Notes

Sebenarnya akan bisa lebih baik digunakan jika ditargetkan untuk bukti,

resiko penggunaan modal tersebut akan lebih bagus lagi, jika dalam pengajuan modal, mereka mampu menunjukkan bukti2 bahwa kontrak tersebut benar-benar mampu memberikan dampak.

Kami ingin kontrak jangka panjang, mungkins aya naif, tapi ini membuat program2 tsb lebih sustainable
Misal saja, kita butuh Kertas Rendah Karbon, kami mau saja beli kertas itu seberapa mahal itu, tapi mohon tunjukkan bukti bahwa kertas itu benar2 rendah karbon. Nah ini lah tantangannya.

Alasan kami belum banyak membeli/kontrak dengan indonesia, karena kami masih khawatir terhadap resiko, resiko reputasi.

Kami harus lebih melakukan pndekatan yang lebih institusional, dan mungkin bisa seperti sertifikasi.
Itu lah 3 hal nyata yang membuat kami prefer membeli pasar di indonesia.


dan utk kemajuan di indonesia, dari segi jaminan, saya ingin komentar dari
apa pentingnya kontrak, indonesia yg sistemnya kontrak lateral bergeser ke movable kontrak.

bisa liat dari dua sisi, dari landscape, saya tidak mau ambil resiko utk bidang landscape ini, menurut saya masih banyak cara lain.
karena mnurut saya konsep ini belum dipahami banyak orang. tapi bukan berarti ini tidak menjanjikan.
ini berbeda, dan ada perdebatan mengenai lahan, harus ada jalan kelaur utk tantangan ini. salah satunya utk produk kehutanan mereka bisa mendapatkan jaminan dalam bentuk lain atau menggunakan fasilitas kredit lainnya, sehingga kita bisa menunjukkan bahwa lahan itu ditunjukkan utk hal2 lain.

tadi ada yg bilang, resiko 92 teriliun, tapi itu biasanya melibatkan resiko besar, biasanya diatasi dngan likuiditas. jadi asetnya susah cair, bisanya susah mendapatkan perhatian. tapi jika mereka punya laporan neraca, dan itu menarik, kemungkinan hal itu bisa berlanjut.

di pasar, ada kalanya org salah memperhitungkan resiko. dan kita harus menunjukkan bahwa mereka belum benar, dan bagaimana memperbaikinya. tapi ada banyak cara, ada banyak kemungkinan2 yg ditindak lanjuti.

saya peter dari sinar mas, persepsi itu terbukti, indonesia itu negara berkembang, selama 60 tahun masih negara berkembang, masih ada masyarakat informal, 80% perekonomian rural itu ada di sana, dan kelompok2 Governmetal internasional ini tau semuanya.
ada persepsi negatif yg dibuat oleh negara barat, kita tidak mau mebeli negara2 asia, namun tidak ada bukti nyata akan hal ini. jadi ini yg membuat indonesia susah berkembang.

saya setuju butuh trade off, banyak persepsi2 yg lahir tanpa ada bukti relevan, saya merasa ada pekerjaan yg lebih banyak dikerjakan. bahwa harus ada keterbukaan dan pengakuan bahwa persepsi itu salah dan butuh bukti yg jelas.

jika kita jujur, negatif juga lahir krn ada bukti2 nyata, harus ada evaluasi independen yg dilakukan. kita meminta pohak2 independen memvalidasi bahwa memang ada terjadi perubahan. shg persepsi yg terjadi sejak dahulu bisa berubah sesuai dngan bukti2 yg ada.

ttg program smallholders dari sinar mas, ini imo benar, karena resiko dijamin oleh agri, terlepas dari petani2 tersbut menggarap lahan org lain atau lahannya pribadi. tapi ada hambatan2 informal yg dihadapi masyakarat sekitar, yg menghambat investasi, investasi ini jangka panjang, jadi harus intensif, infrastukur, pemahaman,

jika kita ingin lebih baik, kita harus

landscape ini cara memformalkan suatu, jika harganya tinggi, karena emang resikonya sangat tinggi.
knp bekerjasama dng peneliti? karena bukti. data2 mereka, apalagi dari data2 yg gagal bayar, data2nya sangat berbahaya, namun sebaliknya, mereka mampu memberikan data2 lainnya. nah hubungan kita ini harus lebih luas dan baik lagi.
---
positif insentif, asumsi pendanaan eksternal baik aksi politik dan swasta
kebijakan publik yg tidak menghargai sumberdaya yg kita beri lebih,
seperti pelarangan ekspor kayu dan pelarangan rotan
sehingga tidak memudahkan kita
---
#25