Notes
Notes - notes.io |
"YA DEWA ITU ANAK UDAH GILA KALI YA! STOP WOYYYY!"
"AWAS BAHAYA!"
"RYO MINGㅡ! OUCH."
Suara tumpang tindih tadi akhirnya berujung pada sebuah kecelakaan. Aku dan Haruka jatuh setelah bertubrukan lumayan keras. Waktu itu aku pikir ini adalah akhir dari kehidupanku. Aku terlentang pasrah membiarkan tubuhku melayang, terhempas ke bumi. Kami merintih secara bersamaan.
"Kamu gimana sih? Aku sudah teriak nyuruh minggir kenapa gak nurut?!" Hardik Haruka, perempuan berambut bobㅡdengan postur tubuh yang lumayan miniㅡ bangkit dari posisinya.
Aku membuka mata, menengok ke kanan-kiri sebelum mematri fokusku pada gadis itu. "Kalau sapunya bisa dikendalikan sudah dari tadi aku minggir! Lagipula ngasih tahunya mendadak! Aku juga sama kagetnya!"
Haruka tidak membalas, ia mengulurkan tangan kanannya yang kemudian kugenggam. Aku dibantu berdiri olehnya.
"Capek." Aku menepi ke pinggir lapangan dan duduk disana. Broom stick yang ada dalam genggaman Haruka tiba-tiba dijatuhkan tepat di sebelahku.
Aku mendongak menatap Haruka yang memasang wajah lelah.
"Mau kembali ke asrama?"
"Nanti deh," jawabnya sambil mengusap peluh yang bercucuran di pelipis.
Melihat betapa kuyu wajah gadis itu, batinku merasa iba. Aku merogoh saku baju untuk mengambil sebuah sapu tangan. Lalu tanpa sadar tanganku bergerak sendiri sewaktu membantunya mengelap keringat.
Haruka menoleh dengan mata yang membeliak. Aku juga sama terkejutnya ketika ditatap sedemikian rupa.
Waktu seperti terhenti. Mata kami bersirobok. Yang terdengar kala itu hanya suara napas tertahan kami dan angin yang berhembus kencang melewati kami.
'WUZZZZZ'
"WOYYY TOLONGIIIIN! GAK MAU BERHENTI SAPUNYAAAAA MAAMAAAA!"
Ohㅡ kami lupa kalau Hoshi masih bergulat dengan broom sticknya.
***
Hai.
Aku Ryo. Nama panjangnya Ryoooooooooo.
Hehe. Bercanda.
Nama panjangku Ryo Kiyoshi. Bukan Roy Kiyoshi ya. Beda, kawan. Kalau yang itu bisa lihat setan. Kalau yang ini tidak bisa lihat kamu bersama orang lain. (?)
Oke, ini garing.
Umurku baru menginjak 17 tahun. Iyaㅡ he-em masih cimid dan unyu-unyu gitu kakak.
Ayo muntah.
Hobi membaca buku. Komik termasuk buku kan?
Kelebihanku adalah terlalu banyak kekurangan. Sementara kekuranganku adalah tidak memiliki kelebihan. Pusing tidak? Sama :D
"Lihat ini!"
Aku menyetop gerakan tanganku sesaat setelah menutup pintu locker.
"Itu apa?" tanyaku menunjuk secarik kertas post it yang dipegang Haruka.
Gadis itu menggeleng. "Entah. Aku baru lihat."
"Surat cinta??" Aku mendelik sambil menegakkan punggung. Lipatan tangan di depan dada terurai seketika. "Baca! Baca!"
Dadaku mendadak panas seperti dibakar api. Kemudian aku pura-pura terbatuk. "Apa isinya?"
"May i know you better?"
Kami saling pandang.
"Yang kirim?"
"Tidak tahu. Cuma ditulis inisial T."
Te.. te.. te.. tete... siapa... siapa yang kira-kira memiliki nama dengan huruf depan T???
"Kamu sedang dekat dengan siapa?"
"Tidak dekat dengan siapa-siapa tuh."
Selalu saja jawaban yang sama. Padahal kalau diingat-ingat bocah ini dekat hampir dengan semua orang.
Haruka, orang yang ramah dan manis jadi tidak heran jika banyak yang menyukainya. Termasuk....
Aku.
***
Moodku sedang tidak baik. Akhir-akhir ini rasanya ingin memuntahkan segala amarah yang menumpuk di dada.
Pengaggum rahasia Haruka belum terbongkar rahasianya. Namun, hampir setiap hari orang itu menaruh surat dan bunga atau cokelat di locker Haruka.
Aku ingin protes dan menyuruh gadis itu untuk membuang semua pemberian penggemarnya itu. Akan tetapi tidak tega jikalau harus menghapus kegembiraannya. Penggemar itu telah berhasil membuat Haruka tersenyum senang saat menerima surat.
Aku sudah kalah sebelum perang.
"Hadehhh..." Kukosongkan paru-paru dalam desahan panjang. Langkah-langkahku begitu berat saat menuju koridor utama. Dengan kepala tertunduk dan bahu yang meringkuk, aku berbelok ke arah kanan. Kulihat seseorang yang tak asing berjalan cepat menuju locker kami. Aku buru-buru menarik diri dan bersembunyi di balik dinding kelas.
Selagi pemuda itu membuka locker pintu Haruka, Aku bergegas mengeluarkan ponsel.
Sosoknya kupotret dua kali. Persetan dengan gambarnya yang goyang. Yang penting aku sudah menangkap basah orang itu.
Ketika pemuda itu usai dengan misinya, aku menghela napas panjang. Menyandarkan kepala pada tembok dingin itu.
Tidak menyangka ternyata yang selama ini menjadi pengagum rahasia Haruka adalah Taishi senpai. Pantas saja setiap bertemu dengannya, lelaki itu selalu menatap kami dengan intens. Bahkan ketika di Mahou Food, aku sering memergokinya curi-curi pandang ke arah kami. Maksudku ke arah Haruka.
Astaga... bagaimana bisa aku bersaing dengan lelaki macam dia. Orang itu terlalu sempurna untuk dijadikan rival.
Aku mendengus sebal saat memeriksa locker Haruka. Kertas itu kubaca terlebih dahulu sebelum benar-benar kuberikan padanya.
'Let's meet up after class.' Lalu dibawahnya tertera nomer ponsel.
Ah kurang ajar. Kuremas-remas kertas itu seperti gerakan meremas santan. Apa sebaiknya kubuang saja surat ini? Dan membiarkan Taishi senpai menunggu seharian? Namun ketika niat busuk itu baru bersemayam di otak, sekelebat bayangan wajah sedih Haruka terngiang.
Ampun... aku tak bisa melakukan hal keji ini pada Haruka.
Pada akhirnya, aku mengunjungi kelas Haruka, dimana ia sedang belajar Kusuri.
"Apa nih?" Tanya Haruka saat bertemu di depan kelasnya. Kebetulan jam pelajaran Kusuri sudah berakhir.
"Dari pengagum rahasiamu." Kurangsekkan kertas lusuh itu ke dalam genggamannya. "Aku sudah tahu siapa yang mengirim."
Ia yang sedang sibuk melurusan kertas lecek tersebut segera menatapku kaget. "Serius??!"
Aku mengangguk sambil meruntuk dalam hati. Benar deh... aku tidak bisa menutupi rasa kesalku.
"Aku memergokinya sedang menaruh surat itu di lockermu." Kutunjukan potret diri Taishi senpai yang terpampang di layar ponselku.
Haruka berteriak histeris nyaris membuat gendang telingaku pecah. Astaga! Jantungku hampir copot ketika badanku diguncang-guncang olehnya.
Bagaimana ini....? Hati adek sakit Tuhan. T^T
Rasanya seperti diiris-iris lalu diberi garam, kecap dan saus kemudian dioseng hingga matang.
Ah... lapar....
Sakit dan lapar... kombinasi yang sempurna.
***
Haruka bilang, mereka sudah bertukar pesan. Janjian bertemu di halaman belakang gedung utama Mahou. Tentu saja, aku dipaksa ikut untuk menjadi saksi bisu percintaan keduanya. Nyatanya bukan hanya aku satu-satunya nyamuk disitu. Taishi senpai membawa teman cupunya yang memakai kacamata besar.
Takeshi senpai, bersembunyi di balik sosok Taishi senpai. Ia bolak-balik melongok melewati bahu tinggi Taishi senpai hanya untuk memandang kami.
Haruka kemudian memecah keheningan. "Kukira selama ini hanya perasaanku saja. Ternyata benar itu senpai."
Aku manyun di belakang Haruka setelah mendengar nada bicaranya yang dibuat manis semanis madu. Dan entah mengapa kadar kecentilan Haruka tiba-tiba meningkat seratus persen. Ia bertingkah shy shy cat. Malu-malu mancing mulu. Di depanku dia tidak pernah begitu tuh!
"Apaan?" celetuk Taishi senpai.
Aku dan Haruka hening sejenak. Bersabung tatap dengan mereka.
"Maju woy!" Taishi senpai menggeret lengan Takeshi senpai, mendorongnya hingga terhuyung maju beberapa langkah. "Ngomong! Jangan diem doang! Udah dibantuin juga!"
Takeshi senpai tersipu malu. Telapak tangannya dengan telaten mengucek ujung baju seragamnya. "S-sebenarnya itu surat dari saya... Taishi cuma bantu saya nganterin surat soalnya saya terlalu paranoid..."
Hari ini sih tidak mendung. Tapi petir tiba-tiba menyambar gitu. Haruka membantu di tempat. Mulutnya setengah mengatup tidak percaya.
Aku yang menjadi penonton bingung, mau sedih atau tertawa terbahak-bahak.
"Kamu mau tidak jadi..."
"GAK! IH APAAN SIH! GAK JELAS TAHU GAK! KESEL!!" Haruka menghentakkan kakinya sebal. Sambil merapal sejuta kutukan, ia berlalu meninggalkan tempat ini.
Aduh... anak itu pasti broken sebroken-brokennya. Tidak kaget sih melihat kekecewaannya. Dari awal sudah berekspetasi tinggi.
Ini salahku juga sepertinya. Gara-gara aku, Haruka jadi yakin jika pengaggum rahasianya adalah Taishi senpai. Namun, seluruhnya bukan murni kesalahanku juga. Mereka berdua juga ikut urun dalam masalah ini.
Sebaiknya aku menyusul Haruka dan menghibur lara hatinya.
Namun, baru selangkah kugerakan tungkai, seseorang mencengkeram kerah seragamku. Aku menoleh secara reflek dan mendapati wajah Taishi yang terlihat serius.
"Apa?" tanyaku bingung.
Ia menyodorkan ponselnya. "Nomer ponsel."
"........"
THE END
Mohon maap gaje.
|
Notes.io is a web-based application for taking notes. You can take your notes and share with others people. If you like taking long notes, notes.io is designed for you. To date, over 8,000,000,000 notes created and continuing...
With notes.io;
- * You can take a note from anywhere and any device with internet connection.
- * You can share the notes in social platforms (YouTube, Facebook, Twitter, instagram etc.).
- * You can quickly share your contents without website, blog and e-mail.
- * You don't need to create any Account to share a note. As you wish you can use quick, easy and best shortened notes with sms, websites, e-mail, or messaging services (WhatsApp, iMessage, Telegram, Signal).
- * Notes.io has fabulous infrastructure design for a short link and allows you to share the note as an easy and understandable link.
Fast: Notes.io is built for speed and performance. You can take a notes quickly and browse your archive.
Easy: Notes.io doesn’t require installation. Just write and share note!
Short: Notes.io’s url just 8 character. You’ll get shorten link of your note when you want to share. (Ex: notes.io/q )
Free: Notes.io works for 12 years and has been free since the day it was started.
You immediately create your first note and start sharing with the ones you wish. If you want to contact us, you can use the following communication channels;
Email: [email protected]
Twitter: http://twitter.com/notesio
Instagram: http://instagram.com/notes.io
Facebook: http://facebook.com/notesio
Regards;
Notes.io Team