NotesWhat is notes.io?

Notes brand slogan

Notes - notes.io

BUCINMU!

***


"Karena wanita adalah sumber dari segala sumber masalah." ㅡ Ryo Kiyoshi S.Pd. (Sarjana perjombloan dunia)

***

Aku nggak bohong waktu bilang begitu. Segera setelah latihan usai, lapanga mendadak riuh. Keadaan menjadi genting waktu percekcokan antar dua manusia ini berujung pada adu jotos. Yang lain berusaha mengurai Suneo dengan si Giant. Kenapa kunamai Suneo? Karena bibirnya yang doyan nyinyir. Lalu kenapa Giant? Yang ini nggak perlu dikasih tahu pasti sudah tempe.

Aku cuma duduk terbengong-bengong, kelewat kaget.

Semua berasal dari teguran alus si Giant yang bilang kalau Suneo bermain Quiddicthnya nggak maksimal. Lalu merasa diri tidak ada yang salah, Suneo balik melempar komentar pedas soal Giant yang bisanya cuma ngatur-ngatur orang.

Menurutkuㅡsebagai kacung mereka yang invisibleㅡ mereka berdua salah. Ada satu dua kelakuan mereka yang menyebalkan. Enggak, enggak! Banyak! tapi ya sudah lah. Apa kuasa hamba? Diam begini juga tetap kena damprat. Apalagi komplen. Sudah habis mungkin dedek(?).

Jadi, aku sudah tidak heran dan aku cukup kebal. Setiap hari waktu mereka latihan dulu juga sering begitu. Namun, biasanya Suneo selalu mengalah atau Giant yang berlapang dada memaklumi. Sekarang mengapa menjadi suatu perkara yang sengaja dibesar-besarkan?

Ah, aku tahu.

Sempet dengar kalau mereka ada konflik personal. Soal cewek. Bener, rebutan cewek cantik dari asram Kaze. Aku nggak tahu detailnya, tapi intinya seperti yang aku bilang di awal tadi; cewek sumber masalah.

Dari situlah mereka ribut hingga tidak sanggup menahan emosi. Teriakan Hoshiㅡleader team Quidditch iniㅡ pun nggak dipedulikan. Mereka asik menabrak-nabrakan dada. Ngotot-ngototan. Sudah persis seperti pertengkaran penyanyi dangdut. Mereka kompak mendorong Hoshi hingga cowok bertubuh tambun itu terlempar jauh.

Aku menatap ngeri ke Hoshi sekaligus iba, ada hasrat untuk menolong tapi aku bisa apa? Saat ini aku jauh lebih sedih daripada siapa pun. Selain lapangan yang sudah ramai jadi tempat tontonan, pacarku juga jadi sasaran amukan.

Aku menatap nanar ke satu titik. Ke tempat pacarku tergeletak tak berdaya. Hatiku sakit, kawan. Tenggorokanku tercekat saat tak satupun dari mereka berusaha menolongnya.

Aku berlari sempoyongan mendekati kekasihku. Bersimpuh saat dia nggak bergerak seincipun.

"Rieka...Riek..."

Dia terluka parah. Aku bisa lihat dari goresan yang memenuhi badannya. Yang paling membuatku harus menahan napas adalah tulangnya yang patah.

OMAIGAT OMAIGAT OMAIGAT

Dengan hati teriris, Kurengkuh tubuhnya dan kupeluk erat dirinya.

Aku sudah nggak sanggup lagi, kawan.

Hancur hati ini.

Ya Tuhan... kejam sekali mereka!

Aku mendongak melihat langit-langit, mengadu pada Tuhan bagaimana perjuanganku selama ini untuk mendapatkan Rieka.

Kembalikan....

Kumohon kembalikan....

"SAPUKUUUUUUUUUUUUUU..."

*** 

Jadi namanya Haruka.

He-emmmmmm

Cewek yang kemaren jadi bahan rebutan, kawan.

Cantikㅡ he-em.

Semokㅡ he-em.

Pintarㅡ he-em.

Kalau kata merk rokok, SAMPOERNA.

Siapa coba yang nggak kepincut?

Aku???

HAHAHHAAHAHAHAHA

Kena prenjon duluan, kawan.

Padahal enakan mijon.

Apasih...

Tapi sebetulnya Haruka nggak sesempurna yang kalian bayangkan.

Haruka itu..... jarang mandi. Sehari cuma satu kali. Alibinya, hemat air. Padahal emang aslinya jorok.

Nggak cuma itu, kawan. Doi juga hobi ngupil. Upilnya diem-diem dipeperin di belakang sofa.

Ilfeel kan?

Tapi aku tetap suka. :(

Gimana dong?

Kenapa pelet apa ya?

Tapi kalau dipaksa memilih antara Haruka atau Rieka. Aku pilih Rieka. Kenapa? Soalnya Rieka mahal, kawan. Cicilannya belum lunas tapi udah rusak duluan. Sedih.


Oke, sebut saja aku Ryo. Nama panjangnya Ryoooooooooo.

Hehe. Bercanda. 

Ryo Kiyoshi. Bukan Roy Kiyoshi ya. Beda, kawan. Kalau yang itu bisa lihat setan. Kalau yang ini nggak bisa lihat kamu bersama orang lain. (?)

Umurku baru menginjak 17 tahun. Iyaㅡ he-em masih cimid dan unyu-unyu gitu kakak. Sumpah deh, senpai-senpai disini sampai pada gemes gitu. Katanya pengin nyubit pipimya pakai tang lalu nedang aku sampai planet Mars. Asiiiiik terbang gratis!

Hobi? Baca buku dong. Komik termasuk buku kan?

Kelebihanku adalah terlalu banyak kekurangan. Sementara kekuranganku adalah tidak memiliki kelebihan. Pusing tidak? Sama :D

"Lihat, nih!" 

Aku menyetop gerakan tanganku sesaat setelah menutup pintu locker. Kulirik secarik surat dalam genggaman Haruka. "Itu apa?"

Gadis itu menggeleng. "Entah. Aku baru lihat."

"Surat cinta??" Aku mendelik sambil menegakkan punggung. Lipatan tangan di depan dada terurai seketika. "Baca! Baca!" 

Dadaku mendadak panas seperti dibakar api. Apakah ini efek jangka panjang merokok?

Eh tapi aku nggak merokok.

Aku pura-pura terbatuk. "Apa isinya?"

Haruka menjatuhkan pandangannya kembali ke selembar post it itu. "May i know you better?"

Kami saling pandang.

"Yang kirim?"

"Tidak tahu. Cuma ditulis inisial T."

Te.. te.. te.. tete... siapa... siapa yang kira-kira memiliki nama dengan huruf depan T???

Kepalaku tiba-tiba nggak bisa berpikir.

"Permisi ya... disapu dulu." Seorang senpai muncul di antara kami.

Ren senpai, anak asrama Kitsunebi menyempil, menyelipkan sapunya di space kosong antara aku dan Haruka.

"Kamu sedang dekat dengan siapa?" Aku berusaha mengabaikan kehadiran Ren senpai. Mengangkat satu kaki ketika ia mulai menyodok-nyodokan ujung sapunya pada sepatuku.

Haruka bergeser ke kanan karena kakinya juga disodok sapu oleh kakak kelas kami itu. "Tidak dekat dengan siapa-siapa tuh."

"Ren senpai ngapain sih? Udah bersih ini! Gak usah disapu lagi!" Protesku yang kemudian dibalas dengan tindakan yang lebih brutal.

"YAUDAH NGGAK USAH SEWOT! SAYA KAN CUMA MENJALANKAN HUKUMAN!" Teriaknya kencang. Suaranya cetar bagaikan rocker. Untung tempat ini tidak begitu ramai.

"Siapa yang sewot....?" Tanya Haruka. Namun, Ren senpai sudah melenggang. Sebelum lenyap ia menyempatkan diri menendang locker hingga kami berjengit ngeri.

"Buset.."

Haruka malah terkikik sewaktu mengamati punggung Ren yang semakin lama semakin menjauh.

"Bikin emosi aja," gerutuku. Kemudian kembali fokus pada Haruka. "Jadi gimana? Ada clue?"

Gadis itu menggeleng. "Gak tahu!"

Selalu saja jawaban yang sama. Padahal kalau diingat-ingat bocah ini dekat hampir dengan semua orang. 

Haruka, orang yang ramah dan manis jadi nggak heran jika banyak yang menyukainya.

***

Moodku sedang nggak baik. Akhir-akhir ini rasanya ingin memuntahkan segala amarah yang menumpuk di dada.

Pengaggum rahasia Haruka belum terbongkar. Namun, hampir setiap hari orang itu menaruh surat dan bunga atau cokelat di locker Haruka. 

Aku ingin protes dan menyuruh gadis itu untuk membuang semua pemberian penggemarnya itu. Akan tetapi nggak tega juga jikalau harus menghapus kegembiraannya.
Suka nggak suka, pesan-pesan singkat dari kertas kuning yang terselip di locker, selalu bisa membuat Haruka tersenyum lebar.

Hmmmmm.... Aku sudah kalah sebelum perang.

Kukosongkan paru-paru dalam desahan panjang. Langkah-langkahku begitu berat saat menuju koridor utama. Dengan kepala tertunduk dan bahu yang meringkuk, aku berbelok ke arah kanan. Kulihat seseorang yang tak asing berjalan cepat menuju locker kami. Aku buru-buru menarik diri dan bersembunyi di balik dinding kelas. Mengintip seperti penguntit.

Aku menyipitkan mataku yang sudah sipit sejak lahir. Kok gelap???

Oh ya, merem.

Aku membuka mata lebar-lebar. Mengusahakan diri untuk nggak berkedip meskipun angin terus-terusan mengikis.

Selagi pemuda itu membuka locker pintu Haruka, Aku bergegas mengeluarkan ponsel. 

Sosoknya kupotret dua kali. Persetan dengan gambarnya yang goyang. Aku bukan photographer handal. Cuma seorang anak ingusan yang sedang merangkap jadi paparazi.
Ya, pokonya yang penting aku sudah menangkap basah orang itu. 

Ketika pemuda itu usai dengan misinya, aku menghela napas panjang. Lagi. Menyandarkan kepala pada tembok dingin.

"Namanya Taishi."

"BUSET!" Aku tersentak saat mendengar bisikan di sebelah telingaku. "REN SENPAI!" 

Sumpah ya ini orang benar-benar persis dedemit. Jantungku nggak aman kalau terus-terusan bertemu dia.

"Kenapa sih? Kok kaget gitu?" Tanya Ren senpai mengerjap bingung. 

Astaga... ingin kutampol saja wajahnya dengan keset.

"Saya juga tahu itu orang namanya siapa, Sen!"

"Ya sudah... bagus." Kemudian ia melengos meninggalkanku. 

Edan.

Sudah ah, nggak perlu memedulikan manusia macam Ren senpai. Sekarang pikirkan saja soal pengagum Haruka. 

Nggak menyangka ternyata yang selama ini menjadi pengagum rahasia Haruka adalah Taishi senpai. Pantas saja setiap bertemu dengannya, lelaki itu selalu menatap kami dengan intens. Bahkan ketika di Mahou Food, aku sering memergokinya sedang curi-curi pandang ke arah kami. Maksudku ke arah Haruka.

Astaga... bagaimana bisa aku bersaing dengan lelaki macam dia. Orang itu terlalu sempurna untuk dijadikan rival. 

Aku mendengus sebal saat memeriksa locker Haruka. Kertas itu kubaca terlebih dahulu sebelum benar-benar kuberikan padanya. 

'Let's meet up after class.' Lalu dibawahnya tertera nomer ponsel.

Ah kurang azab!

Kuremas-remas kertas itu seperti gerakan meremas santan. Apa sebaiknya kubuang saja surat ini? Dan membiarkan Taishi senpai menunggu seharian? Namun ketika niat busuk itu baru bersemayam di otak, sekelebat bayangan wajah sedih Haruka terngiang.

Aku lemah, kawan....

Aku tak bisa melakukan hal keji ini pada Haruka. 

Pada akhirnya, aku mengunjungi kelas Haruka, dimana ia sedang belajar Kusuri.

"Apa nih?" Tanya Haruka saat bertemu di depan kelasnya. Kebetulan jam pelajaran Kusuri sudah berakhir.

"Dari pengagum rahasiamu." Kurangsekkan kertas lusuh itu ke dalam genggamannya. Nggak bisa menutupi rasa jengkelku. "Aku sudah tahu siapa yang mengirim."

Ia yang sedang sibuk melurusan kertas lecek tersebut segera menatapku kaget. "Serius??!"

Aku mengangguk sambil meruntuk dalam hati.

"Aku memergokinya sedang menaruh surat itu di lockermu." Kutunjukan potret diri Taishi senpai yang terpampang di layar ponselku.

Haruka berteriak histeris nyaris membuat gendang telingaku pecah. Astaga! Jantungku hampir copot ketika badanku diguncang-guncang olehnya.

Bagaimana ini....? Hati adek sakit, kawan.

Rasanya seperti diiris-iris lalu diberi garam, kecap dan saus kemudian dioseng hingga matang.

Sakit tapi lapar.

***

Haruka bilang, mereka sudah bertukar pesan. Janjian bertemu di halaman belakang gedung utama Mahou. Tentu saja, aku dipaksa ikut untuk menjadi saksi bisu percintaan keduanya. Tadinya, walaupun nggak diajak pun, aku akan tetap memaksa untuk ikut. Hehe.

Nyatanya bukan hanya aku satu-satunya nyamuk disitu. Taishi senpai membawa seorang teman  yang selalu mengekorinya. Laki-laki yang memakai kacamata besar. 

Takeshi senpai, bersembunyi di balik sosok Taishi senpai. Ia bolak-balik melongok melewati bahu tinggi Taishi senpai hanya untuk memandang kami.

Haruka kemudian memecah keheningan. "Kukira selama ini cuma perasaanku saja. Ternyata benar itu senpai."

Aku manyun di belakang Haruka setelah mendengar nada bicaranya yang dibuat manis semanis madu. Dan entah mengapa kadar kecentilan Haruka tiba-tiba meningkat seratus persen. Ia bertingkah shy shy cat. Malu-malu mancing mulu. Di depanku dia tidak pernah begitu tuh!

"Apaan?" celetuk Taishi senpai. 

Aku dan Haruka hening sejenak. Bersabung tatap dengan mereka. 

"Maju woy!" Taishi senpai menggeret lengan Takeshi senpai, mendorongnya hingga terhuyung maju beberapa langkah. "Ngomong! Jangan diem doang! Udah dibantuin juga!"

Takeshi senpai tersipu malu. Telapak tangannya dengan telaten mengucek ujung baju seragamnya. "S-sebenarnya itu surat dari saya... Taishi cuma bantu saya nganterin surat, soalnya saya terlalu paranoid..."

Krik... krik... krik

Hari ini sih... tidak mendung. Tapi petir tiba-tiba menyambar gitu. Haruka membantu di tempat. Mulutnya setengah mengatup tidak percaya. 

Aku yang menjadi penonton bingung, antara sedih atau mau tertawa terbahak-bahak.

"Kamu mau nggak jadi..."

"NGGAK! IH APAAN SIH! NGGAK JELAS! KESEL!!" Haruka menghentakkan kakinya sebal. Sambil merapal sejuta kalimat kutukan, ia berlalu meninggalkan tempat ini. Aku lupa digandeng, kawan.

Kasihan Haruka. Pasti kecewa berat. Dari awal sudah berekspetasi tinggi. 

Ini salahku juga sepertinya. Gara-gara aku, Haruka jadi yakin jika pengaggum rahasianya adalah Taishi senpai. Namun, kalau dipikir-pikir, bukan murni kesalahanku juga. Mereka berdua juga ikut urun dalam masalah ini.

Aku melirik sejenak pada dua sosok di depanku. Suasana berubah awkward.

Sebaiknya aku menyusul Haruka dan menghibur lara hatinya. Ini kesempatan yang bagus untukku mendapat simpatinya.

Hehehe.

Baru selangkah kugerakan tungkai, seseorang mencengkeram kerah seragamku dengan kuat. Aku menoleh secara reflek dan mendapati wajah Taishi yang terlihat lempeng.

"Apa?" tanyaku bingung.

Ia menyodorkan ponselnya. "Nomer ponsel."

"........"

THE END
     
 
what is notes.io
 

Notes.io is a web-based application for taking notes. You can take your notes and share with others people. If you like taking long notes, notes.io is designed for you. To date, over 8,000,000,000 notes created and continuing...

With notes.io;

  • * You can take a note from anywhere and any device with internet connection.
  • * You can share the notes in social platforms (YouTube, Facebook, Twitter, instagram etc.).
  • * You can quickly share your contents without website, blog and e-mail.
  • * You don't need to create any Account to share a note. As you wish you can use quick, easy and best shortened notes with sms, websites, e-mail, or messaging services (WhatsApp, iMessage, Telegram, Signal).
  • * Notes.io has fabulous infrastructure design for a short link and allows you to share the note as an easy and understandable link.

Fast: Notes.io is built for speed and performance. You can take a notes quickly and browse your archive.

Easy: Notes.io doesn’t require installation. Just write and share note!

Short: Notes.io’s url just 8 character. You’ll get shorten link of your note when you want to share. (Ex: notes.io/q )

Free: Notes.io works for 12 years and has been free since the day it was started.


You immediately create your first note and start sharing with the ones you wish. If you want to contact us, you can use the following communication channels;


Email: [email protected]

Twitter: http://twitter.com/notesio

Instagram: http://instagram.com/notes.io

Facebook: http://facebook.com/notesio



Regards;
Notes.io Team

     
 
Shortened Note Link
 
 
Looding Image
 
     
 
Long File
 
 

For written notes was greater than 18KB Unable to shorten.

To be smaller than 18KB, please organize your notes, or sign in.