjukkan
Pada siapa saja yang ada
Bahwa hatiku kecewa
Papa: Jangan pikir aku tak rasakan
Apa yang kau rasa
Tiap hari kurasakan semuanya
Ini salahku
Tapi terus kau tekan diriku
Yang semakin membuat diriku
Merasa lelah…
Hampa, kesal dan amarah
Seluruhnya ada di benakku
Selalu kupikirkan
Apa yang tlah terjadi, karena diriku
Kujuga marah, kau yang tak sadar
Kau hanya salahkan, semua padaku
Ingin kutunjukkan
Pada siapa saja yang ada
Bahwa kau tidak peduli


Mama: Kapan aku ga peduli sama kamu, Pah? Kapan?
Papa: Kapan kata kamu?! Kamu ga sadar apa selama ini kamu selalu nyalahin aku terus? Aku baru pulang kamu marah, aku cape loh kerja seharian, demi siapa? Demi kalian juga, kan?

Tanpa mereka sadari, Dira sudah muncul dari balik pintu dan mendengar percakapan mereka.
Mama: Kamu berani bilang gitu? Ini semua awalnya karena kamu. Kalo kamu dari awal dengerin kata-kataku, kamu ga ngerokok, ini semua ga bakal terjadi! Dira ga bakal sakit!
Papa: Kamu bisa ga sih ga usah ungkit yang dulu-dulu? Yang penting aku sekarang udah ga ngerokok dan aku ngelakuin yang terbaik biar Dira sembuh. Itu belum cukup bagi kamu?
Dira: Udahlah! Kalian berdua bisa ga sih berhenti berdebat?! Ini salah Dira, anggap aja ini semua salah Dira. Kalau Dira sesehat Theo pasti kita semua bahagia, kan? Memang dari awal ini Dira yang nyebabin. Udah, kalian ga usah berantem, biar Dira yang pergi.

Dira pergi keluar dari rumah. Dengan kondisinya yang ga karuan, Dira menelpon Dava. Dava yang khawatir mendengar nada bicara Dira, segera menghampiri Dira.

Dava: (memegang bahu Dira) Dir, kamu gapapa?
Anindira: (hening agak lama sampai Dava duduk di sampingnya) Dav, aku beban ya buat semuanya?
Dava: Kata siapa? Siapa yang berani bilang gitu ke kamu?
Anindira: (akhirnya mendongak melihat Dira) Aku tau sendiri, Dav. Papa dan mama berantem. (hening sebentar) Karena aku. Semua gara-gara aku sakit, mereka jadi terbebani.
Dava: Dir. Penyakit kamu ini bukan salah kamu, kita bisa apa sih kalau dikasih penyakit? Nyalahin diri sendiri bisa mengubah apa, Dir? Papa mama kamu mungkin lagi berantem sekarang, mereka mungkin cuma lelah hari ini. Kemarahan mereka lambat laun bakal reda. Apa sih yang ga akan berubah di dunia ini? Semua bisa berubah. Kamu bisa sedih hari ini, tapi jangan besok. Jadi Dira yang biasanya, ya?

Anya ternyata melihat mereka berdua dari kejauhan. Amarah tumbuh dalam dirinya.
(tirai ditutup)
Anya: (mendecak) Dira lagi, Dira lagi. Apa bagusnya sih Dira itu? Cantik, cantikan gue. Populer, jelas lebih popular gue. Apa sih yang dipikirin Dava?


SCENE 5
Tempat: Kelas
Tokoh: Anya, Sonya, Dira.
Anya dan Sonya menghampiri Dira yang sedang membaca buku. Tiba-tiba dia mendorong bahu Dira kasar.
Anya: Heh, Dira. Gue ga cukup ya ngomong sekali doang ke lo?
Anindira: Aduh. Apaan sih. . . maksudnya?
Anya: Ga usah sok polos, Dir. Gue udah pernah bilang ke lo soal Dava, dan lo masih gini lagi. Gue yakin, lo tau gue suka sama Dava udah dari lama.
Anindira: Ya terus apa hubungannya rasa suka kamu ke Dava sama kamu yang marahin aku sekarang, Nya? Aku bukan pacar Dava. Kamu boleh kok pacaran sama Dava semau kamu. Asal kamu ga maksain perasaan dia.
Anya: (mendorong Dira keras sampai Dira terjatuh) Kok lo keterlaluan, sih? Jadi, maksud lo, Dava terpaksa misalnya dia pacaran sama gue?

Dira yang saat itu tersungkur lemah tiba-tiba mengeluarkan darah dari mulutnya. Kepalanya pening dan memaksa dirinya untuk tak sadarkan diri.
Sonya: Nya, Nya, dia ga bangun, Nya.
Anya: (mendadak panik) Apa tadi terlalu keras, ya?
Sonya: Gue… gue ga tau Nya. Mending lo tunggu di sini, gue panggil bantuan dulu.

Sonya berlari mencari bantuan. Bertemu dengannya, Dava dan teman-teman Dira yang memang sedang mencari keberadaan Dira. Dava seperti kesetanan, segera berlari mencari Dira. Ikut di belakangnya, Kayla, Cella, dan Amita.
Semua bersama: (berteriak) Dira!

(tirai ditutup)
Anindira:
Mama, papa. Aku takut tak lagi bisa bangun. Aku takut kenangan terakhir kalian akanku adalah saat aku marah. Aku. . . masih ingin hidup meski hanya beberapa menit. 25 menit, mungkin? Aku masih ingin. . . Aku. .

SCENE 6
Tempat: Kamar Dira
Tokoh: Dokter, Mama, Papa, Dava, Kayla, Cella, Amita, Anya.
Dokter: Bu, Pak, bisa bicara sebentar? (menepi ke sudut kamar) Seperti yang telah saya sampaikan melalui hasil lab waktu itu, kondisi Dira memang terus memburuk, berhubung Bapak, Ibu dan juga Dira menolak melakukan kemoterapi.
Mama: Kapan kondisi Dira akan kembali normal, Dok? Tolong anak saya, Dok. Apapun. . . Apapun akan saya berikan untuk kesembuhan Dira. Tolong, Dok.
Papa: Mah, sabar dulu, tenang.
Dokter: Kalau soal kapan. . Saya meragukan hal itu mungkin terjadi, Bu.
Papa: Apa maksud Anda, Dok? Dira harus sembuh dan saya yakin dia bisa.
Dokter: Tapi, Pak, setelah memperhitungkan bagaimana kondisi Dira sekarang, saya tidak bisa menjanjikan apa-apa.
Mama: Dokter jangan main-main dengan anak saya. Dia selalu minum obatnya, dia berjuang untuk sembuh, bisa-bisanya dokter berkata begitu. Dok, anak saya ini ingin sembuh. Saya pun ingin memberikan dia masa depan yang selalu ia inginkan sejak kecil. Orang tua mana, Dok, yang bisa menerima kenyataan seperti ini?
Papa: Dokter, tolong lakukan sesuatu. Tolong saya dan istri saya untuk bisa lebih lama bersama Dira.

Dari pinggir ranjang Dira, Dava memandang mereka. Menerka-nerka apa yang sedang dibicarakan. Pun, dirinya ngeri. Tante Amel yang biasanya ceria, apalagi Om Aksa yang selalu bercanda, bisa dilihatnya tengah kacau.
Dava: Dira, tolong bangun, Dir. Kita semua kacau, takut kamu kenapa-napa.
Kayla: Dira, jangan nakutin kita, Dir.
Amita: Dir, jangan buat aku yang selalu optimistik ini mendadak berpikiran pesimis. Aku yakin kamu bisa bangun, Dir. Secepatnya. Aku takut.
Cella: Ssh, Amita, Kayla. Kita harus semangatin Dira, jangan buat dia berpikir kita takut. Kita harus keliatan tegar begitu Dira bangun nanti. Oke?
Kayla: Oh iya, Dav, ada yang perlu kita omongin. Kita tinggal dulu, ya?

Ketika tiga bersahabat itu keluar, muncul Anya, berdiri sendiri di ambang pintu, menimbang apa dirinya perlu masuk.
Dava: Anya? Masuk aja, Nya.
Anya: Ga berani, Dav. Aku yang bikin Dira begini.
Dava: Mungkin itu emang salah satu yang bikin Dira kumat. Tapi Dira dari lama emang udah sakit, Nya.
Anya: Dira sakit apa, Dav? (akhirnya memberanikan diri masuk)
Dava: Kanker paru-paru, Nya.
Anindira: (mengerjap bangun) Ma, Papa. .
Dava: Dira, Dira! Kamu sadar, Dir? (menghela napas panjang) Syukurlah.
Anindira: Dava, ya? Dava. . Anya?
Anya: Dira. . Ini Anya. Aku mau minta maaf karena ga tau kamu sakit. Dir, aku nyesel udah kasar ke kamu. Aku ga nyangka kamu bakal jatuh dan. . kambuh. Aku minta maaf.
Anindira: Dava, kamu ya, kasih tau Anya soal penyakit aku?
Dava: Mau gimana, Dir? (menyengir) Kalian mau ditinggal dulu? Aku ambil minum.

Dava pergi meninggalkan mereka berdua. Dan saat itu Anya akhirnya berani mendekat.
Dira: Nya, kamu ga usah minta maaf pun aku ngerti gimana marahnya kamu. Dan aku rasa kamu harus tau, Nya. Walau mau pun aku engga akan sama Dava.
Anya: Tapi kenapa?
Anindira: Aku punya alasanku.
Anya: Apapun itu, makasih, Dir, udah maafin aku. Dan semangat terus. Baru kali ini aku liat kamu sakit begini dan sakit sama sekali ga cocok sama kamu.
Anindira: Makasih, Anya.

Selepas kepergian Anya, Dava kembali dengan sebuah botol minum di tangannya, segera diberikan botol itu kepada Dira.
Dava: Lemah banget sih, Dir. Didorong Anya dikit, langsung jatoh.
Anindira: (memukul lengan Dava pelan) Iseng banget sih, Dav.
Dava: Oya Dir, aku mau ngomong.
Anindira: Ngomong apa, Dav? Kalo iseng lagi aku pukul.
Dava: Lagi sakit aja bisa galak, ih.
Anindira: Biarin.
Dava: Dir, aku yakin kamu tau aku sayang siapa.
Anindira: (tertegun sebentar) Aku engga tau, ah.
Dava: Aku sayang kamu. Dari kecil, Dir. Selalu kamu. Biarin aku jagain kamu, Dira. Aku mau kamu jadi pacar aku.
Anindira: Dava, kamu ga ngerti.
Dava: Ga ngerti apa lagi, Dir?
Anindira: Kamu ga ngerti semua skenario terburuk yang udah aku bayangin, Dav.
Dava: Semua bakal ada baik ada buruknya, Dir. Aku tau itu.
Anindira: Tapi, Dav, ini semua. . ini. .
Dava: Dir, Dir! Kenapa lagi Dir? (berlari keluar) Tolong, Dokter! Cepat, Dok!
Mama & Papa: Dira!!

( tirai ditutup )

Lagu – Sampai Menutup Mata

SCENE 7
Tokoh: Semua tokoh kecuali Dira dan Dokter.
Mama dan Papa Dira, Mattheo, Dava, teman-teman Dira, bahkan Anya dan Sonya sekalipun, semua berduka.
Mama dan papa yang paling menyayangi Dira, melebihi siapapun di dunia.
Mattheo selalu menginginkan adik perempuan sedari kecil, yang sangat bahagia ketika Dira akhirnya lahir ke dunia.
Dava, satu-satunya teman Dira yang menyaksikannya tumbuh, dari Dira kecil yang senang dikuncir dua, sampai Dira yang sekarang. Bagi Dava, Dira selalu tampak cantik.
Teman-teman Dira yang sangat berarti di kehidupan Dira, boleh dibilang, mereka adalah tempat Dira mencurahkan hati. Kayla yang paling senang memeluk Dira saat Dira sedih, Cella yang paling muda dan polos di antara mereka, serta Amita yang kerap mengajarkan Dira makna kehidupan.
Anya dan Sonya, tidak pernah sekali pun Dira merasa benci pada mereka. Bagi Dira, rasa cinta Anya untuk Dava adalah tulus. Dan Dira tenang, bila harus meninggalkan Dava, karena banyak yang mencintai Dava, mungkin lebih dari Dira.
Namun mereka semua, tidak ada yang sempat mengucapkan perpisahan terakhir mereka kepadanya.

Kepedihan ini, apa akan lama menetap? Atau akan sirna bagi mereka yang merelakan. .
25 menit yang mengubah kehidupan seseorang. Dira bukanlah lagi pemilik tubuhnya, karena tubuhnya memang bukanlah milik siapa pun. Siapa sangka, seseorang dapat pergi begitu cepatnya, begitu mudahnya.
Dhammapada syair 28, di mana Buddha bersabda, tidak di langit, di lautan, di celah-celah gunung atau di manapun juga dapat ditemukan suatu tempat bagi seseorang untuk dapat menyembunyikan dirinya dari kematian.
Syair ini menjelaskan bagaimana tidak berdayanya kita pada kematian, karena tubuh kita ini memang suatu saat pasti hancur. Bahkan seorang Buddha pun bisa wafat.
Pertanyaannya adalah, kemana kita setelah tiada?
Kita punya tujuan kita masing-masing.
“Segala sesuatu yang berkondisi tidak kekal adanya. Apabila dengan kebijaksanaan orang dapat melihat ini; maka ia akan merasa jemu dengan penderitaan. Inilah jalan yang membawa pada kesucian.”
BABAK AKHIR
Tempat: Rumah.
Tokoh: Dava, Mama.
Dava: Om Aksa, main yuk?
Mama: Eh, dek Dava. Masuk sini.
Dava: Loh yang dipanggil Om Aksa, kok yang muncul cantik banget nih?
Mama: Halah kamu ya bisa aja. Ayo sini masuk, mau hujan tuh kayaknya.
Dava: Iya, Tante. Masak apa nih, Tan, hari ini?
Mama: Masakan kesukaan Dira, kan kesukaan kamu juga, toh? Ayam rica. Yuk, mumpung baru tante angetin.
Dava: Aduh asik-asik. Kak Theo ada juga, Tan? Aku mau minjem buku UN dia, nih. Masih ada kan ya, Tan?
Mama: Waduh, coba kamu tanya aja Dav ke Theo. Tante ga tau tuh, urusan buku dia.

Mereka yang bisa merelakan, akan jadi yang paling bahagia. Dan mereka yang Dira tinggalkan, semua sudah bahagia.


SELESAI
     
 
what is notes.io
 

Notes.io is a web-based application for taking notes. You can take your notes and share with others people. If you like taking long notes, notes.io is designed for you. To date, over 8,000,000,000 notes created and continuing...

With notes.io;

  • * You can take a note from anywhere and any device with internet connection.
  • * You can share the notes in social platforms (YouTube, Facebook, Twitter, instagram etc.).
  • * You can quickly share your contents without website, blog and e-mail.
  • * You don't need to create any Account to share a note. As you wish you can use quick, easy and best shortened notes with sms, websites, e-mail, or messaging services (WhatsApp, iMessage, Telegram, Signal).
  • * Notes.io has fabulous infrastructure design for a short link and allows you to share the note as an easy and understandable link.

Fast: Notes.io is built for speed and performance. You can take a notes quickly and browse your archive.

Easy: Notes.io doesn’t require installation. Just write and share note!

Short: Notes.io’s url just 8 character. You’ll get shorten link of your note when you want to share. (Ex: notes.io/q )

Free: Notes.io works for 12 years and has been free since the day it was started.


You immediately create your first note and start sharing with the ones you wish. If you want to contact us, you can use the following communication channels;


Email: [email protected]

Twitter: http://twitter.com/notesio

Instagram: http://instagram.com/notes.io

Facebook: http://facebook.com/notesio



Regards;
Notes.io Team

     
 
Shortened Note Link
 
 
Looding Image
 
     
 
Long File
 
 

For written notes was greater than 18KB Unable to shorten.

To be smaller than 18KB, please organize your notes, or sign in.